Minuman beralkohol di Korea adalah jenis minuman Korea yang diistilahkan dengan sul.[1]
Minuman beralkohol Korea dapat dikategorikan menjadi banyak jenis menurut bahan dan metode pembuatan. Minuman beralkhohol yang difermentasi terbuat dari campuran biji-bijian. Jenis ini kadar alkoholnya rendah, beraroma segar dan cepat membusuk. Minuman beralkohol yang didistilasi dibuat dari arak yang dipanaskan dan dikumpulkan uapnya. Jenis ini memiliki kandungan alkohol yang tinggi dan lebih tahan lama.
Sejarah
Minuman beralkohol telah diproduksi sejak periode Tiga Negara Han (Samhan).[2] Kegiatan minum-minum minuman keras rakyat Samhan tercatat dalam teks sejarah, terutama pada saat dilangsungkannya festival-festival besar. Pada zaman Tiga Kerajaan Korea (57 SM - 668 M), minuman beralkohol dibuat dari biji-bijian yang difermentasikan dengan ragi. Selanjutnya pada periode Dinasti Goryeo (918-1392), metode fermentasi lebih berkembang dan produk-produk minuman keras bertambah dengan dicampurkannya bahan-bahan dari buah dan herbal.[2] Pada masa Dinasti Joseon (1392-1910), proses pembuatan minuman beralkohol telah disempurnakan.[2] Pada abad ke-20, berbagai jenis minuman dari masa-masa sebelumnya terus diturunkan metode pembuatannya. Beberapa jenis minuman dan cara pembuatannya dikategorikan sebagai warisan budaya kuliner Korea.[2]
Jenis-jenis minuman beralkohol Korea
- Makgeolli, minuman fermentasi yang berwarna putih susu.[3] Memiliki sejarah tertua dan terpopuler sebagai minuman rakyat jelata pada masa lalu. Namanya berbeda-beda menurut zaman. Di Goryeo, namanya adalah Ihwaju ("arak bunga pir") bukan karena memiliki rasa buah pir namun karena masa pembuatannya dimulai sejak buah pir berkembang. Pada periode Joseon, nama dan julukannya ada bermacam-macam, seperti takju atau "arak berlumpur" dikarenakan tidak mengalami proses penyaringan atau nongju, arak yang populer di kalangan petani.
- Cheongju atau "arak jernih",[3] terbuat dari beras yang difermentasikan, disaring dan disimpan hingga kadar alkoholnya mencapai 15-20%.
- Soju atau "arak yang dibuat dari proses pembakaran" dibuat dari proses distilasi dengan bahan campuran beras, jelai atau ubi jalar. Warna jernih dengan kandungan alkohol 25-30%. Tidak berbau namun sedikit pahit rasanya. Pertama kali dibuat pada masa Goryeo dan cara pembuatannya diperkenalkan dari Tiongkok.
- Andong soju, soju yang berasal dari Andong, provinsi Gyeongsang Utara. Untuk mematangkannya, soju disimpan di bawah tanah dengan suhu 15 °C selama 100 hari. Kandungan alkohol 45%. Pada masa lalu digunakan sebagai obat pencernaan dan luka-luka.
- Dongdongju, bermakna "arak dengan butir-butir yang mengapung" adalah minuman yang berasal dari provinsi Gyeonggi. Ciri-ciri dongdongju yang paling khas adalah adanya butir-butir beras ketan yang mengapung karena tidak disaring. Rasanya manis, terbuat dari beras ketan yang difermentasikan dengan ragi dalam tempayan antara bulan September sampai November. Arak ini sudah dibuat sejak masa Goryeo.
- Insamju atau "arak ginseng", konon metode pembuatannya dimulai di kerajaan Baekje. Terbuat dari beras yang dicampur ragi dan akar ginseng atau bisa pula dibuat dengan cara merendam ginseng dalam soju sampai 6 bulan. Asal arak ini adalah Geumsan, provinsi Chungcheong Selatan. Insamju berguna pula sebagai minuman obat yang bisa menurunkan risiko penyakit jantung.
- Sogokju, arak beras fermentasi yang dipercaya berasal dari masa Baekje. Berasal dari Hansan, provinsi Chungcheong Selatan. Memiliki kandungan alkohol 18%.
- Baegilju ("arak seratus hari") atau 'Sinseonju ("arak panjang umur") adalah minuman pilihan istana Dinasti Joseon. Terbuat dari beras ketan, gandum, bunga seruni, azalea, buah-buahan dan magnolia yang dimatangkan selama 100 hari. Kandungan alkohol 16-18%.
- Munbaeju, arak distilasi yang diciptakan pada zaman Goryeo.[3] Merupakan khas Pyeongyang, Korea Utara.[3] Terbuat dari jewawut dan sorghum yang dimatangkan dengan ragi selama 6 bulan. Kandungan alkohol melebihi 40%. Karena metode pembuatannya yang rumit dan dibuat hanya oleh keluarga tertentu, munbaeju didaftarkan sebagai warisan budaya takbenda nomor 86 oleh pemerintah Korea Selatan.
Pranala luar
Referensi
|
---|
Makanan pokok | |
---|
Makanan sampingan | Sayur dan hasil laut fermentasi | |
---|
Sup / rebusan | |
---|
Banchan | |
---|
|
---|
Makanan ringan | |
---|
Minuman | |
---|
Saus | |
---|
Peralatan dapur | |
---|
Ritual dan festival | |
---|
Serbaneka | |
---|