Milly Ratudian PurbasariMilly Ratudian Purbasari atau lebih akrab dengan panggilan Milly Shafiq, lahir 4 Oktober 1984 adalah politikus, arsitek,[1] dan penggerak sosial. Ia memutuskan bergabung dengan Partai Solidaritas Indonesia[2] dan menjadi calon anggota legislatif DPRD dari daerah pemilihan Jawa Barat II (Kabupaten Bandung dan Kabupaten Bandung Barat). Ia menjadi dikenal setelah aktif dalam kegiatan sosial seperti Habitat for Humanity, memberikan desain gratis bagi masyarakat. Ia juga aktif alam gerakan "Save Babakan Siliwangi", ikut serta menjadi ketua gerakan Indonesia Berkebun pada tahap awal pendirian,[3] dan Komunitas Keluarga Kita dalam bidang parenting. Saat remaja ia pernah menjadi finalis Sunsilk Beautycamp. Pendidikan dan karierMilly memulai pendidikan dasar di SD Negeri Sejahtera 7 Bandung, dan lulus pada tahun 1996. Ia kemudian masuk ke SMP Negeri 5 Bandung dan lulus tahun 1999. Kemudian Melanjutkan ke SMA Negeri 3 Bandung, lulus pada tahun 2002. Ia kemudian mengikuti pendidikan sarjana di Teknik Arsitektur Universitas Parahyangan, Bandung dan lulus pada tahun 2006.[butuh rujukan] Ia memulai karier sebagai arsitek di PT APTA pada tahun 2006-2007. Selama sepuluh tahun ia habiskan menjadi Corporate Architect dan Technical Manager di PT Tauzia Hotel Management, hingga tahun 2017. Tahun 2017-2018 ia menjadi Business Development Manager dan Construction Manager di Sekolah Cikal. Organisasi dan politikSejak remaja, Milly aktif di organisasi. Ia aktif menjadi anggota Palang Merah Remaja saat SMP, menjadi anggota klub teater Tiloes di SMU, dan aktif di Himpunan Mahasiswa Unpar menjadi bendahara. Pada tahun 2005-2006 ia aktif menjadi anggota Studio Habitat, kemudian memimpin Indonesia Berkebun pada tahun 2010-2012. Ia juga aktif di The Museum Project, Relawan Rangkul, dan menjadi relawan di Temu Pendidikan Nasional dan Pesta Pendidikan. Setelah matang di bidang arsitektur dan urban planning, Milly memutuskan hijrah ke dunia politik agar bisa berkontribusi memajukan pendidikan. Dia juga ingin menghapus sikap intoleransi yang belakangan muncul. Ibu muda yang sempat skeptis dengan dunia politik itu amat membenci korupsi. Saat bekerja jadi arsitek, dia mengetahui bagaimana sulitnya pengembang mendapatkan izin bangunan. Karena itu ia ingin memberantas praktik pelicin di dunia arsitektur dan perencanaan kota.[4] Media sosial dan internet
Referensi
|