Melati van Agam (film 1940)
Melati van Agam adalah film romansa tahun 1940 yang disutradarai Tan Tjoei Hock dan diproduseri The Teng Chun. Dibintangi S. Soekarti dan A.B. Rachman, film ini mengisahkan sepasang kekasih muda bernama Norma dan Idrus. Film ini diduga hilang. AlurNorma dikenal di kampung halamannya, Fort de Kock (sekarang Bukittinggi), sebagai sosok yang jelita dan karena itu ia dijuluki "Melati dari Agam". Meski ia jatuh cinta dengan Idrus, penambang di Sawahlunto, ia dipaksa menikahi seorang kepala sekolah bernama Nazzaruddin, pria yang dianggap lebih sesuai dengan keluarga bangsawan Norma. Norma pun bingung karena suaminya jauh lebih tua daripada dirinya dan Norma sendiri sudah menyatakan Idrus sebagai cinta sejatinya, bahkan sampai bermimpi membangun keluarga bersamanya. Setelah pernikahannya, Norma pergi bersama Nazzaruddin ke Kota Raja, Aceh (sekarang Banda Aceh), dan membesarkan anak-anak Nazzaruddin dari pernikahan sebelumnya. Hubungan mereka semakin memburuk: Nazzaruddin kewalahan menghadapi pemikiran Barat yang dimiliki istrinya, sedangkan Norma semakin depresi setelah mendengar kematian Idrus yang patah hati. Norma yang saat itu sedang hamil pulang ke Fort de Kock dan diceraikan oleh Nazzaruddin setelah melahirkan. Nazzaruddin mengira anaknya mirip Idrus dan menganggapnya sebagai bukti perselingkuhan Norma. Akhirnya Norma bunuh diri dan dikuburkan di samping Idrus. Nazzaruddin melihat ruh Norma naik ke surga sambil bergandengan tangan dengan Idrus.[1] ProduksiMelati van Agam disutradarai Tan Tjoei Hock untuk Java Industrial Films dan diproduseri oleh pemilik perusahaannya, The Teng Chun. Tan mengadaptasi ceritanya dari novel tahun 1922 dengan judul yang sama karya Swan Pen (nama pena jurnalis Parada Harahap). Novel tersebut telah berkali-kali diangkat ke pertunjukan panggung dan film bisunya pernah dirilis pada tahun 1931 oleh Tan's Film.[2] Iklan filmnya menekankan peran Harahap selaku novelis aslinya. Waktu itu, industri film sedang menarik diri dari tradisi teater dan jurnalisme dianggap sebagai profesi "modern".[3] Alurnya justru membanding-bandingkan gaya hidup tradisional dan modern.[4] Film hitam putih ini dibintangi S. Soekarti, A.B. Rachman, R. Abdullah, S. Thalib, N. Ismail, Rochani, Lena, dan M. Sani.[2] Soekarti belum pernah berakting sebelumnya, sementara lawan mainnya A.B. Rachman pernah terlibat dalam pertunjukan teater. Iklan Melati van Agam hanya berfokus pada latar belakang Soekarti dan mengabaikan Rachman.[3] Sinematografinya ditangani I. Ch. Chua, sedangkan musiknya ditangani musisi keroncong M. Sardi.[4] Rilis dan tanggapanMelati van Agam dirilis pada akhir 1940.[2] Sebuah ulasan di De Sumatra Post yang berpusat di Medan memuji penampilan Soekarti sebagai Norma dan menyebut Soekarti "tampaknya punya bakat yang hebat."[a][5] Film ini bisa jadi tergolong film hilang. Antropolog visual Amerika Serikat Karl G. Heider menulis bahwa semua film Indonesia yang dibuat sebelum 1950 tidak diketahui lagi keberadaan salinannya.[6] Akan tetapi, Katalog Film Indonesia yang disusun JB Kristanto menyebutkan beberapa film masih disimpan di Sinematek Indonesia dan Biran menulis bahwa sejumlah film propaganda Jepang masih ada di Dinas Informasi Pemerintah Belanda.[7] Catatan penjelas
Referensi
Sumber
Pranala luar
|