Max Sopacua
Max Sopacua, SE, M.Sc (2 Maret 1946 – 17 November 2021) adalah seorang politikus Indonesia yang pernah menjabat sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) selama dua periode pada 2004–2009 dan 2009–2014. Max merupakan tokoh senior Partai Demokrat, selama di DPR ia mewakili daerah pemilihan (dapil) Jawa Barat IV (2004–2009) dan Jawa Barat V (2009–2014) serta pernah bertugas di Komisi IX dan I DPR.[1][2] PendidikanMax lahir di Ambon, Maluku pada 2 Maret 1946, ia menyelesaikan sekolah dasar hingga sekolah menengah pertamanya di Pulau Saparua, tepatnya di SR Negeri Saparua selama enam tahun hingga 1958, dan di SMP Negeri 2 Saparua sampai 1961. Tiga tahun berselang ia menamatkan pendidikan SMA di SMA Negeri 1 Ambon.[3] Pada tahun 2003, Max berhasil menuntaskan pendidikan strata-1 di STIE Gotong Royong dan meraih gelar Sarjana Ekonomi (S.E.), dua tahun kemudian ia meraih gelar Master of Science (M.Sc.) juga dari perguruan tinggi yang sama.[4] KarierSebelum terjun ke dunia politik, Max merupakan seorang penyiar berita olahraga di TVRI yang terkenal pada tahun 1980an hingga 1990an.[5] Selain sebagai penyiar berita, Max juga menjadi produser di TVRI pada tahun 1985 hingga 2002. Berbagai program olahraga TVRI dalam perhelatan-perhelatan olahraga dunia diproduseri oleh Max, di antaranya program Olimpiade Seoul 1988, Olimpiade Atlanta 1996, Piala Dunia FIFA 1998, SEA Games 1999, hingga terakhir Olimpiade Sydney 2000.[3][6] Pekerjaannya sebagai seorang penyiar berita olahraga membuatnya aktif di organisasi Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) di mana ia menjadi anggota di dalamnya pada 1990 hingga 2001, selain itu ia juga merupakan anggota Asia-Pacific Broadcasting Union (ABU).[6] Pada tahun 2009, Max mendirikan Sheba FM, sebuah stasiun radio yang berbasis di Bogor bagian barat dan mengudara pada frekuensi 87,8 FM,[7] stasiun radio tersebut kini bernama X Channel. Karier politikAnggota DPR RIMax selanjutnya berkecimpung ke dunia politik, ia bergabung dengan Partai Demokrat pada 2002 setelah tidak lagi bekerja di TVRI,[8] ia langsung menjadi Wakil Sekretaris Jenderal Dewan Pimpinan Pusat (Wasekjen DPP) Partai Demokrat pada saat itu hingga 2005.[6] Pada pemilu legislatif 2004, Max terpilih sebagai anggota DPR RI untuk dapil Jawa Barat IV yang kala itu meliputi wilayah Kabupaten dan Kota Bogor, ia memperoleh 29.827 suara.[9] Selama di DPR untuk periode 2004–2009, ia bertugas di Komisi IX dan sempat menjadi wakil ketua di komisi tersebut dari tahun 2005–2007. Selain itu, ia juga menjadi Wakil Ketua Panitia Khusus Angket tentang Kenaikan Harga Bahan Bakar Minyak pada 2008 hingga 2009.[1] Pada kepemimpinan Ketua Umum (Ketum) Hadi Utomo periode 2005–2010, Max ditunjuk sebagai Ketua DPP Bidang Pendidikan, Pemuda dan Kominfo.[10] Pada pemilu legislatif 2009, ia terpilih kembali menjadi anggota DPR, kali ini mewakili dapil Jawa Barat V (Kabupaten Bogor) untuk periode 2009–2014, perolehan suaranya meningkat signifikan dengan mendulang 95.797 suara.[11] Ia bertugas di Komisi I dan Badan Kerja Sama Antar-Parlemen sebagai anggota, di Fraksi Partai Demokrat ia menjadi wakil ketuanya pada 2009 hingga 2010, setelahnya ia dipercaya sebagai penasihat fraksi hingga periode masa jabatan berakhir pada 2014.[2] Kiprahnya di DPR hanya dua periode saja, sebab pada pemilu legislatif 2014 dan 2019 Max gagal meraih kursi DPR.[12][13] Kiprah kepartaianPada kepengurusan Partai Demokrat periode 2010–2015, Max menjadi Wakil Ketua Umum II sekaligus anggota Majelis Tinggi Partai,[14][15] sementara pada kepengurusan 2015–2020 ia menjabat sebagai anggota Dewan Pembina dan kembali menjadi anggota Majelis Tinggi Partai.[16] Pada Juni 2019, Max bersama sejumlah tokoh senior Partai Demokrat membentuk Gerakan Moral Penyelamat Partai Demokrat (GMPPD), mereka menyerukan agar diadakannya Kongres Luar Biasa (KLB) selambat-lambatnya pada 9 September 2019, dan menyebut Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) berpeluang menjadi ketua umum.[17] Seruan tersebut dilakukan karena mereka menilai perolehan suara partai pada pemilu legislatif 2019 menurun dibandingkan pemilu-pemilu sebelumnya.[18] Pada Desember 2020, Max menyatakan diri keluar dari Partai Demokrat dan bergabung ke Partai Era Masyarakat Sejahtera (Partai Emas) yang didirikan oleh Hasnaeni.[19] Ia keluar dari Partai Demokrat karena merasa disingkirkan oleh partai itu, ia menyatakan "yang saya sayangkan, saya disingkirkan dari Partai Demokrat seperti meninggalkan atau menurunkan penumpang angkot di pinggir jalan."[20] Akan tetapi, menanggapi langkah Max yang keluar dari partai, Didik Mukrianto selaku Ketua DPP Partai Demokrat menyatakan bahwa "tidak ada yang ditinggalkan. Justru kepengurusan saat ini adalah tim kuat yang merepresentasikan kolaborasi utuh lintas generasi", Didik juga menambahkan bahwa dirinya "tidak melihat dan merasakan adanya kebijakan dengan basis subyektif dari Demokrat yang kemudian memarginalkan para pejuang dan kadernya."[21] Selang beberapa bulan kemudian tepatnya pada Februari 2021, Max mengundurkan diri dari Partai Emas,[22] beberapa media massa menyebut hal ini ia lakukan agar dapat menyelenggarakan KLB yang bertujuan untuk melengserkan AHY sebagai ketum.[23][24][25] Akan tetapi, ia membantah hal tersebut, ia berasalan pengunduran dirinya dikarenakan ia sudah tidak sejalan dengan Partai Emas.[26] Sebelumnya pada 1 Februari 2021, AHY menyatakan bahwa partainya akan dikudeta, upaya pengambilalihan tersebut akan dilakukan oleh kader fungsional, mantan kader dan non-kader partai yang merupakan seorang pejabat tinggi di pemerintahan.[27] Max disebut-sebut oleh Syarief Hasan menjadi salah satu pelaku dari upaya kudeta,[28] tetapi Max membantah dan merasa kesal atas tuduhan Syarief tersebut.[29] Pada 1 Maret 2021, Max mengungkapkan bahwa KLB Partai Demokrat akan digelar dalam waktu dekat, dan berharap KLB tersebut akan mengembalikan partai ke khittahnya sebagai partai terbuka dan bukan hanya untuk satu golongan atau keluarga saja.[30][31] Akhirnya KLB digelar pada 5 Maret 2021 di Deli Serdang, Sumatera Utara. Disela-sela KLB, Max menyebut bahwa Moeldoko sebagai calon kuat ketua umum yang baru.[32] KLB pun berakhir dengan terpilihnya Moeldoko sebagai ketua umum. Kehidupan pribadiMax menikah dengan Tutie Irawati, mereka dikaruniai tiga orang anak. Salah satu putranya, Ferro, juga merupakan seorang politikus yang pernah menjadi anggota DPRD Kota Bogor pada tahun 2009 hingga 2014.[33] Istri Max, Tutie, meninggal dunia pada tahun 2013.[34] Max meninggal dunia pada 17 November 2021 di RSPAD Gatot Soebroto, Jakarta karena sakit paru-paru yang dideritanya.[35] Ia meninggal pada usia 75 tahun. Sejarah elektoral
Referensi
|