Matesih, Matesih, Karanganyar
Udara di desa ini sejuk karena terletak di lereng Gunung Lawu. Sungai Samin membelah kota Matesih dengan airnya yang jernih. Masyarakat menggunakan sungai tersebut untuk mencuci ataupun mandi bagi anak-anak kecil. Sungai Samin penuh dengan bebatuan andesit dengan berbagai ukuran menambah keindahan pemandangan. Karena terletak di lereng Gunung Lawu, yang merupakan gunung api yang sudah tidak aktif, menjadikan tanah di Matesih sangat subur. Pembagian WilayahDesa Matesih terbagi atas 14 dusun[1]:
PemerintahanStaf desa Matesih terdiri dari Kepala Desa, Sekretaris Desa dan 5 orang Kepala Seksi dan Kepala Urusan
Pertanian, Peternakan dan PerekonomianDaerah di Desa Matesih sebagian besar adalah lahan pertanian, dan sebagian penduduknyapun adalah petani. Banyak dar mereka adalah petani sawah ataupun membudidayakan tanaman padi. Dari sekian banyak jenis jenis padi, yang sering ditanam para petani di desa Matesih adalah jenis padi IR 64 dan Mentik (nama kerennya adalah cintanur). Pada tahun 2010 lalu banyak petani disini yang gagal panen akibat serangan hama tikus dan hama wereng. Tapi dengan kerjasama yang baik antara para petani, Kasi Bang Desa (Bapak Kristianto), Bapak Kepala Desa (dulu(Suharna) PPL Desa Matesi (Ibu Winugraeni) serta dinas pertanian Kecamatan dan Kabupaten, serangan hama tersebut dapat teratasi dengan baik. Dan lebih utama adalah karena perlindungan Allah SWT terhadap para petani di Desa Matesih. Pada tahun 2007 di Desa Matesih terbentuk sebuah Gapoktan (Gabungan Kelompok Tani) yang bernama NOTO JOYO, yang beranggotakan 14 kelompok tani dan 2 kelompok tani wanita. Pada tahun 2009 Gapoktan tersebut menerima dana dari Pemerintah sebesar Rp. 100.000.000,- dan sampai saat ini tahun 2012 dana tersebut telah mencapai sekitar Rp. 160.000.000,-. Sedangkan perputaran uang tersebut pada saat ini telah mencapai kurang lebih Rp. 700.000.000,-. Dikarenakan hal itulah Gapoktan Noto Joyo mencapai predikat salah satu yang terbaik di wilayah Kabupaten Karanganyar dan Provinsi Jawa Tengah. Di bagian peternakan, Desa Matesih juga merupakan salah satu penghasil daging sapi yang bagus meskipun masih dibilang dalam skala yang masih kecil. Sebagian penduduk Dusun Banaran (salah satu Dusun di Desa Matesih) selain sebagai petani, mereka juga banyak yang beternak sapi.Walaupun masih bersifat tradisional, sapi sapi mereka merupakan produk unngulan di Desa Matesih. Selain sapi di Matesih juga terkenak akan ternak lele dan ternak ayam. Untuk perekonomian Desa Matesih pada saat ini memang sudah bisa dikatakan maju. Desa Matesih juga sebagi pusat Pemerintahan Kecamatan Matesih memiliki pasar yang sudah mulai hidup sejak pukul 01.00 dinihari dan mulai sepi sekitar jam 14.00 siang. Dan para pedagang di pasar tersebut bukan hanya berasal dari desa maupun kecamatan Matesih saja. banyak juga yang berasal dari Kecamatan Jumantono, Tawangmang, Ngargoyoso dan beberapa kecamatan lainnya di sekitar kecamatan Matesih. TransportasiMatesih mudah dijangkau karena sarana transportasi yang memadai, baik dengan roda dua maupun roda empat. Selain itu, helikopter dapat mendarat di lapangan desa Matesih. Banyak pengusaha angkutan di desa ini yang melayani jasa angkutan antar kota maupun antar provinsi, juga angkutan perdesaan yang siap mengantar ke berbagai penjuru desa. Matesih merupakan jalur utama penghubung ke Astana Giri Layu dan Giri Bangun, yang sekarang merupakan Wisata Ziarah, baik ke makam Raja-raja Surakarta maupun ke makam Ibu Tien Soeharto dan mantan Presiden Soeharto (alm) beserta keluarganya. Tempat tersebut mudah diakses dan memiliki pemandangan yang indah dari atas gunung. Kuliner dan KesenianBanyak tersedia rumah makan yang menyajikan menu khas Solo seperti kare, timlo, sambal tumpang, kupat tahu ataupun tongseng kambing muda. Selain itu, banyak terdapat jajanan khas Solo seperti ampyang, krasikan, dan rangin di Pasar Matesih. Pada hari pasaran Kliwon, pasar sangat ramai. Kesenian Adalah salah satu Desa dimana para Penduduknya memiliki apresiasi yang tinggi dalam memelihara dan melestarikan Budaya Daerah dalm rangka memperkaya Budaya Bangsa Indonesia. Dibeberapa Pedukuhan Tumbuh Subur kegiatan Kesenian Tradisional seperti Berlatih Bermain Gamelan Jawa yang merupakan warisan pendahulu kita yang adi luhung.Seperti di Dukuh Krapayak yang juga melibatkan Ibu-ibu rumah tangga dengan antusias berlatih.Dukuh Banaran yang juga banyak para seniman yang tetap setia mengembangkan dan melestarikannya.demikian juga pedukuhan yang lain. Campursari juga tumbuh subur, kesenian corak baru yang merupakan perpaduan musik etnis dengan musik diatonis juga tumbuh subur, disini bakat anak - anak muda dapat tersalurkan. Sangga Buana adalah merupakan salah satu Group campursari yang amat terkenal yang base campnya di Matesih. Group-group Band sebagai wadah kreasi anak-anak muda juga tumbuh subur menghiasi keelokan budaya di Kota ini. Referensi
|