Marzuki Nyak MadMarzuki Nyak Mad adalah salah satu pemain bola yang berasal dari Aceh yang lahir di Sigli pada 17 Juli 1964. Ia adalah salah satu pemain yang dikirim untuk berlatih di Brazil pada tahun 1980-an serta berperan sebagai pemain belakang tim nasional Indonesia di SEA Games 1985, Asian Games 1986, dan SEA Games 1987. Ia juga merupakan pemain belakang legendaris Persija yang tangguh karena permainannya yang taktis, ulet, dan pintar membaca serangan lawan serta tak kenal kompromi ketika sedang menghadang pemain lawan.[1] Marzuki Nyak Mad juga termasuk salah satu pemain sepakbola Indonesia terbaik menurut pelatih Kas Hartadi[2] dan laman Juara BolaSport.[3] Karier SepakbolaSelama berkarier sebagai pemain, Marzuki dikenal sebagai stoper tangguh yang tak kenal kompromi. Sebelum bermain untuk Timnas Indonesia, Marzuki adalah seorang bek tengah di PSMS Medan. Encas Tonif, pemain nasional PSSI Utama 1977-1980 yang juga bek Persib Bandung memberikan julukan "Tukang Jagal yang Dingin" kepada Marzuki setelah pertemuan mereka di final Persib lawan PSMS pada kompetisi Divisi Utama Perserikatan 1983/1984. Julukan ini diberikan karena Marzuki berhasil melumpuhkan Adjat Sudrajat yang menjadi mesin gol Persib pada masa itu. Dalam pertandingan ini PSMS berhasil mengalahkan Persib dalam adu penalti. Marzuki Nyam Mad sendiri tidak memberikan komentar apapun mengenai julukan yang diberikan kepadanya itu. Beberapa bulan setelah pertandingan tersebut, Marzuki kemudian pindah ke Persija Jakarta. Semasa di Persija, Marzuki bergabung dengan beberapa bek tangguh Persija seperti Patar Tambunan dan Tony Tanamal serta gelandang bertahan Azhari Rangkuti, Muhamad Yunus dan gelandang menyerang Rahmad Darmawan. Selain kesibukannya bermain bola bersama Persija, ia juga diterima bekerja di Bank Bumi Daya Pusat, Jl. Imam Bonjol, Jakarta Pusat sehingga ia harus pindah secara permanen ke Jakarta.[4] Pertandingan Internasional yang DiikutiMarzuki melakukan debut Timnas di ajang resmi FIFA pada 6 Agustus 1984. Saat itu Timnas yang diwakili tim PSSI Garuda bertanding melawan Thailand di Senayan dalam Kualifikasi Piala Asia 1984. Selain Kualifikasi Piala Asia 1984, agenda resmi FIFA lain yang pernah diikuti mantan bek PSMS dan Persija ini adalah Kualifikasi Piala Dunia 1986 dan Kualifikasi Piala Asia 1988. Total Marzuki mengantongi 16 caps kompetisi FIFA. Caps non FIFA nya juga banyak. Marzuki membela Timnas di Asian Games 1986, Kualifikasi Olimpiade 1988, dan SEA Games 1987, di mana ia ikut mengantar pasukan Garuda meraih medali emas, serta sejumlah turnamen seperti Kings Cup, Merlion Cup, dan Piala Kemerdekaan.[5] Pra Piala Dunia Meksiko 1986Dengan predikat “tukang jagal yang dingin”, Marzuki Nyak Mad kemudian dipanggil oleh pelatih Sinyo Aliandoe untuk persiapan tim nasional ke Pra Piala Dunia Meksiko 1986. Ketika itu pasangan baru bek tengah Marzuki Nyak Mad dengan Warta Kusumah adalah pasangan yang sangat pas dan serasi. Keduanya bersama bek kanan Syafrudin Fabanyo dan bek kiri Didik Darmadi menjadi kuartet pemain belakang yang bagus dan menjadi salah satu inti kekuatan tim nasional Indonesia. Tim nasional asuhan Sinyo Aliandoe berhasil menjuarai Sub Grup 3 B Pra Piala Dunia Meksiko 1986 dengan menyisihkan Thailand, India dan Bangladesh. Namun Indonesia gagal di final kualifikasi karena kalah lawan Korea Selatan juara Sub Grup 3 A, away (0-2, Seoul) dan home (1-4, Jakarta). Korea Selatan yang akhirnya meraih tiket ke Piala Dunia Meksiko 1986.[3][4] Susunan Pemain [6]Kiper: Hermansyah, Donny Latuperissa Belakang: Ristomoyo, Didik Darmadi, Aun Harhara, Syafrudin Fabanyo, Tonggo Tambunan, Warta Kusuma, Marzuki Nyak Mad. Tengah: Herry Kiswanto, Dudung Abdullah, Rully Nere, Zulkarnaen Lubis, Ferril Hattu, Elly Idris, Yusuf Bachtiar, Warta Kusuma, Noah Meriem Depan: Dede Sulaiman, Bambang Nurdiansyah, Wahyo Tanoto, Sain Irmiz, Adolf Kabo Asian Games Seoul 1986Meskipun gagal di Pra Piala Dunia Meksiko 1986, pelatih Bertje Matulapelwa meminta Marzuki untuk bergabung dengan timnas yang dibentuknya untuk menghadapi Asian Games Seoul 1986. Marzuki direncanakan untuk mengisi posisi sebagai bek tengah karena ia dinilai memiliki kemampuan untuk membaca permainan; jago merebut bola lawan; handal dalam melakukan antisipasi umpan-umpan terobosan lawan; hingga cakap dalam melakukan serangan balik bila serangan lawan dapat digagalkan. Di posisi ini ia kemudian dipasangkan dengan Robby Darwis yang memiliki keunggulan mengatasi bola-bola atas dan over-lapping yang lebih baik jika dibandingkan dengan Marzuki. Duo bek tengah Marzuki Nyak Mad dengan Robby Darwis turut andil membawa Indonesia lolos ke semifinal Asian Games Seoul 1986. Namun sayangnya pada pertandingan semifinal Indonesia dikalahkan tuan rumah Korea Selatan 0-5 serta di perebutan medali perunggu, Indonesia dikalahkan oleh Kuwait 0-6.[4] Susunan Pemain [7]Pelatih: Bertje Matulapelwa Pemain: Ponirin Meka, Jaya Hartono, Robby Darwis, Herry Kiswanto, Marzuki Nyak Mad, Sutrisno, Budi Wahyono, Patar Tambunan, Nasrul Koto, Rully Nere, Azhary Rangkuti, Ricky Yakobi, Ribut Waidi. SEA Games Jakarta 1987Duo bek tengah Marzuki-Robby kembali dipertahankan oleh pelatih Bertje pada ajang SEA Games 1987. Timnas asuhan pelatih Bertje kemudian berhasil merebut medali emas pertama setelah mengalahkan Malaysia 0-1 melalui gol yang dibuat oleh Ribut Waidi.[4] Kemenangan ini menjadi catatan penting dalam dunia sepakbola Indonesia karena ini adalah pertama kalinya Indonesia mendapatkan medali emas di ajang SEA Games. Selain itu kemenangan ini juga menghentikan dominasi Thailand yang biasanya menjadi juara sepak bola. Susunan Pemain Timnas Indonesia SEA Games 1987 [8]Kiper: Ponirin Meka, I Gusti Putu Yasa Belakang: Muhammad Yunus, Marzuki Nyak Mad, Robby Darwis, Jaya Hartono, Sutrisno, France Marcus Wenno Tengah: Patar Tambunan, Azhary Rangkuti, Rully Nere, Herry Kiswanto, Tiastono Taufik Depan: Budi Wahyono, Ribut Waidi, Ricky Yakobi, Nasrul Koto, Adityo Darmadi Akhir Karier SepakbolaKetika SEA Games Manila 1991, pelatih Bertje digantikan oleh pelatih yang berasal dari Rusia, Anatoli Polosin. Saat itu Marzuki tidak dipanggil kembali ke timnas sehingga ia harus pulang kembali ke klub lamanya yaitu Persija. Akibat berbagai faktor seperti usia yang sudah 30-an, penonton yang relatif sedikit serta kekuatan tim yang belum solid maka Persija pada masa itu tidak terlalu banyak berprestasi. Liga Kansas 1997 merupakan pertandingan terakhir Marzuki Nyak Mad bersama Persija sebelum ia memutuskan untuk pensiun.[4] Referensi
|