Marwa Al-Sabouni
Marwa Al-Sabouni (lahir di Homs, 18 September 1981) adalah arsitek, penulis, dan akademisi asal Suriah. Ia menulis buku The Battle for Home: The Vision of a Young Architect in Syria untuk menuangkan pandangannya tentang pembangunan kembali Suriah pasca konflik dan perang, terutama di kotanya Homs. Ia memenangkan penghargaan Prince Claus Award atas proposalnya mengenai pembangunan kembali distrik Baba Amr di Homs pada 2018.[1] Pada 2019, namanya masuk ke dalam daftar BBC 100 Women sebagai salah satu perempuan inspiratif di dunia.[2] Marwa bersama suaminya membangun portal www.arch-news.net yang memuat berita-berita dunia arsitektur dalam bahasa Arab dan menjadi yang pertama di dunia Arab.[1] Marwa bersama keluarganya memilih tetap tinggal di Homs meski sempat terjadi konflik sipil berkepanjangan sejak 2011 dan kota tersebut mengalami kerusakan fisik sebesar 60%.[1][3] Kehidupan awal dan pendidikanMarwa lahir dan besar di Homs. Ia memiliki gelar doktoral dalam bidang arsitektur Islam.[4] Bersama suaminya, ia memiliki studio arsitektur di Homs. Saat masih remaja, Marwa tidak berpikir untuk mengambil arsitektur sebagai pilihan studi. Sebagaimana kebanyakan anak-anak muda Suriah, ia sempat berpikir untuk memilih kedokteran atau teknik. Namun, nilainya ternyata tidak mencukupi untuk kuliah di dua jurusan tersebut. Orangtua Marwa bercerai saat ia masih kecil, dan ayahnya kemudian menikah lagi. Saat pecah perang saudara pada 2011, ibu dan saudara-saudara kandungnya meninggalkan Suriah, hanya ayahnya yang tetap tinggal. Begitu juga dengan teman-teman dan kerabatnya. Mereka meninggalkan Suriah untuk menuju negara-negara teluk, Arab Saudi, dan Eropa.[5] KarierPekerjaan pertama Marwa setelah menyelesaikan kuliahnya adalah sebagai arsitek di sebuah kantor arsitektur milik universitas.[6] Ia juga sempat mengajar di sebuah universitas di Hama, Suriah. Saat ISIS menguasai sebagian wilayah Suriah, ia tidak dapat melakukan perjalanan untuk mengajar di sana.[3] Bukunya The Battle for Home disebut media Inggris The Guardian sebagai satu dari lima buku arsitektur terbaik pada 2016.[4] Dalam buku tersebut, ia mengeksplorasi peran arsitektur dan lingkungan yang terbangun di dalamnya, apakah dapat berperan dalam menguatkan komunitas atau justru melemahkannya. Marwa meyakini bahwa arsitektur dapat mendukung kohesi sosial dalam masyarakat.[7] Ia menegaskan bahwa kesetaraan dan moralitas akan menjadi landasan dalam pembangunan kembali Homs.[1] Arsitektur dan perencanaan kota, dalam pandangannya, sedikit banyak telah menyumbang segregasi antar warga dan menjadi salah satu pemicu konflik horizontal di Suriah.[8] Seiring dengan kesuksesannya, Marwa menjadi lebih sering berbicara di forum-forum internasional. Ia berbicara tentangnya pentingnya membangun dan mengembangkan kota dengan dasar perdamaian dan rasa kepemilikan warganya.[9] Kehidupan pribadiMarwa menikah dengan Ghassan Jansiz, rekan sesama arsitek. Keduanya telah memiliki dua anak.[5] Referensi
|