Martir KartusianPara martir Kartusian adalah anggota-anggota ordo monastik Kartusian yang telah mengalami penganiayaan dan dibunuh karena iman Kristen mereka dan ketaatan mereka pada keyakinan Katolik. Ordo Kartusian didirikan pada 1084 oleh Santo Bruno dari Cologne, merupakan ordo eremitik dan senobitik, berpegang pada prinsip penarikan diri dari dunia fana untuk masuk ke kehidupan doa dan kontemplasi dalam kesunyian. Kartusian adalah ordo kecil, yang saat ini terdiri dari kurang lebih 25 rumah di seluruh dunia, dengan hanya sekitar 350 anggota laki-laki dan 75 anggota perempuan. Hal ini tidak membuat mereka kebal terhadap serangan, dan masa-masa pergolakan sosial atau agama menjadi saksi terpanggilnya para anggota ordo ini untuk melakukan pengurbanan ekstrim demi keyakinan mereka. Para MartirSelama Revolusi Husite di Bohemia pada abad ke-15, rumah-rumah Kartusian, seperti juga institusi Katolik lainnya, mengalami penyerangan. Pada tahun 1421, charterhouse (biara Kartusian) di Praha dijarah dan para anggotanya hilang. Pada tahun 1537, saat berlangsungnya Reformasi Inggris, London Charterhouse dibubarkan, anggota-anggotanya dipenjarakan dan kemudian dieksekusi. Delapan belas di antaranya dibeatifikasi pada tahun 1886 oleh Paus Leo XIII; tiga di antaranya (Agustinus Webster, John Houghton dan Robert Lawrence) dikanonisasi pada tahun 1970 oleh Paus Paulus VI bersama dengan martir-martir Inggris lain sebagai Empat Puluh Martir Inggris dan Wales. Pada 1572, saat terjadinya Pemberontakan Belanda, charterhouse di Delft dan Roermond diserang, mengakibatkan wafatnya Dom Justus van Schoonhoven dan lain-lain. Selama Revolusi Prancis, banyak sekali anggota Ordo Kartusian yang mengalami penganiayaan bersama dengan umat awam dan kaum religius Katolik lainnya. Dari antara mereka, Claude Beguignot dan Lazarus Tiersot, yang meninggal di penjara pada 1794, telah dibeatifikasi oleh Paus Yohanes Paulus II pada tahun 1995.[1] Pada tahun 1936, selama Perang Saudara Spanyol, anggota-anggota Ordo Kartusian terkena dampak meluasnya sentimen anti-klerikalisme; sejauh ini dua orang di antaranya, dari Charterhouse Montalegre, telah dikenali dan memperoleh pengakuan. Pada tahun 1944, selama Perang Dunia II, dua belas bruder Kartusian di Italia, bersama dengan lebih dari 60 pengungsi yang mereka berikan perlindungan, dibantai oleh pasukan pendudukan Jerman di Farneta.[2] Sebagai sebuah ordo tertutup, anggota-anggota Kartusian pada dasarnya tidak mengajukan kasus penggelaran kekudusan bagi para anggota mereka. Namun demikian kasus tersebut dapat diajukan oleh pihak lain atas nama mereka. Referensi
Lihat jugaPranala luar
|