Kerajaan Marioriawa dalam literatur yang ada, dahulu adalah sebuah kerajaan yang tergabung dalam naungan konfederasi Kerajaan Soppeng hingga tahun 1905.
Di dalam Kerajaan Soppeng, terdapat lima belas wilayah kerajaan yang menjadi anggota utama (Arung Passeajingeng), dua belas anggota kecil (bila-bilana Soppeng), dan tigapuluh empat wilayah kerajaan yang diperintah langsung oleh Kerajaan Soppeng dan tidak termasuk anggota Konfaderasi Soppeng Soppeng, daerah ini juga disebut Laleng Bata atau Napanorakkalana Datue (Napanorakkalana Datu Soppeng).
berukut daftar kerajaannya :
Wilayah Kerajaan Yang Termasuk Anggota Utama Konfaderasi Kerajaan Soppeng (Arung Passeajingeng), sebagai berikut:
Lamuru,
Marioriwawo,
Goagoa,
Pattojo,
Ujumpulu,
Lompéngeng,
Baringeng,
Tanatengnga,
Apanang,
Bélo,
Ganra,
Bakke,
Léworeng,
Marioriawa, dan
Citta
Wilayah Kerajaan Yang Termasuk Anggota Kecil Konfaderasi Soppeng (bila-bilana Soppeng) sebagai berikut:
Jampu,
Galung,
Gattareng,
Bua,
Bécoing,
Palakka,
Umpungeng,
Bulumatanré,
Kampiri,
Kading,
Balusu, dan
Kiru-kiru
Wilayah-wilayah yang diperintah langsung Oleh Soppeng (Laleng Bata) dan tidak termasuk anggota Konfaderasi Soppeng Soppeng, daerah ini juga disebut Napanorakkalana Datue, berikut daerah yang termasuk Laleng Bata :
Bila,
Saloqtungo,
Kuqba,
Pao,
Panincong,
Macopéq,
Maccilé,
Mangkutu,
Akkampéng,
Ujung,
Cénrana,
Pacciro,
Alo,
Tellang,
Pasaka,
Kajuara,
Areppa,
Tinco,
Madelloqrilauq,
Tappareng
Botto,
Seppang,
Pessé,
Uncing,
Launga,
Wécoi,
Kulo,
Watalaia,
Ara,
Matabulo,
Ciroali,
U[n]dungeng,
Maingeng dan
Lisu
Sebelum tahun 1905 Kerajaan Marioriawa mempunyai daerah yang diperintah langsung, daerah-daerah tersebut antara lain:
Kampung Batu-Batu di pimpin oleh Sulle Watang Batu-batu
Kampung Tanete di pimpin oleh Matoa Tanété, Kampung Welonge didimpin oleh Matoa Welonge, Kampung Bera di pimpin oleh Matoa Bera
Kampung Penre di pimpin oleh Matoa Penré
Kampung Bunne dipimpin oleh Matoa Bunne
Kampung Malumpe (ng) (q) / Mallimpoe / Limpomajang di pimpin oleh Matoa Malumpe (ng) (q) / Mallimpoe / Limpomajang
Kampung Poro/Mario di pimpin oleh Matoa Poro/Mario
Kampung Kajuara di pimpin oleh Datu Kajuara
Kampung Tampaning di pimpin oleh Datu Tampaning
Kampung Padali di pimpin oleh Arung Paddali, pada masa pemerintahan La Mappe Datu Marioriawa Kampung Padali di bagi menjadi tiga kampung, yaitu Kampung Padali di pimpin oleh Arung Padali, Kampung Lompoe di pimpin oleh Matoa Lompoe dan Kampung Taluma Kaca di pimpin oleh Matoa Kaca
Sebelum kedatangan Belanda di Jazirah Sulawesi Selatan, Kerajaan Marioriawa mempunyai tiga Lembaga Peradilah Perdata dan Pidana yang mengurusi perkara Perdata dan Pidana, lembaga-lembaga tersebut antara lain:
Pabbicara Attang Salo meliputi : Wilayah Kampung Padali (di dalamnya termasuk Lompoe dan Taluma kaca), Tampaning dan Penre
Pabbicara Manorang Salo meliputi Wilayah Kampung Tanete (di dalamnya termasuk Welonge dan Bera), Kampung Batu-Batu, dan Kampung Limpomajang/Malimpoe,
Pabicara Bulu meliputi Wilayah Kampung Poro/Mario dan Kampung Kajuara
Pada tahun 1905 Setelah perang makassar usai ditandai dengan ditangkapnya Raja Bone La Pawawoi dan dan dibuang ke Batavia serta Matinroe ri Bondu’na Raja Gowa meninggal dalam pengejaran Belanda, maka mulailah Belanda melakukan campur tangan dalam pemerintahan di semua kerajaan di Sulawesi Selatan termasuk di Kedatuan Soppeng.
Pada tahun 1906, Belanda melakukan pembatasan kekuasan kepada Datu dan dewan hadat Kedatuan Soppeng. Campur tangannya terhadap pemerintahan di Kerajaan Soppeng dengan memaksa Datu Soppeng Sultana Zainab untuk mengeluarkan Balusu (Soppeng Riaja) dari Wilayah Yang Dikuasai Langsung Oleh Soppeng (Wilayah Soppeng Yang Tidak Termasuk Anggota Konfaderasi Soppeng) menjadi Kerajaan Mandiri dan berdiri sendiri, selain itu pihak Belanda menjadikan Kedatuan Soppeng menjadi bagian dari pada Afdeling Bone dengan status Onderafdelling Soppeng dengan struktur pemerintahan antara lain sebagai berikut :
Controleur
Clerek/Juru Tulis,
Datu Soppeng
Sulle Datu Soppeng
Arung Bila
Pa’bicara (Pengadilan)
Watang Lipu (Polisi Pamong Praja)
Kerajaan Marioriawa sebagai anggota Konfedarasi/Persekutuan Kedatuan Soppeng tidak mengalami perubahan berikut para Pabbica dan Matoa tidak mengalami perubahan pula.
Pada tahun 1923 pada masa A.J.L Couvreur menjadi Gubernur di Sulawesi Selatan, Gubernurmen Hindia Belanda melakukan penataan kekuasaan di wilayah Onderafdeling Bone, Soppeng, dan Wajo diberikan kekuasaan zelfbestuur (Swapraja) kepada Raja Bone, Raja Soppeng, dan Raja Wajo yang membawahi beberapa distrik dan onderdistrik.
Maka Khusus pada Onderafdelling Soppeng wilayahnya dibagi menjadi 7 persekutuan adat dengan status distrik, yaitu:
Distrik Lalabata
Distrik Lilirilau
Distrik Liliriaja
Distrik Pattojo
Distrik Citta
Distrik Marioriwawo
Distrik Marioriawa
Dalam penataan ini Kerajaan Marioriawa ikut mengalami perubahan. Kerajaan Marioriawa yang dahulu merupakan anggota Kofedarasi / Persekutuan Kedatuan Soppeng berubah menjadi Wilayah Kesatuan Kerajaan dengan status Distrik.
Wilayah daerah yang diperintah langsung oleh kerajaan Marioriawa juga mengalami perubahan. Kekuasaan ke tiga Pabbicara yang sebelumnya merupakan institusi Peradilan di Wilayah Kerajaan Marioriawa berubah fungsi menjadi lembaga struktur wilayah kekuasaan dengan status Onderdistrik/Kepala Desa dan kepalai oleh seorang Petta Pabbicara.
Wilayah daerah yang diperintah langsung oleh kerajaan Marioriawa juga mengalami perubahan dan bearalih dibawah kekuasaan para Pabbicara dengan status kepala Kampung. Berikut wilayah kekuasaan Pabbicara:
Wilayah Kekuasaan Pabbicara Attang Salo meliputi Kampung Padali di pimpin oleh Arung Paddali, Kampung Penre di pimpin oleh seorang Matoa Penre, Kampung Lompoe di pimpin oleh Matoa Lompoe, Kampung Taluma Kaca di pimpin oleh Matoa Kaca, (Kampung Tampaning di keluarkan dari wilayah Pabbicara Attang salo kemudian dimasukkan dimasukkan ke dalam wilayah kedatuan Panincong) dan selain itu Kampung Bunne di tiadakan dan dimasukkan kedalam Kampung Penre)
Wilayah Kekuasaan Pabbicara Manorang Salo meliputi Kampung Tanete di pimpin oleh Matoa Tanété dipimpin oleh Matoa Tanete, Kampung Batu-Batu di pimpin oleh Sulle Watang Batu-batu, Kampung Malumpe (ng) (q) / Mallimpoe / Limpomajang di pimpin oleh Matoa Malumpe (ng) (q) / Mallimpoe / Limpomajang, Kampung Welonge didimpin oleh Matoa Welonge, dan Kampung Bera di pimpin oleh Matoa Bera
Wilayah Kekuasaan Pabbicara Bulu (e) meliputi Kampung Poro/Mario di pimpin oleh Matoa Poro/Mario dan Kampung Kajuara di pimpin oleh Datu Kajuara
Wilayah Kekuasaan Kerajaan Panincong yang diperintah langsung adalah Kampung Panincong dan Kampung Kawerang, Pada tahun 1923 Wilayah Kekuasaan Kerajaan Panincong di perluas dengan memasukkan Kampung Tampaning menjadi Wilayah Kerajaan Panincong. (dulunya merupakan wilayah kerja Pabbicara Attang Salo).
Datu terakhir di Mario Riawa adalah Datu Mappejanci sedangkan Pabbicara terakhir di Attang Salo adalah La Pariwusi (Andi Pariwusi Daeng Mapadeng Pabbicara Attang Salo). Pabbicara terakhir di Manorang Salo adalah Andi Langkaco ( Andi Langkaco Pabbicara Manorang Salo ). Matoa terakhir di Lompoe adalah Andi Wakka Daeng Mawakka. Matoa terakhir dikaca adalah La Ma'gangka putra sullewatang padali terakhir La Cammu. Sullewatang Batu Batu terahir adalah Andi Meru dan Matoa terakhir di Welongnge La Makkarella
Dalam penataan ini Kedatuan Marioriawa ikut mengalami perubahan. Kedatuan Marioriawa yang dahulu merupakan anggota Kofedarasi / Persekutuan Kedatuan Soppeng berubah menjadi Wilayah Kesatuan Kedatuan Soppeng dengan status Distrik.
Setelah terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia, pelaksanaan pemerintah dilaksanakan oleh Gubernur Sulawesi, struktur pemerintahan di Kedatuan Soppeng tidak mengalami perubahan dan baru pada tahun 1951 Gubernur I Sulawesi Sudiro, mengeluarkan Keputusan Gubernur No. 618 Tahun 1951 tentang diubahnya status onderafdeling menjadi kewedanan yang terdiri dari beberapa distrik. Dengan adanya keptusan ini maka Kedatuan Soppeng yang tadinya berstatus dengan Onderafdeling Soppeng berubah nama menjadi Kewedanan Soppeng. Status Kedatuan Marioriawa dan Pabbicara Attang Salo tetap statusnya tidak berubah.
Pemerintah Indonesia berusaha meredam gerakan yang mengancam kemerdekaan Indonesia dengan melakukan perubahan pada sistem pemerintahan. Pada tangal 12 Agustus Tahun 1952, pemerintah mengeluarkan peraturan No. 34 Tahun 1952 tentang Pembubaran Wilayah Dalam Daerah Swantantra yang terdiri atas tujuh daerah swantanra termasuk Swantara Bone.
Pada tanggal 13 Maret 1957, daerah Soppeng akhirnya melepas diri dari daerah Swatantra Bone menjadi daereh otonom Tingkat II Kabupaten Soppeng sekaligus pelantikan kepala daerah yang pertama yaitu Datu Haji Andi Wana dengan Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri No. P.7/2/24 Tanggal 8 Februari 1957. Dengan demikian berakhirlah untuk selama-lamanya pemerintah Swapraja Soppeng baik secara de facto maupun secara de jure, dan dari tanggal pelantikan Andi Wana sebagai Kepala Daerah Soppeng inilah yang kemudian dianggap sebagai “Hari Lahir” Kabupaten Soppeng yang selalu diperingati setiap tahunnya hingga tahun 2000.
Memasuki tahun 1959, setelah Andi Wana memasuki masa pensiun sebagai Wedana maka ia diberhentikan dengan hormat dari jabatannya, dan digantikan oleh Wedana Andi Mahmud. Pada fase ini, dimulainya beberapa perubahan administrasi yang membuat kebijakan baru pasca berakhirnya masa jabatan Andi Wana, dimana secara administrasi setelah setahun berakhir masa jabatannya, ketujuh persekutuan adat diubah menjadi lima buah Kecamatan yang bersifat administrasi di Soppeng, yakni:
Kecamatan Marioriwawo ibu kotanya Takkalala dan dikepalai seorang Camat
Kecamatan Lilirilau ibu kotanya Cabbenge dan dikepalai seorang Camat
Kecamatan Liliriaja, Ibu kotanya Cangadi dan dikepalai seorang Camat
Kecamatan Lalabata ibu kotanya Watan Soppeng dan dikepalai seorang Camat
Kecamatan Marioriawa ibu kotanya BatuBatu dan dikepalai seorang Camat
Adapun Kedatuan Pattojo dan Kedatuan Citta dimasukkan dalam wilayah Kecamatan Liliriaja dengan status Kepala Desa.
Dengan perubahan tersebut Kedatuan Marioriawa dibekukan dan berubah nama menjadi Kecamatan Marioriawa, begitu juga Pabbicara Attang Salo di bekukan dan berubah nama menjadi Desa Attang Salo, sama halnya dengan Matoa Lompo’e, Matoa Kaca, Matoa Penree dan Sullewatang Padali berubah nama menjadi Dusun yang dikepalai seorang kepala Dusun. Dan pada era reformasi Desa Attang Salo di mekarkan menjadi tiga desa yaitu :
Kelurahan Attang Salo
Kelurahan Kaca
Desa Tellu Limpoe
Demikianlah sejarah singkat keberadaan Pabbicara Attang Salo Marioriawa yang kemudian hari berubah nama menjadi Kelurahan Attang Salo
Sesudah berdirinya NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia), terjadilah berbagai perubahan. Pertama, Kerajaan Soppeng ikut bergabung dengan Indonesia dan berubah menjadi Kabupaten Soppeng. Alhasil, status kerajaan Marioriawa pun ikut berubah menjadi Kecamatan Mario Riawa. Perubahan juga terjadi pada sistem kepemimpinan di Soppeng, seperti Pabbicara berubah menjadi kelurahan dan desa. Kemudian seiring dengan adanya pemekaran, maka kelurahan dan desapun bertambah. Di antaranya adalah Kelurahan Manorang Salo, Kelurahan Attang Salo, Kelurahan Batu-batu, Kelurahan Kaca, Kelurahan Limpomajang, Desa Bulue, Desa Laringgi, Desa Panincong, dan Desa Patampanua, dan Desa Tellulimpoe.
Nama-Nama Raja yang pernah memimpin Kerajaan (Akkarungeng) Marioriawa yaitu:
La Botting Langi Datu Tanetelangi kemudian La Botting Langi Datu Tanetelangi menikah dengan Datu Mario (Mariorawa & Marioriwawo masih bersatu)
Datu Mario (istri Labotting Langi) (Mariorawa & Marioriwawo masih bersatu)
La Lelling Lampe Datu Mariorawa dan mempunyai anak bernama We Temma Buleng Malotongnge Datu (Ratu) Marioriawa
We Temma Buleng Malotongnge Datu (Ratu) Marioriawa kemudian We Temma Buleng Malotongnge menikah dengan Sulaedde/ La’de/Ladeng Bolongnge Datu Soppeng IX melahirkan beberapa anak diantaranya La Mata Esso Datu Soppeng ke XII, selanjutnya La Mata Esso Datu Soppeng ke XII menikah dengan We Tenrianiang melahirkan beberapa anak diantaranya We Pawempe, kemudian We Pawempe menikah dengan La Pagemusu Datu Marioriawa
La Pagemusu Datu Marioriawa, La Pagemusu Datu Marioriawa menikah dengan We Pawempe melahirkan anak I Mataesso atau dikenal Mappaloe Datu Marioriawa
I Mataesso atau dikenal Mappaloe atau I Mapalalla Datu Marioriawa, I Mataesso menikah dengan La Pammase putra Arung Ta (Cucu Pajung Luwu) melahirkan beberapa anak diantaranya 1. La Pateddungi Datu Kajuara. 2. La Temmupage Datu Marioriaw, 3. La Darapung Datu Tampaning, 4. Datu Latumpa
La Temmu Page Matinroe Ri Panci mempunyai anak bernama La Pawellangi Datu Marioriawa
La Pawellangi Datu Marioriawa, La Pawellangi Datu Marioriawa menikah dengan I Tenri Essa Datu Marioriawa
I Tenri Essa Datu Marioriawa, I Tenri Essa Datu Marioriawa menikah dengan La Pawellangi Datu Marioriawa melahirkan anak bernama I Samaelo atau dikenal dengan nama Isamaunru Datu Marioriawa
I Samaelo atau dikenal dengan nama Isamaunru Datu Marioriawa, I Samaelo menikah dengan Labattoa datu Tampaning melahirkan anak 1. La Cake Datu Marioriawa 2. Yatu Petta Walue Datu Mariorawa
La Cake Datu Marioriawa
Yatu Petta Walue Datu Marioriawa, Yatu Petta Walue menikah dengan Latone Datu Soppeng melahirkan anak antara lain : 1. La Mappaiyo Datu Marioriawa, 2. Yabeng Datu Marioriawa
La Mallarangeng,Datu (Raja) Marioriawa merangkap Datu Lompulle dan Datu Marioriwawo menikah dengan I Tenrileleang Pajung Luwu melahirkan anak bernama 1. La Maddusila Karaeng Tanete 2. La Tenrisessu Arung Paccana Datu Marioriawa Opu Cenning Luwu, 2. La Maggalatung Datu Lompulle, .4. La Samalangi Datu Leworeng
La Tenrisessu Arung Paccana Datu Marioriawa Opu Cenning Luwu (anak La Malarangeng Datu Lompulle dan Datu Marioriawa dengan Istrinya We Tenri Leleang Datu Tanete Pajung Luwu), La Tenrisessu menikah dengan I Pada Punna Bolae Ri Silaja melahirkan 1. La Makkarakalangi Baso Tancung (Tanecung) Datu (Raja) Marioriawa, 2. We Asia Datu Lamuru
La Mappaiyo Datu (Raja) Marioriawa MatinroE Ri Lagosi (Tewas Oleh Iparnya sendiri yang bernama I Tenri Dolong), La Mappaiyo kemudian menikah dengan I Tenri Dio di kenal dengan nama ArungngE Ilamming kemudian mempunyai anak bernama 1. La Pangera Daeng Mangati Sullewatang Batu-Batu Marioriawa, 2. La Pagemusu Petta PonggawaE Pabbicara Attangsalo Marioriawa.
Yabeng, Datu (Ratu) Marioriawa Attang Salo, Yabeng menikah dengan La Maggalatung Datu Lompulle melahirkan anak antara lain 1. La Sumampa Datu Marioriawa dan Datu Panincong 2. I Dulu Datu Marioriawa
La Sumampa (Petta Jangko) Datu Marioriawa
I Dulu Datu Marioriawa, I Dulu menikah dengan La Makkarakalangi Baso Tancung (Tanecung) Datu (Raja) Marioriawa, kemudian Idulu Datu Marioriawa menikah lagi dengan La Tenri Dolong Pangepa Soppeng Arung Bila Dan Datu Citta melahirkan beberapa anak diantaranya 1. Ali Datu Marioriawa. 2. Muhammad Tahereng Datu Enrekeng, kemudian Muhammad Tahereng Datu Enrekeng menikah dengan We Tenridio (Putri Lawana Datu Soppeng dengan Isa Arung Padali) melahirkan Andi Mapajanci Datu Marioriawa Merangkap Datu Soppeng XXXVII
La Makkarakalangi Baso Tancung (Tanecung) Datu (Raja) Marioriawa menikah dengan I Dulu Datu Marioriawa melahirkan bebepara anak diantaranya 1. Lakoro Arung Padali, 2. I Bau Datu Tempe, kemudian Ibau Datu Tempe menikah dengan La Patongai Datu Lompulle melahirkan anak bernama La Passamula Datu Mariorawa MatinroE ri Batubatu, Merangkap Datu Lompulle, Ranreng Talotenre dan Arung Matowa (Raja) Wajo, kemudian La Makkarakalangi Baso Tancung menikah lagi dengan Ininong melahirkan anak bernama We Pada Datu Marioriawa
La Koro Arung Padali Datu Marioriawa tahun 1885-1891 Merangkap Batara Wajo/Arungmatowa (Raja) Wajo XLI
La Passamula Datu Mariorawa MatinroE ri Batubatu tahun 1892-1897, Merangkap Datu Lompulle, Ranreng Talotenre dan Arung Matowa (Raja) Wajo, La Passamula menikah dengan We Jenna melahirkan anak bernama La Mappe Datu Marioriawa
We Pada Datu Marioriawa, We Pada menikah dengan La Mappatola Datu Bakke melahirkan beberapa anak antara lain 1. La Malleleang Datu Marioriawa, 2. Dara Walie Datu Marioriawa, 3. La Paselleang Datu Mariorawa
Dara Walie Datu Marioriawa,
La Mappe Arung Padali Datu Marioriawa Tahun 1900-1911, La Mappe menikah dengan We Besse melahirkan anak bernama Isa Arung Padali kemudian Isa Arung Padali, kemudian La Mappe menikah lagi dengan I Cingkang melarkan anak bernama 1. La Mori,2. Daeng Baji (Andi Baji) Matoa Ri Lompoe Marioriawa. Selanjutnya Isa Arung Padali menikah dengan Andi Wana Datu Soppeng melahirkan beberapa anak antara lain 1. Andi Muhammad Galib / Datu Galibe Datu Marioriawa. 2. We Tenri Dio Datu Lompulle kemudian menikah dengan Andi Muhammad Tahir Petta Enrekeng melahirkan anak Andi Mappejanci Datu Marioriawa Merangkap Datu Soppeng XXXVII
La Marola Datu Marioriawa (anak La Palloge Petta Watanglipu)
Ali Datu Marioriawa
La Malleleang Datu (Raja) Mario Riawa Attassalo, La Malleleang menikah dengan I Tenri Lawa Arung Liu melahirkan anak bernama Andi Makkaraka Ranreng Bentengpola kemudian Andi Makkaraka menikah dengan I Laje Petta Ecce melahirkan anak Andi Mungkace Datu Marioriawa
La Paselleang Datu Mariorawa
Andi Mungkace Datu Marioriawa
Andi Mangkona Datu Marioriawa Petta Arung Matoa (Raja) Wajo ke-45 periode 1933-1949 kemudian menikah dengan Andi Addiluwu (Datu Addi') Datu Watu dan mempunyai anak bernamaAndi Muhammad Arsad (Datu Sade’) Datu Marioriawa
Andi Muhammad Arsad (Datu Sade’) Datu Marioriawa
Andi Galibe Datu Marioriawa (Datu Soppeng XXXVI)
Andi Mappejanci Datu Marioriawa Merangkap Datu Soppeng XXXVII
Nama-Nama pejabat yang Pernah menduduki Jabatan Pabbicara (Kepala Pengadilan Merangkap Kepala Pemerintahan/Wanua) Di Attang Salo Marioriawa
La Pagemusu Petta PonggawaE Pabbicara Attangsalo Marioriawa.
Dg Mamalu Petta Pabbicara (Kepala Pengadilan Merangkap Kepala Pemerintahan/Wanua) ri Attang Salo Marioriawa (Putra dari Lapagemusu Petta PonggawaE anak La Mappaiyo Datu (Raja) Marioriawa MatinroE Ri Lagosi
Dg MappilE Petta Pabbicara Attang Salo Marioriawa Putra dari Dg. Mamalu Petta Pabbicara Attang Salo Marioriawa
Dg Pawellang Petta Pabbicara Attang Salo Marioriawa III, Putra dari Dg MappilE Petta Pabbicara Attang Salo Marioriawa
Andi Pariwusi Dg Mapadeng Petta Pabbicara Attang Salo Marioriawa IV, Putra dari Dg Pawellang Petta Pabbicara Attang Salo Marioriawa
Nama-Nama pejabat yang pernah menduduki Jabatan Yang Dipertua Negeri (Matoa) Di LompoE, Attang Salo, Marioriawa
Daeng Baji (Andi Baji) Matoa Ri Lompoe Marioriawa (anak dari Perkawinan (La Mappe Arung Padali Datu Marioriawa dengan Icingkang) , menjabat pada Tahun 1885-1915
Andi Wakka Tana Daeng Mawakkang (Pung Wakka) Matoa Lompo’E (anak Dari Daeng Baji (Andi Baji) Matoa Ri Lompoe Marioriawa), Menjabat pada Tahun 1915-1949
Nama-Nama pejabat yang Pernah menduduki Jabatan Pabbicara (Kepala Pengadilan Merangkap Kepala Pemerintahan/Wanua) Di Manorang Salo Marioriawa
Andi Langkaco Petta Pabbicara Manorang Salo Marioriawa
Nama-Nama pejabat yang pernah menduduki Jabatan Yang Dipertua Negeri (Matoa) Di Welonge Salo, Marioriawa
Andi Makkarella Matoa Welonge
Nama-Nama pejabat yang Pernah menduduki Jabatan Sullewatang Batu-Batu Marioriawa
La Pangera Daeng Mangati Sullewatang Batu-Batu
Andi Meru Sullewatang Batu-Batu terahir
Ada beberapa situs yang terdapat di Kecamatan Mario Riawa, di antaranya Komplek Pekuburan Raja Marioriawa dan bangsawan lainnya di Jerak'e Madining (Kelurahan Attang Salo), Komplek-komplek Pekuburan raja Marioriawa dan Bangsawan lainnya di Jerak'e Panci (Desa Bulue).
Disamping situs-situs ada beberapa objek wisata di antaranya, pemandangan alam di Danau Tempe dengan beberapa atraksi lomba perahu yang disebut Maccerak Tappareng di Kelurahan Limpomajang, Kelurahan Kaca dan Desa Patampanua. Atrarksi Mappadendang dan Mattojang dalam rangka pesta Panen Raya hampir di semua Kelurahan dan Desa. Komplek Rumah Adat "Sao Mario" di Kelurahan Manorang Salo serta Permandian Air Panas Lejja di Desa BuluE.