Mangatar Bilang HutagalungMayor Jenderal Polisi (Purn) Mangantar Bilang Hutagalung atau Mayjen Pol (P) MB Hutagalung adalah mantan Kalemdiklat Polri Pertama (periode tahun 1993 -1994), Gubernur PTIK ke XIII (1994 - 1995), dan Deputi Operasi (Deop) Kapolri atau Wakapolri setelah pemisahan Polri dari TNI (1996 - 1997). Bersama Jenderal TNI (P) Wismoyo Arismunandar aktif membina dan mengembangkan judo Indonesia (melalui Persatuan Judo Seluruh Indonesia atau PJSI) di dekade 80 dan 90an sehingga membawa Judo Indonesia sebagai juara umum SEA Games Cabor Judo dalam periode 80an sd akhir 90an. Saat menjabat Gubernur PTIK sampai dengan dipercaya menjadi Tri Brata (TB) 2 di era Orde Baru, Hutagalung aktif sebagai Ketua Umum Persatuan Drum Band Seluruh Indonesia (PDBI) dan Ketua Umum Persatuan Wushu Seluruh Indonesia (PWSI), dan banyak menghasilkan prestasi di Asia dan dunia. Mantan Ketua Umum Pengurus Besar Wushu Indonesia (PB WI) MB Hutagalung bersyukur dan bangga oleh cabang olahraga yang pernah dipimpinnya kini kian maju dan berkembang.[1] Rasa syukur dan bangga tersebut disampaikan MB Hutagalung saat melakukan kunjungan silaturahim dengan Ketua Umum Master Supandi Kusuma di Gedung Harian Analisa, Senin (20/6). Hutagalung mengakui, ia tidak lama memimpin PB WI.“Saat itu, sekira akhir tahun 1990-an, saya ditunjuk Ketua Umum KONI Pusat Wismoyo Arismunandar, karena kondisi Wushu Indonesia sedang kurang baik. Namun dari Wushu saya banyak mendapat pelajaran. Dan saya bersyukur sempat menangani cabang olahraga ini,” kata Hutagalung yang kini aktif sebagai Ketua Pengprov PJSI DKI Jakarta. MB Hutagalung adalah sosok yang banyak berkreasi, bekerja, dan sedikit bicara. Beliau sangat sederhana dan menjadikan Jenderal Polisi (P) Hoegeng dan Jenderal Pol (P) Awaluddin Jamin sebagai role model. Banyak yunior yang pernah bekerjasama dan di bawahnya sukses menjadi Pati Polri dan beberapa menjadi Kapolri. Mangantar Bilang Hutagalung atau MB Hutagalung adalah alumni Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK) Angkatan X (Sepuluh) Bima yang lulus dengan penghargaan Trengginas dari Presiden Soekarno Tidak lama setelah lulus PTIK, MB Hutagalung melanjutkan studi kepolisian di beberapa bidang di AS dan Jepang, termasuk di International Police Academy di Washington AS. MB Hutagalung menyenangi profesi sebagai Guru atau Tenaga Pendidik (Gadik), dan banyak membangun jejaring, baik pada saat berdinas di Polri termasuk membangun network dengan banyak kepolisian negara maju dan mengirimkan banyak yuniornya untuk menimba ilmu dan ketrampilan dari kepolisian negara maju, maupun setelah purna karya dari Polri. Dalam karier kepolisiannya, MB Hutagalung lebih banyak bergelut dalam dunia pendidikan. Ia pernah menjadi Kepala Sekolah Lanjutan Perwira / KASELAPA POLRI (1989), Direktur Pendidikan Polri (1991-1993), Kalemdiklat Polri (1993-1994) dan Gubernur PTIK (1994-1995). Dalam bidang operasional, Drs. H. MB Hutagalung juga pernah menjabat Wakapolda Irja / Irian Jaya (1989-1990) dan Kapolda Irja (1990-1991). MB Hutagalung menikah dengan Dra. Hj. Zuraida Bustami yang juga berprofesi Polwan (Polisi Wanita) yang merupakan adik letting (junior) yang masuk pendidikan PTIK pada tahun 1964 sebagai angkatan XI (sebelas) PTIK. Dalam Jabatannya sebagai Deputi Kapolri Bidang Operasi (Deops Kapolri) MB Hutagalung membuat karya tulis "Pengelolaan Benda Sitaan Negara, Ditinjau dari Substansi Kepolisian", Deputi Kapolri Bidang Operasi, Jakarta, 1995. Bapak Hutagalung juga pernah diminta untuk berkiprah dalam memperjuangkan kemajuan daerah asalnya di Tapanuli, Sumatera Utara. Ide pembentukan Provinsi Tapanuli (Protap) dimulai sejak 1998, oleh Komite Pemrakarsa pembentukan Provinsi Tapanuli se Eks Keresidenan Tapanuli muncul di bawah koordinasi Mayjen Pol (Purn) MB Hutagalung (saat itu menjabat Deputi Operasi Mabes Polri), serta adanya Kongres Rakyat Tapanuli tahun (2000)[2] Dalam pernikahannya, MB Hutagalung memiliki empat putra-putri yaitu Jultarda Oloan Hutagalung, Leona Olvida boru Hutagalung, Virleidya Lusinta boru Hutagalung, dan Jantarda Mauli Hutagalung. Keluarga MB Hutagalung dikenal sebagai keluarga sederhana[3] Referensi
|