Manat
Manāt (bahasa Arab: مناة) adalah dewi Semit yang disembah di Jazirah Arab sebelum kebangkitan Islam pada abad ke-7. Manat juga merupakan julukan untuk berhala yang terbuat dari batu keras milik Bani Hudzail di Gunung Qudayd, al-Musyallal yang disebut dalam teks-teks Islam. Berhala ini menghadap ke arah Laut Merah yang berjarak dari pesisir pantai kurang lebih 40 km dan dari Madinah berjarak sekitar 4 mil. Kabilah Khuza’ah, Aws, Khazraj, al-Azad dan Ghassan dahulu sering menyucikan dan menziarahinya. Ada beberapa 2 versi yang mengatakan bahwa Manāt berhasil dihancurkan oleh Ali bin Abu Thalib, dan satu lagi mengisahkan bahwa berhala ini dihancurkan oleh Sa’ad bin Zaid al-Asyhaly bersama dua puluh orang pasukan berkuda pada bulan Ramadan 8 H.[1] EtimologiManāt berasal dari kata al-Mana yang berarti takdir/ nasib atau bisa pula memiliki arti kematian. Manāt dalam kitabAl Qur'anBerhala Manāt ini disebut di dalam Al Qur'an dalam surah An-Najm 53:20
The Book of IdolsMenurut buku yang berjudul "Book of Idols" (Kitab al-Asnām) yang dikarang oleh Ibnu al-Kalbī, Manāt diyakini oleh bangsa Arab Jahiliyah bahwa ia adalah dewi keyakinan dan sebagai yang anak tertua dari tiga "Anak Tuhan." Ia dikenal juga dengan nama Manawat bagi Suku Nabatea dari Petra, yang sejajar dengan dewi Nemesis dan dianggap sebagai istri Hubal. "Book of Idols" juga menuliskan bahwa Suku Quraisy (suku penguasa di Mekkah) begitupula dengan suku Arab lainnya melanjutkan untuk menyembah Manāt, sampai diutusnya seorang nabi yang bernama Muhammad pada 8 Hijriyah, pada tahun ini Tuhan memberikannya kepada Muhammad sebuah kemenangan dalam Pertempuran Mu'tah. Ketika Muhammad sejarak empat atau lima malam dari Madinah, ia kemudian mengirimkan berita secara tertulis untuk menghancurkan berhala ini. Lihat pulaCatatan kaki
Referensi
|