Madoera Stoomtram Maatschappij
Madoera Stoomtram Maatschappij, N.V. (disingkat MdrSM) adalah salah satu perusahaan kereta api di Hindia Belanda yang beroperasi di Madura. Perusahaan ini menyelenggarakan angkutan trem uap yang melayani Madura beserta antarmoda pendukungnya seperti kapal feri dari Bangkalan maupun Sumenep. Ia memiliki jalur yang menghubungkan Stasiun Kamal di Bangkalan dan Stasiun Kalianget di Sumenep sebagai stasiun ujung.[1] SejarahDidirikan pada tahun 1897, MdrSM telah mendapat konsesi izin pembangunan jalur kereta api di wilayah Madura sejauh 150 km.[2][3] Dalam pembangunan jalur tersebut, perusahaan ini memberi mandat kepada penanam modal untuk menanamkan modal sebesar f3.000.000.[4] Jalur kereta api yang pertama kali dibuka oleh MdrSM adalah jalur ruas Kamal–Bangkalan sepanjang 18 km pada 8 Desember 1898, kemudian jalur Tambangan–Kalianget di Sumenep sepanjang 20 km dibuka pada 17 Februari 1899.[5] Jalur kereta api yang terakhir dibuka adalah jalur Kamal–Kwanyar pada 1 September 1913.
Untuk menunjang pelayanan, MdrSM juga membuat antarmoda lanjutan, misalnya Kapal Feri menuju Surabaya maupun Panarukan. Di Surabaya, terdapat Stasiun Ujung di tepi Sungai Kalimas di Ujung, Semampir, Surabaya milik OJS yang difungsikan sebagai tempat transit dari layanan antarmoda lanjutan ini. Sedangkan di Panarukan terdapat Pelabuhan Panarukan sebagai tempat transit yang juga terintegrasi dengan Stasiun Panarukan Pelabuhan milik SS.[6][7]
Layanan kereta apiDaftar lintasDi bawah ini adalah daftar lintas yang pernah dioperasikan oleh MdrSM:
ArmadaUntuk menunjang sistem, didatangkanlah lokomotif trem uap dari Hartmann, Jerman, buatan tahun 1897-1898 dan kelak diberi nomor C31 pada zaman pendudukan Jepang. Selain itu, MdrSM juga memiliki armada lokomotif trem uap dari Hohenzollern. PenutupanBuku Jarak yang dibuat oleh DKA pada tahun 1950 hanya memuat jalur ruas Kamal–Pamekasan dan Kamal–Bangkalan.[8] Jalur ruas Sumenep–Kalianget ditutup pada tahun 1937 karena MdrSM tidak dapat memperoleh untung dari lintas tersebut, akibat maraknya kendaraan darat modern non rel yang mulai menjajal sejumlah wilayah di Pulau Madura.[9] Jalur Sumenep–Pamekasan dibongkar Jepang untuk kepentingan perang.[10] Pada ahir dekade 1970-an, PJKA mulai mengalami kerugian akibat kalah bersaing dengan mobil pribadi dan angkutan umum, sehingga PJKA menutup penuh seluruh jalur di Madura pada tahun 1988. Meski secara jalur ini dimatikan tahun 1988, prasarana sudah sepenuhnya tak lagi digunakan sejak 1991. Pernah dijalankan bus pengumpan yang disediakan oleh PJKA di lintas Madura, tetapi keberadaannya tidak diketahui.[11] ReaktivasiBerdasarkan Perpres No. 80 Tahun 2019, jalur kereta api ini rencananya akan diaktifkan kembali pada tahun 2024. Pengaktifan kembali ini direncanakan dimulai dari Jembatan Suramadu–Kecamatan Kota Sumenep saja, tidak sampai Kalianget dan tidak melewati Kabupaten Bangkalan dan Pelabuhan Kamal. Pengaktifan ini ditujukan guna mendukung percepatan pemerataan pembangunan di wilayah Madura agar tidak tertinggal dengan daerah lain di Provinsi Jawa Timur.[12] Galeri
Referensi
|