Lumba-lumba bungkuk
Lumba-lumba bungkuk merupakan anggota genus Sousa. Lumba-lumba ini mempunyai ciri khas punuk yang mencolok dan sirip punggung memanjang yang terdapat di punggung spesies dewasa. Mereka ditemukan dekat pantai di sepanjang pantai Afrika Barat (spesies/varietas Atlantik) dan tepat di sepanjang pantai Samudera Hindia dari Afrika Selatan hingga Australia (spesies/varietas Indo-Pasifik). Beberapa lembaga telah mengajukan proposal untuk membagi spesies Indo-Pasifik menjadi dua spesies berbeda: lumba-lumba punggung bungkuk Indo-Pasifik dan lumba-lumba punggung bungkuk Australia. TaksonomiPada pertengahan tahun 2000-an, sebagian besar pihak berwenang hanya menerima dua spesies—Atlantik dan Indo-Pasifik.[1][2][3] Namun, dalam catatan sistematisnya yang banyak digunakan,[4] Rice mengidentifikasi tiga spesies, dan memandang Indo-Pasifik sebagai dua spesies yang hanya diberi nama Indo dan Pasifik. Garis pemisah antara kedua (sub) spesies tersebut diambil di Sumatera, salah satu pulau di Indonesia; namun, pencampuran dianggap tidak bisa dihindari. Lebih lanjut, ahli cetologi Australia Graham Ross menulis "Namun, studi morfologi baru-baru ini, yang secara samar-samar didukung oleh analisis genetik, menunjukkan bahwa ada satu spesies variabel yang mana nama S. chinensis memiliki prioritas".[5] Lumba-lumba bungkuk yang ditemukan di perairan Tiongkok secara lokal dikenal sebagai lumba-lumba putih Tiongkok. Pada akhir tahun 2013, para peneliti dari Wildlife Conservation Society dan museum American Natural History mengusulkan klasifikasi lumba-lumba punggung bungkuk Indo-Pasifik menjadi tiga spesies berdasarkan analisis morfologi dan genetik.[6] Penelitian mereka menunjukkan bahwa setidaknya ada empat spesies yang termasuk dalam genus Sousa: lumba-lumba bungkuk Atlantik (S. teuszii), dua spesies lumba-lumba bungkuk Indo-Pasifik (S. plumbea dan S. chinesis), dan spesies keempat, spesies baru lumba-lumba punggung bungkuk Indo-Pasifik ditemukan di lepas pantai Australia bagian utara, sebuah perbedaan yang berpotensi memandu upaya konservasi spesies tersebut.[7][8]
Referensi
|