Luhu, Huamual, Seram Bagian Barat

Luhu
Hena Tomarala
Negara Indonesia
ProvinsiMaluku
KabupatenSeram Bagian Barat
KecamatanHuamual
Kodepos
97562
Luas225,99 km²
Jumlah penduduk... jiwa
Kepadatan... jiwa/km

Luhu adalah negeri yang berstatus resminya sebagai desa di Kecamatan Huamual, Kabupaten Seram Bagian Barat, Maluku, Indonesia. Di negeri Luhu terdiri dari banyak dusun, yang paling besar dan paling banyak penduduknya se-kecamatan Huamual adalah dusun Limboro yang dihubungkan oleh jalan raya Harmin Mursalim.[1] Kemudian dusun lainnya, yakni dusun Talaga yang dihubungkan oleh jalan raya Abu Ahmad Muhammad Al-Khidhir.[2]

Masyarakat

Berikut ini beberapa fam-fam (matarumah) yang secara turun-temurun mendiami negeri Luhu. Fam-fam tersebut terbagi menjadi tujuh soa yang diakui sebagai fam asli negeri Luhu.[3]

  • Soa Kipati
  1. Warang
  • Soa Kuta
  1. Samanery
  2. Sillehu
  • Soa Lamu
  1. Leka
  2. Wailulu
  • Soa Lisa
  1. Lisaholith
  • Soa Loyata
  1. Kaliky
  2. Payapo
  • Soa Manumite
  1. Asawala
  2. Sillouw
  3. Suneth
  • Soa Uluanine
  1. Palisoa

Demografi

Penduduk Luhu merupakan masyarakat Maluku asli Pulau Seram yang secara umum digolongkan sebagai orang Ambon. Semua masyarakat asli Luhu beragama Islam. Islam masuk ke Luhu dan Huamual secara umum melalui hubungan antara Kerajaan Huamual dengan Kesultanan Ternate. Luhu sebagai salah satu negeri tertua di Huamual kemudian menjadi pusat persebaran Islam di Pulau Seram bagian barat serta pesisir utara Pulau Ambon.

Masjid utama di Luhu adalah Masjid Jami Luhu yang dahulu bernama Krain Jannah yang didirikan oleh Raja Gimelaha, dengan kepala tukangnya Patihusen Sillou.[4] Selain penduduk asli, di wilayah petuanan Luhu juga menetap masyarakat etnis Buton yang secara turun-temurun telah tinggal di pesisir barat Pulau Seram. Sama halnya dengan penduduk asli Luhu, semua orang Buton beragama Islam.

Hubungan sosial

Gandong

Luhu memiliki hubungan gandong dengan negeri Lumoli.[5]

Pela

Negeri ini mengangkat hubungan pela dengan negeri Abubu, Porto, Itawaka, dan Sila.

Hubungan dengan negeri-negeri tetangga

Luhu merupakan negeri yang paling utama di Semenanjung Huamual dan pada zaman dahulu menguasai daerah-daerah yang luas hingga ke Tanjung Sial, yang saat ini merupakan petuanan dari beberapa negeri di Leihitu, seperti Asilulu, Wakasihu, Larike, dan Ureng. Masyarakat negeri Luhu menolak wacana perubahan status Lokki dari desa menjadi negeri, dikarenakan lokasi berdirinya Lokki diklaim sebagai tanah ulayat dari negeri Luhu dan dalam sejarah tidak pernah ada negeri bernama Lokki.[6]

Negeri ini juga memiliki hubungan yang panas dengan Iha serta Kulur, walaupun ketiga negeri ini sama-sama beragama Islam. Iha dan Kulur hanya berbeda administrasi saja, tetapi secara adat tampak menyatu dan biasa dikenal sebagai Amaiha-Ulupia, yang didirikan pada abad ke-17 di tanah petuanan negeri Luhu oleh para pengungsi dari Kerajaan Iha di Pulau Saparua yang melarikan diri dari upaya pengkristenan dan penghukuman oleh VOC pasca-kekalahan Kerajaan Iha. Hingga saat ini, masih ada sengketa-sengketa di antara Luhu dengan dua negeri tetangga yang dianggap merampas tanah adat Luhu. Bentrok fisik sudah beberapa kali terjadi, yang terbaru terjadi pada Agustus 2014 yang menewaskan lima warga Luhu dan empat warga Iha.[7] Raja Luhu saat itu, Anita Payapo melaporkan bahwa ada 33 korban luka-luka dari pihak Luhu, 11 di antaranya dirujuk ke RSUD Haulussy di Ambon.[8]

Referensi

  1. ^ "SMAM Limboro, Kabupaten Seram Bagian Barat, Maluku". cumaps.net. Diakses tanggal 2022-04-04. 
  2. ^ "Puskesmas Talaga, Jl. Ustadz Al-Khidhir, Luhu, Huamual Belakang, Kabupaten Seram Bagian Barat, Maluku, Indonesia". WorldPlaces.Org (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2022-04-04. 
  3. ^ Alldrus, Muhammad Fatih (12 Februari 2023). "SELAYANG PANDANG NEGERI LUHU". www.slideshare.net. Slide Share. Diakses tanggal 21 Juli 2024. 
  4. ^ "Pemasangan Tiang Alif di Luhu Berlangsung Khidmat". Siwalima News. Ambon. Diakses tanggal 22 Juni 2024. 
  5. ^ "Danlantamal IX Ambon terima gelar adat Negeri Lumoli Seram Barat". www.antaranews.com. 22 Maret 2024. Diakses tanggal 6 Juni 2024. 
  6. ^ "Ketua IKBH : Lokki Bukan Negeri Adat, Jangan Rampas Hak Negeri Luhu". Teras Maluku. Ambon. 30 Juli 2018. Diakses tanggal 16 Juni 2024. 
  7. ^ Daniel Leonard (4 Agustus 2014). Wibowo, A. A., ed. "Sembilan warga tewas dalam bentrok desa Iha dan Luhu". Antara. Jakarta. Diakses tanggal 16 Juni 2024. 
  8. ^ Rahmat Rahman Patty (4 Agustus 2014). "Bentrok Warga di Seram, 33 Orang dari Desa Luhu Luka-luka". Kompas.com. Jakarta. Diakses tanggal 16 Juni 2024. 

Bacaan lanjutan

  • Manusama, Z.J., Hikayat Tanah Hitu – Historie en siciale structuur van de Ambonse eilanden in het algeen en van Uli Hitu in het bijzonder tot het midden der zeventiende, Leiden 1977
  • Rumphius, G.E., De Ambonse Historie – Behelsende een kort verhaal der Gedenkwaardiste Geschiedenissen zo in Vreede als oorlog voorgevallen sedert dat de Nederlandsche Oost Indische Comp. het bisit Ambon Gehadt Heeft. Bijdragen tot de Taal-, Land en Volkenkunde van Netherlandsch Indie, 1910
  • Paramita R. Abdurachman, Bunga Angin Portugis di Nusantara, jejejak-jejak kebudayaan Portugis di Indonesia, Jakarta 2008.
  • Des Alwi, Sejarah Banda Naira, Jakarta 2006
  • Bor, Livinus, Amboinse Wars, oleh Arnold de Vlaming van Oudshoorn sebagai Superintendent, mengakhiri peperangan di wilayah Timur (A. Bon, Delft, 1663), 297-300
  • Rumphius, Georg Everard, Kepulauan Ambon di bawah VOC, sebagaimana tercatat dalam De Ambonse Land Description (Landelijk Steunpunt Educatie Molukkers, Utrecht, 2002), 122-123
  • Rumphius, Georg Everard, Ambonsche Historie (Kontribusi pada Linguistik, Tanah dan Etnologi Hindia Belanda 10, 1910), II, 93
  • Bor, Livinus, Amboinse Wars, oleh Arnold de Vlaming van Oudshoorn sebagai Superintendent, mengakhiri peperangan di wilayah Timur (A. Bon, Delft, 1663), 297-300
  • Rumphius, Georg Everard, Kepulauan Ambon di bawah VOC, sebagaimana tercatat dalam De Ambonse Land Description (Landelijk Steunpunt Educatie Molukkers, Utrecht, 2002), 122-123
  • Rumphius, Georg Everard, Ambonsche Historie (Kontribusi pada Linguistik, Tanah dan Etnologi Hindia Belanda 10, 1910), II, 93
  • Valentijn, François, Hindia Timur Lama dan Baru (Dordrecht/Amsterdam, 1724-1726)


Kembali kehalaman sebelumnya