Lord Rayleigh
Lord Rayleigh (John William Strutt) (12 November 1842 – 30 Juni 1919) adalah seorang fisikawan Inggris.[1] Saat masih kecil dan remaja, dia sering menderita sakit sehingga pendidikannya terganggu.[1] Pada tahun 1861, Rayleigh masuk ke Trinity College, Cambridge untuk mempelajari matematika hingga lulus pada tahun 1865.[1] Setahun kemudian dia mendapatkan beasiswa di Trinity hingga tahun 1871, dimana dia menikah dengan Evelyn.[1] Ketika ayahnya meninggal pada tahun 1872, Rayleigh terpaksa mengurus perkebunan peninggalan keluarganya yang berluas 7000 hektare.[1] Hal itu dilakukannya hingga tahun 1876, kemudian dia menyerahkan pengelolaan tanah perkebunan tersebut kepada adiknya.[1] Pada tahun 1877-1878, dia mempublikasikan Teori Suara dan selama hidupnya, Rayleigh telah menulis 466 artikel ilmiah.[2] Di bidang akustik, dia mempelajri tentang hamburan (hamburan Rayleigh) batasan difraksi, gelombang permukaan, fenomena resonansi, timbal balik, gaya radiasi, kavitasi, relaksasi, dan persepsi dwirungu (binaural perception).[2] Dia meraih nobel dalam bidang fisika pada tahun 1904 atas penemuan gas argon dan kontribusinya dalam kemajuan sains.[2] Hamburan RayleighHamburan Rayleigh merupakan fenomena hamburan cahaya matahari. Ia menjelaskan bahwa fenomena pewarnaan langit merupakan sebaran radiasi elektromagnetik oleh partikel-partikel yang berada pada radius kurang dari 1/10 panjang radiasi gelombang.[3] SInar matahari yang terpancar dari luar angkasa telah terhambur oleh partikel-partikel penyusun atmosfer. Hamburan sinar matahari tersebut menyebabkan langit berwarna biru pada pagi hari dan berwarna merah pada senja atau fajar. Di Indonesia terdapat salah satu peristiwa unik yang melibatkan konsep teori ini. Peristiwa tersebut adalah langit Jambi yang berwarna merah. Pada peristiwa tersebut, partikel-partikel atmosfer menjadi cukup padat sehingga cahaya matahari dengan spektrum pendek hingga medium menjadi terhambur. Maka dari itu, cahaya matahari yang dapat melewati kepadatan ini adalah cahaya dengan spektrum panjang.[4] Hal inilah yang menyebabkan langit Jambi menjadi warna merah Referensi
|