Artikel ini membahas mengenai bangunan, struktur, infrastruktur, atau kawasan terencana yang sedang dibangun atau akan segera selesai. Informasi di halaman ini bisa berubah setiap saat (tidak jarang perubahan yang besar) seiring dengan penyelesaiannya.
Lin Utara–Selatan (bahasa Inggris: North–South Line; disingkat NS Line[a]) merupakan jalur angkutan cepat pertama dari Moda Raya Terpadu Jakarta. Jalur ini memiliki warna merah pada peta sehingga sering dikenal juga dengan nama Red Line.[b] Jalur ini menghubungkan Lebak Bulus dengan Bundaran Hotel Indonesia dengan jarak tempuh sekitar 15,7 km dan 13 stasiun. Dari keseluruhan stasiun, tujuh stasiun berbentuk layang dan enam stasiun berada di bawah tanah.[3] Jalur ini diresmikan oleh PresidenJoko Widodo pada tanggal 24 Maret2019.[1][2]
Jalur utara–selatan dibagi pengerjaannya menjadi dua fase, yakni fase I dan fase II. Fase 1 menghubungkan Stasiun Lebak Bulus dengan Stasiun Bundaran HI sepanjang kurang lebih 15,7 km. Sementara itu, fase II dibagi menjadi dua bagian yang disebut fase IIA dan fase IIB. Fase IIA menghubungkan Stasiun Thamrin dengan Stasiun Kota, sedangkan fase IIB menghubungkan Stasiun Kota dengan Stasiun Ancol dan Depot Ancol Barat.[4]
Sejarah
Prakonstruksi
Ide membangun jalur pertama MRT Jakarta telah muncul sejak tahun 1985 oleh Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi saat itu, B. J. Habibie. BPPT menilai jalan-jalan yang ada di Jakarta tidak akan cukup untuk menampung pertumbuhan populasi dan kendaraan di Jakarta. Pada tahun 1996, pemerintahan Presiden Soeharto menetapkan rute MRT Jakarta pertama yaitu Blok M–Jakarta Kota. Rencana ini tidak terealisasi karena adanya krisis ekonomi 1997–1998.[5][6]
Rencana MRT kembali digaungkan pada masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Pemerintah Pusat menetapkan proyek MRT sebagai proyek nasional. Pada November 2006, perjanjian pinjaman dengan Japan Bank for International Cooperation (JBIC) untuk pembangunan MRT Jakarta ditandatangani. Perjanjian tersebut meliputi pendanaan untuk pekerjaan studi dan pendanaan pembangunan. Perjanjian untuk pekerjaan studi diberikan senilai 17,5 juta Dolar dan untuk pendanaan konstruksi senilai 800 juta Dolar Amerika Serikat.[7][8]
Pada tanggal 17 Juni 2008, Pemerintah DKI Jakarta membentuk PT MRT Jakarta sebagai badan hukum penunjang MRT Jakarta. Badan usaha milik daerah ini, ditugaskan untuk pengusahaan dan pembangunan, pengoperasian dan perawatan sarana dan prasarana MRT, serta pengembangan bisnis/properti di kawasan sekitar stasiun dan depo.[5][9]
Pada tanggal 31 Maret 2009, ditandatangani perjanjian pinjaman dana kedua (LA2) dari JICA untuk pembangunan jalur MRT. Pinjaman yang diberikan sebesar 48,105 miliar Yen.[10][11] Pinjaman ini akan diteruskan dari Pemerintah Pusat kepada Pemerintah DKI Jakarta sebagai hibah dengan sebuah Perjanjian Penerusan Hibah (NPPH).[12][13]
Fase I
Pengerjaan desain dasar fase I jalur utara–selatan dimulai pada tahun 2010. Proses tender proyek berlangsung hingga tahun 2012. Selain itu, proyek ini masuk dalam salah satu proyek prioritas dalam anggaran provinsi DKI Jakarta tahun 2013.[14] Konstruksi fisik diharapkan dimulai tahun 2013 dan selesai tahun 2017.[15]
Pada tanggal 11 Juni 2013, tiga kontrak sipil konstruksi bawah tanah sepanjang 9,2 km telah ditandatangani.[17] Sementara itu, untuk kontrak konstruksi jalur layang ditandatangani pada tanggal 10 Oktober 2013.[18] Kontrak konstruksi pembangunan fase I terdiri atas:
CP 101, konstruksi depo dan Stasiun Lebak Bulus serta konstruksi layang terkait dimenangkan oleh konsorsium Tokyu Corporation - PT Wijaya Karya JO.
CP 102, konstruksi Stasiun Cipete Raya dan Stasiun Fatmawati serta konstruksi layang terkait dimenangkan oleh konsorsium Tokyu Corporation - PT Wijaya Karya JO.
CP 103, konstruksi Stasiun Haji Nawi, Stasiun Blok A, Stasiun Blok M, dan Stasiun ASEAN, serta konstruksi layang terkait dimenangkan oleh konsorsium Obayashi Corporation - Shimizu Corporation - PT Jaya Konstruksi JV.
CP 104, konstruksi transisi jalur layang–jalur bawah tanah, Stasiun Senayan, dan Stasiun Istora, serta konstruksi bawah tanah terkait dimenangkan oleh konsorsium Obayashi Corporation - Shimizu Corporation - PT Jaya Konstruksi JV.
CP 105, konstruksi Stasiun Bendungan Hilir dan Stasiun Setiabudi serta konstruksi bawah tanah terkait dimenangkan oleh konsorsium Obayashi Corporation - Shimizu Corporation - PT Jaya Konstruksi JV.
CP 106, konstruksi Stasiun Dukuh Atas dan Stasiun Bundaran Hotel Indonesia serta konstruksi bawah tanah terkait dimenangkan oleh konsorsium Sumitomo Mitsui Construction Company - PT Hutama Karya JO.
CP 107, konstruksi sistem perkeretaapian dan sistem rel dimenangkan oleh konsorsium Metro One.
Pembangunan fase I dimulai setelah groundbreaking oleh Gubernur DKI Jakarta selanjutnya, Joko Widodo pada tanggal 10 Oktober 2013 di tempat yang kini menjadi Stasiun Dukuh Atas. Pembangunan tersebut memakan beberapa badan jalan sehingga mengharuskan adanya rekayasa lalu lintas.[19][20]
Pada tanggal 23 Februari2017 pengeboran terowongan untuk fase I jalur utara–selatan telah selesai.[21] Sementara itu, pada tanggal 29 November2017 seluruh konstruksi jalur layang maupun jalur bawah tanah telah selesai. Konstruksi selanjutnya yang dilakukan ialah pembangunan interior stasiun, depot Lebak Bulus, dan pekerjaan finishing.[22]
Setelah semua pekerjaan selesai, dilakukan uji coba publik terbatas yang dilakukan mulai tanggal 12 Maret 2019 hingga 24 Maret 2019. Penumpang peserta uji coba terbatas diwajibkan mendaftar terlebih dahulu dengan kuota yang tersedia. Pengoperasian kereta dilakukan dengan jarak antar kereta 10 menit.[23]
Fase I jalur utara–selatan resmi beroperasi secara gratis pada tanggal 24 Maret 2019 setelah diresmikan oleh Presiden Joko Widodo di Stasiun Bundaran HI.[1][2] Mulai tanggal 1 April 2019, lintas ini mulai beroperasi secara komersial atau bertarif.[24]
Fase II
Pencanangan pembangunan fase II jalur utara–selatan pada awalnya direncanakan akan dilaksanakan pada bulan Desember 2018.[25] Namun karena terdapat kendala pembebasan lahan, groundbreaking diundur hingga bulan Januari 2019. Pada tanggal 30 Januari 2019, Direktur Utama PT MRT Jakarta mengumumkan bahwa groundbreaking diundur hingga tanggal yang belum ditentukan. Hal ini disebabkan belum adanya rekomendasi dari Kemsetneg perihal pembangunan proyek ini yang melintasi kawasan Medan Merdeka atau Silang Monas.[26]
Acara groundbreaking fase II akhirnya dilaksanakan pada tanggal 24 Maret 2019 bersamaan dengan peresmian fase I jalur utara–selatan. Peletakan batu pertama pembangunan fase II ini dilaksanakan di Stasiun Bundaran HI.[1][2][27]
Proyek fase IIA sendiri terbagi menjadi beberapa paket pengerjaan, yaitu:
CP 200, konstruksi substansi elektrik bawah tanah dekat Stasiun Monas dimenangkan oleh PT Trocon Indah.
CP 201, konstruksi Stasiun Thamrin dan Stasiun Monas serta pekerjaan bawah tanah terkait dimenangkan oleh konsorsium Shimizu Corporation - PT Adhi Karya JV.
CP 202, konstruksi Stasiun Harmoni, Stasiun Sawah Besar, dan Stasiun Mangga Besar, serta pekerjaan bawah tanah terkait diberikan kepada konsorsium Shimizu Corporation - PT Adhi Karya JV.[28]
CP 203, konstruksi Stasiun Glodok dan Stasiun Kota serta pekerjaan bawah tanah terkait diberikan kepada konsorsium Sumitomo Mitsui Construction Company - PT Hutama Karya JO.[29]
CP 204, konstruksi depo Ancol Barat.
CP 205, konstruksi sistem perkeretaapian dan sistem rel.
CP 205A, segmen Harmoni–Mangga Besar diberikan kepada konsorsium Shimizu Corporation - PT Adhi Karya JV.[28]
CP 205B, segmen Mangga Besar–Kota diberikan kepada konsorsium Sumitomo Mitsui Construction Company - PT Hutama Karya JO.[29]
CP 206, pengerjaan 42 unit bakal pelanting, peserta lelang masih belum memberikan persetujuan terkait pengadaan bakal pelanting dengan dalih banyaknya proyek lain yang harus dikerjakan pada regional Asia.[30]
CP 207, konstruksi pengumpulan tarif otomatis (Automatic Fare Collection, AFC).
Beberapa proses pembangunan fase IIA mengalami keterlambatan akibat Pandemi COVID-19. Paket pengerjaan CP 201 yang seharusnya dimulai pada bulan Maret 2020, diundur hingga bulan Juni 2020.[31] Proses lelang untuk paket pengerjaan CP 202 sendiri sempat gagal dua kali akibat pandemi tersebut.[32] Akibatnya, proses penunjukan kontraktor CP 202 dilakukan secara pengadaan langsung (direct contracting) yang dilakukan sepaket dengan CP 205. Pembangunan fase IIA yang awalnya ditargetkan selesai Desember 2024, namun diperkirakan akan terlambat hingga bulan Maret 2025.[28][33]
Per September 2021, kemajuan pengerjaan rel bawah tanah yang dimulai dari Stasiun MRT Bundaran HI sudah mencapai tahap power blender untuk perkuatan stabilitas tanah, pemasangan dinding penahan tanah dan kolom stasiun. Akibat pekerjaan konstruksi tersebut, dilakukan manajemen rekayasa lalu lintas untuk menjaga kelancaran arus lalu lintas Jl. MH Thamrin selama proses konstruksi berlangsung.[34][35]
Rencana perpanjangan menuju Tangerang Selatan
Meskipun perpanjangan menuju Ancol Barat masih berlanjut, wacana perpanjangan menuju Kota Tangerang Selatan, Banten mulai terbuka setelah Pemerintah Kota Tangerang Selatan membuka pembahasan tersebut bermula pada tahun 2018, namun pada tanggal 17 April 2024, PT MRT Jakarta merestui rencana perpanjangan tersebut yang menggunakan pendanaan pihak ketiga seperti pengembang perumahan serta perusahaan swasta yang akan membantu pendanaan APBD Kota Tangerang Selatan dan Banten untuk mengonversikan ke dalam proyek strategis nasional dari Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek. Trase tersebut masih dalam tahap pembahasan kajian studi.[36]
Pendanaan
Fase 1 didanai melalui pinjaman lunak oleh Bank Jepang untuk Kerja Sama Internasional (bahasa Inggris: Japan Bank for International Cooperation, JBIC), sekarang bergabung ke Badan Kerja Sama Internasional Jepang (bahasa Inggris: Japan International Cooperation Agency, JICA). Tenor pinjaman selama 30 tahun dan masa tenggang 10 tahun. Pembayaran pertama dilakukan 10 tahun setelah penandatanganan perjanjian. Pembayaran berlangsung hingga 30 tahun setelahnya dengan bunga pinjaman sebesar 0.25% per tahun.[37]
Sementara itu, fase II didanai pinjaman dengan skema serupa oleh JICA namun dengan tenor 40 tahun. Pembayaran pertama dilakukan 10 tahun setelah penandatanganan perjanjian. Bunga yang dikenakan sebesar 0,1% pada pembayaran tahap pertamanya. Pendanaan ini juga memuat sebagian pendanaan untuk fase I akibat kekurangan anggaran, salah satunya digunakan untuk menerapkan pemutakhiran peraturan pemerintah tentang pencegahan dampak gempa bumi. Beban pembayaran utang tersebut dibagi menjadi 49% oleh Pemprov DKI Jakarta dan 51% oleh Direktorat Jenderal Perkeretaapian.[38]
Jaringan
Rute
Jalur Utara–Selatan menghubungkan daerah Lebak Bulus di Jakarta Selatan dengan Ancol di Jakarta Utara. Untuk saat ini, hanya bagian sepanjang 15,7 km antara Stasiun Lebak Bulus dengan Stasiun Bundaran Hotel Indonesia yang telah beroperasi. Jalur ini melayani setidaknya 13 stasiun[c] dengan tujuh stasiun layang dan enam stasiun bawah tanah.[d] Jalur layang membentang kurang lebih 10 km dari Stasiun Lebak Bulus hingga Stasiun ASEAN. Jalur bawah tanah membentang kurang lebih 6 km dari Stasiun Senayan hingga Stasiun Bundaran HI.[3] Transisi antara jalur layang dengan jalur bawah tanah terletak di antara Stasiun ASEAN dan Stasiun Senayan. Jalur ini rencananya akan berpotongan dengan Jalur Timur–Barat di Stasiun Thamrin.[39]
Stasiun
Stasiun MRT di jalur utara–selatan umumnya seragam. Akses masuk dapat ditemukan di trotoar yang berada dekat dengan stasiun. Akses masuk sendiri dapat berupa tangga, eskalator, maupun lift. Tingkat kedua stasiun bawah tanah maupun stasiun layang digunakan sebagai area komersial atau concourse. Pada area komersial terdapat pintu tiket, vending machine tiket, loket, dan pusat informasi. Tingkat terbawah stasiun bawah tanah maupun tingkat teratas stasiun layang digunakan sebagai peron. Setiap peron terdapat Platform Screen Door (PSD) sebagai sarana pengamanan penumpang.[40][41] Seluruh stasiun umumnya memiliki dua jalur rel kecuali Stasiun Blok M yang memiliki tiga jalur.[42]
Dalam stasiun, tersedia pula fasilitas penunjang, seperti WiFi gratis dan toilet yang ramah disabilitas. Pada area concourse terdapat ATM dan berbagai kios ritel yang beragam. Selain itu ada pula ruang laktasi dan ruang tempat ibadah. Tiap stasiun juga dilengkap papan penunjuk arah integrasi antarmoda.[41][43] Setiap stasiun dilengkapi dengan flood barrier, maka dipastikan semua stasiun jalur utara–selatan bebas banjir.[44]
Direncanakan juga setiap stasiun akan terhubung dengan kawasan berorientasi transit. Salah satunya, Stasiun Dukuh Atas yang terhubung dengan KRL Commuter Line dan KA Bandara Soekarno-Hatta melalui Kawasan berorientasi transit Dukuh Atas. Selain itu, juga ada kawasan berorientasi transit di Stasiun Istora Senayan, Blok M, ASEAN, Fatmawati, dan Lebak Bulus. Pengembangan kawasan beorientasi transit tersebut dapat berbentuk pembangunan fasilitas umum dan perumahan di sekitar stasiun, maupun membenahi akses menuju moda transportasi lain.[45][46]
Bagian dari Kawasan berorientasi transit Dukuh Atas yang terintegrasi dengan layanan KRL Commuter Line, Commuter Line Soekarno-Hatta, dan bus BRT Transjakarta
Jalur Utara–Selatan MRT Jakarta menggunakan armada buatan konsorsium Nippon Sharyo asal Jepang yang disebut juga dengan nama Ratangga.[49][50] Kereta ini terdiri atas 16 rangkaian dengan enam kereta di setiap rangkaiannya. Setiap kereta memiliki empat pintu di kedua sisinya, kecuali kereta pertama dan kereta terakhir yang memiliki kabin masinis.[51] Kereta mulai dikerjakan tahun 2015 dan mulai dikirimkan ke Indonesia pada tahun 2018.[52][53] Kereta mulai beroperasi penuh bersamaan dengan peresmian jalur ini pada tanggal 24 Maret 2019.[1][2]
Insiden
Pada tanggal 3 November 2017, sebuah pembatas jalur MRT jatuh. Insiden ini terjadi sekitar pukul 22.00 di persimpangan antara Jalan Panglima Polim dengan Jalan Wijaya II. Kejadian ini mengakibatkan seorang pengendara motor terluka dan mengenai sebuah mobil. Peristiwa ini disebabkan tidak seimbangnya crane saat mengangkat sebuah dinding parapet. Beton parapet yang diangkat kemudian jatuh dari lokasi pengerjaan pada jalur layang. Diketahui setelah investigasi, kontraktor pekerjaan tidak mengikuti metode pengangkatan yang sesuai dengan lengan crane yang terlalu panjang serta kurangnya pengawasan dari supervisor. Selain itu, pengamanan lalu lintas yang kurang pada saat kejadian menjadi penyebab adanya korban. Sekretaris Perusahaan PT MRT Jakarta, Tubagus Hikmatullah mengatakan bahwa pengamanan lalu lintas telah dilakukan pada sebagian jalan. Namun, beton pembatas terjatuh di luar daerah aman pembatasan lalu lintas karena tertahan terlebih dahulu oleh crane sebelum benar-benar jatuh ke jalan.[54][55]
Pada tanggal 30 Mei 2024, sebuah alat berat berupa besi crane dari proyek pembangunan Gedung Kejaksaan Agung RI jatuh dan menimpa rel saat satu rangkaian kereta yang melintas hendak memasuki Stasiun Blok M, menimbulkan percikan api dan putusnya aliran listrik pada kereta tersebut[56]. Seluruh layanan Lin Utara–Selatan dihentikan sementara untuk proses evakuasi besi crane dan pemeriksaan sarana dan prasarana untuk memastikan kondisi rel dan kereta aman untuk beroperasi. Tidak ada korban dalam kejadian ini dan seluruh penumpang di setiap kereta dievakuasi ke stasiun terdekat. Hasil investigasi menunjukkan bahwa induksi elektromagnetik yang muncul saat kereta melintas menyebabkan mesin crane mati mendadak sehingga besi crane yang diangkut terlepas dan menimpa rel karena tertarik gaya elektromagnet[57]. PT Hutama Karya selaku pihak yang bertanggung jawab atas proyek konstruksi tersebut memohon maaf atas kejadian tersebut dan menyatakan telah sepakat dengan pihak PT MRT Jakarta untuk menaikkan batas aman crane dari kesepakatan sebelumnya radius 6 meter menjadi 8 meter dari area MRT. Lin Utara–Selatan kembali beroperasi normal pada hari berikutnya.
Galeri
Beberapa rangkaian Ratangga di Depo Lebak Bulus
Salah satu rangkaian Ratangga memasuki Stasiun Fatmawati
Peron Stasiun Istora Mandiri
Peron Stasiun Fatmawati
Stasiun Lebak Bulus Grab
Catatan kaki
^Digunakan dalam kode stasiun yang diawali huruf NS.
^Kata Red Line dicantumkan pada rambu petunjuk arah integrasi.
^Direncanakan terdapat 23 stasiun di keseluruhan jalur.
^Direncanakan total ada 16 stasiun bawah tanah di keseluruhan jalur.
^ abInformasi yang tertera dapat berubah sewaktu-waktu karena masih dalam proses perencanaan maupun pembangunan.