Lief JavaLief Java (atau "Live Java") adalah grup orkestra di Hindia Belanda (sekarang Indonesia). Lief Java adalah salah satu grup keroncong pertama di koloni ini.[1] AnggotaBerbagai musisi pernah menjadi bagian dari orkestra Lief Java. Beberapa di antaranya adalah Ismail Marzuki, penyanyi-pengarang yang dikenal karena karya-karya nasionalisnya;[2] penyanyi tunanetra Annie Landouw;[3] dan pasangan suami istri pemain teater Kartolo dan Roekiah.[4] Anggota lainnya meliputi Hugo Dumas, Louish Koch, Zahirudin, Yahya, S. Abdullah, Atjep, dan Miss Netty.[5] SejarahLief Java dibentuk tahun 1918 oleh Soewardi dengan nama Rukun Anggawe Santoso Orchestra sebelum berubah menjadi Liev Java pada tahun 1923. Orkestra ini menggunakan berbagai macam instrumen seperti cello, peluit, gitar, dan biola. Sebagian besar anggotanya adalah amatiran dengan sedikit pengalaman. Orkestra ini berlatih di Kampung Kepuh, Kemayoran, Batavia (sekarang Jakarta), tepatnya di rumah musisi S. Abdullah. Mereka memainkan sejumlah lagu, baik lagu karangan sendiri atau adaptasi.[5] Grup ini memiliki dua divisi musik, keroncong dan jazz.[6] Suatu ketika pasca 1925, setelah pemerintah kolonial Belanda mendirikan NIROM, Lief Java mulai memainkan musik melalui radio sebagai bagian dari Eastern Programme di stasiun tersebut.[7] Program ini ikut mendongkrak popularitas Lief Java dan menambah jumlah pendengar baru di luar Batavia. Pada akhirnya, orkestra ini keluar dari NIROM karena merasa kekayaan intelektualnya terancam. NIROM menggunakan lagu gubahan Lief Java sebagai pembuka semua siaran mereka. Karena itu, setelah 1937 orkestra ini keluar dari NIROM[8] dan bergabung dengan stasiun radio saingannya, VORO (Vereeniging voor Oostersche Radio Omroep). Mereka memainkan musik langsung setiap Sabtu.[9] Pada pertengahan 1930-an, Hugo Dumas adalah pemimpin orkestra ini.[10] Tahun 1938, Lief Java menyelesaikan musik film pertamanya untuk Fatima (1938) karya Tan's Film.[11] Karena Roekiah adalah bintang utama Tan's, orkestra ini dikontrak untuk membuat musik film-film selanjutnya seperti Gagak Item (1939)[12] dan Siti Akbari (1940).[13] Beberapa penyanyi orkestra seperti Kartolo dan Landouw memiliki pengalaman akting.[4][14] Orkestra ini juga mengadakan tur. Tur mereka ke Borneo tahun 1939 sukses besar.[15] Sepanjang masa pendudukan Jepang di Hindia Belanda, grup ini tidak jadi mengganti namanya dari Lief Java ke Kireina Djawa. Mereka naik panggung di sejumlah acara dan lama kelamaan lagu-lagu mereka semakin pro-Asia Timur.[16] Orkestra ini masih ada tahun 1949.[1] TanggapanSebuah artikel di Pedoman Radio menyebut orkestra ini sebagai "'Ibu' seni-suara dan seni-musik Indonesia".[1] Referensi
Sumber
|