Levamisol
Levamisol termasuk dalam obat anthelmintik atau obat cacing yang efektif mengobati penyakit askariasis atau infeksi yang disebabkan oleh cacing gelang (Ascaris lumbricoides).[1][2][3][4] Obat levamisol juga bermanfaat sebagai obat terapi kanker, terutama kanker kolon (usus besar) dan bersifat sebagai imunomodulator.[5][6][7] Efek samping penggunaan obat ini adalah mual, muntah, diare, sakit kepala, dan reaksi hipersensitivitas. Selain itu, levamisol juga dapat menyebabkan gangguan hematologi seperti agranulositosis, leukopenia, dan trombositopenia.[6][8][9] PenggunaanPenggunaan levamisol pertama kali sebagai derivat imidazotiazol adalah sebagai imunomodulator atau imunoterapi (terapi penyakit autoimun). Sejak tahun 1970, levamisol digunakan untuk terapi artritis reumatoid. Perawatan pasien kanker kolon menggunakan levamisol ini ditemukan oleh Dr. Charles Moetel pada tahun 1975, seorang ahli onkologi dari Amerika Serikat. Penelitian yang dilakukannya menunjukkan hasil kombinasi levamisol dan 5 florourasil (5-FU) dapat memperpanjang hidup pasien kanker kolon stadium 3. FDA (Food and Drug Administration) Amerika Serikat menyetujui penggunaan levamisol untuk terapi kanker kolon pada tahun 1990. Namun pada tahun 2000, obat ini ditarik dari pasaran Amerika Serikat dan tahun 2003 dari Kanada karena efek agranulositosisnya. Saat ini levamisol digunakan sebagai pengobatan anthelmintik di dunia kedokteran hewan. Beberapa negara masih menggunakan obat ini untuk dikonsumsi manusia sebagai obat anticacing.[7][10][11][12][13] Di Amerika, levamisol digunakan sebagai bahan tambahan untuk kokain karena struktur fisiknya yang sangat mirip, dengan tujuan untuk menambah volume kokain yang diperdagangkan. Pertama kali dideteksi sebagai campuran kokain pada tahun 2001, kadarnya sebagai unsur tambahan hanya sekitar 1%. Lalu meningkat menjadi 10% pada tahun 2009 dengan total kokain yang mengandung levamisol yang masuk ke Amerika adalah 69% (data dari DEA). Di Inggris, levamisol ditemukan pada lebih dari 50% kokaina yang diperiksa di laboratorium. Dan pada tahun 2008 ditemukan levamisol sebagai campuran heroin.[14][15][16][17] Sifat fisik dan kimiaLevamisol dengan struktur kimia C11H12N2S memiliki berat molekul 204,29 g/mol, titik lebur 264,5 °C, dan titik didihnya 344,4 °C. Densitasnya 1,3±0,1 gram/cm3, tekanan uapnya 0,0±0,8 mmHg pada suhu 25 °C, volume molarnya 154,1±7,0 cm3. Levamisol agak sulit larut dalam air, mudah larut dalam alkohol dan metil alkohol, tidak larut dalam eter, dan pH 5% larutan dalam air adalah 3-4,5. Obat ini stabil dalam bentuk padat selama 4 minggu dan dalam bentuk larutan (100 mg/ml dalam pelarut air dan pH 7) stabil selama 9 hari bila diletakkan di bawah temperatur normal.[4][7][18][19] FarmakodinamikaMekanisme kerjaLevamisol sebagai imunomodulator dan terapi untuk kanker kolon bekerja dengan cara meningkatkan fungsi kemotaksis dan proliferasi makrofag, monosit, dan limfosit T, merangsang pembentukan antibodi, dan meningkatkan jumlah sel pembunuh alami (natural killer cell atau sel NK). Selain itu, levamisol juga merangsang kemotaksis dan mobilitas neutrofil, meningkatkan regulasi reseptor, dan meningkatkan proses maturasi sel dendrit.[7][10][19][20][21] Sebagai campuran kokain, mekanisme kerja levamisol belum diketahui dengan jelas. Diduga levamisol memberikan dampak potensiasi untuk efek asetilkolin nikotinik pada sistem saraf pusat, sehingga akan memperpanjang efek euforia kokain. Levamisol juga akan dimetabolisme menjadi aminoreks, yang merupakan substrat pengangkut serotonin, yang secara tidak langsung bekerja sebagai agonis serotonin.[19][22][23] Levamisol bekerja sebagai antiparasit melalui aktivitas reseptor asetilkolin nikotinik subtipe-L pada otot nematoda. Hal ini akan menyebabkan penurunan kemampuan cacing jantan untuk mengontrol otot-otot reproduksinya dan membatasi kemampuan untuk kopulasi. Cacing ini kemudian akan dikeluarkan melalui mekanisme gerakan peristaltik usus dalam 24 jam.[7][8][13][19] Interaksi dengan obat/zat lainPemberian levamisol tidak disarankan bersamaan dengan alkohol, antikoagulan seperti warfarin, dan fenitoin karena dapat menyebabkan peningkatan risiko efek samping seperti mual, muntah, dan pusing.[24][25] Penggunaan levamisol bersamaan dengan obat penghambat faktor nekrosis tumor (tumor necrosis factor atau TNF) akan meningkatkan risiko infeksi,[26] bersamaan dengan antipsikotik seperti clozapin akan menurunkan jumlah sel darah putih,[27] bersamaan dengan vaksin campak,[28] vaksin bcg,[29] vaksin influenza,[30] vaksin virus parotitis,[31] vaksin polio,[32] vaksin rotavirus,[33] vaksin rubela,[34] vaksin cacar (variola),[35] vaksin untuk penyakit tifoid,[36] vaksin cacar air (varisela)[37] vaksin demam kuning,[38] dan vaksin herpes zooster,[39] akan menyebabkan infeksi akibat daya tahan tubuh yang menurun.[6] FarmakokinetikaLevamisol diabsorbsi dengan cepat dari saluran pencernaan (sekitar 2 jam). Konsentrasi plasma maksimumnya akan dicapai setelah dikonsumsi 1,5-2 jam. Levamisol dimetabolisme di hati dalam bentuk metabolit aktif dan inaktif, dengan waktu paruh 4,4-5,6 jam yang bersifat bifasik. Hanya 3,2 ± 2,9% dari dosis oral levamisol yang dieksresikan ke dalam urine sebagai metabolit p-hidroksilevamisol dan feses. Konsentrasi p-hidroksilevamisol yang dihitung sebelum dan setelah hidrolisis urine dengan β-glukoronidase, kemudian ditentukan tingkat konjugasi metabolitnya dengan asam glukoronat. Angka kumulatif pemulihan metabolit sebelum dan setelah hidrolisis masing-masing sebesar 1,6±1,1% dan 12,4±5,5%. Hal ini menunjukkan bahwa p-hidroksilevamisol merupakan jalur metabolisme yang penting untuk obat ini.[4][7][13][17][19][40] Efek SampingPemakaian levamisol menimbulkan efek samping antara lain reaksi alergi, demam, mual, muntah, nyeri di mulut atau bibir, hilang nafsu makan, diare, sakit kepala, nyeri otot, dan nyeri punggung. Efek samping yang serius adalah leukopenia, agranulositosis, dan trombositopenia. Agranulositosis akibat levamisol merupakan reaksi hipersensitivitas tipe II (klasifikasi Coombs). Ketiga gangguan hematologi ini bersifat sementara dan sembuh spontan saat pengobatan dihentikan, tetapi akan menetap dan memburuk bila tetap mengkonsumsi levamisol. Levamisol juga menyebabkan gangguan dermatologi berupa kebotakan, pruritus (gatal-gatal), dan urtikaria.[5][9][41][42][43] Referensi
|