Lambertia formosa
Lambertia formosa, dikenal dalam bahasa Inggris sebagai mountain devil, adalah jenis semak dari keluarga Proteaceae yang merupakan tanaman endemik dari New South Wales, Australia. Pertama kali dideskripsikan pada tahun 1798 oleh ahli botani Inggris James Edward Smith, sebagai spesies jenis dari genus Lambertia. Umumnya ditemukan di pedalaman atau hutan terbuka, tumbuh di tanah batu berpasir. Tanaman ini tumbuh sebagai semak bertangkai banyak hingga setinggi 2 m (7 kaki) dengan bagian dasar disebut lignotuber, bagian tempat ia akan tumbuh kembali setelah mengalami kebakaran. Tanaman ini memiliki daun kecil yang kaku dan berwarna merah muda hingga merah pada bagian kepala bunga, terdiri atas tujuh bunga individu berbentuk tabung, dan umumnya tumbuh di musim semi dan musim panas. Ia disebut mountain devil (bahasa Indonesia: setan gunung) karena memiliki folikel berduri yang dapat digunakan untuk membuat figur setan kecil. Bunga tanaman ini menampung banyak sekali nektar dan diserbuki oleh penghisap madu. Meskipun L. formosa tidak lazim dibudidayakan, tanaman ini mampu tumbuh pada tanah dengan drainase yang bagus dan agak teduh hingga tanah banyak mendapat cahaya matahari. Tanaman ini berkembangbiak dengan biji. Tidak seperti anggota genus Lambertia lainnya, L. formosa benar-benar kebal terhadap patogen tanah Phytophthora cinnamomi. TaksonomiSpesimen Lambertia formosa dulunya dikumpulkan oleh ahli botani Joseph Banks dan Daniel Solander selama kedatangan Letnan James Cook di Teluk Botany antara bulan April dan Mei tahun 1770. Diperkirakan bahwa tanaman ini didapatkan dari area vegetasi yang kini dikenal sebagai Eastern Suburbs Banksia Scrub yang berada di wilayah berpasir La Perouse.[2] Semak ini pertama kali dideskripsikan pada tahun 1798 oleh ahli botani Inggris James Edward Smith yang secara bersamaan mengumumkan genus baru yaitu Lambertia, nama yang didedikasikan untuk menghormati ahli botani Inggris Aylmer Bourke Lambert.[3] Nama spesies formosa adalah kata sifat dalam bahasa Latin yang berarti 'tampan'.[1][3] Ahli tanaman Inggris Henry Charles Andrews menulis pada tahun 1799, "Dari semua tanaman yang belum diperkenalkan dari New Holland (sekarang Australia), yang hingga kini berbunga, tak diragukan lagi bahwa tanaman ini adalah yang paling cantik, dibandingkan tanaman lainnya",[4] meskipun teman senegaranya Joseph Knight yang pada makalahnya Budidaya tanaman dalam tatanan alam Proteeae pada tahun 1809 menambahkan bahwa nama spesies "hanya berlaku bagi bunga".[3] Ahli botani Prancis Michel Gandoger menggambarkan spesimen yang dikumpulkan di Hornsby dan Port Jackson sebagai Lambertia proxima, dan material yang dikirim kepadanya pada tahun 1919 oleh kolektor tanaman Charles Walter sebagai L. barbata; tetapi keduanya ternyata sama dengan L. formosa. Gandoger menjelaskan 212 taksa tumbuhan asal Australia, hampir semuanya yang menjadi spesies-spesies terdeskripsikan.[5] Satu dari sepuluh spesies genus Lambertia dalam keluarga Proteaceae, Lambertia formosa adalah satu-satunya yang bisa ditemukan di timur Australia sementara yang lainnya terbatas hingga sisi tenggara Australia Barat.[6] Nama umumnya iblis gunung dan bunga madu, berasal dari adanya kemiripan bentuk buah dengan bentuk kepala iblis.[7] Tidak ada subspesies yang dapat dikenali, meski beberapa tumbuhan di bagian selatan wilayah persebarannya yaitu dari Sungai Bargo hingga Braidwood memiliki daun yang lebih panjang.[8] DeskripsiLambertia formosa tumbuh sebagai semak dengan tinggi mencapai 2 m (7 kaki), dengan satu atau lebih batang muncul dari pokok kayu yang disebut lignotuber. Bagian yang baru tumbuh ditutupi oleh bulu kecokelatan. Daun-daun kakunya tersusun pada batang bergulung 3, atau kadang 4 hingga 6 dengan panjang 1 hingga 8 cm (0,4–3 in) dan lebar 0,2–0,7 cm, dan semuanya berujung lancip. Bunganya tumbuh sepanjang tahun, tapi lebih sering muncul pada saat musim semi dan musim panas (September hingga Januari).[8] Bagian pokok tanaman ini ditutupi daun pelindung berwarna kehijauan dan kemerahan.[9] Susunan bunganya hampir selalu terdiri atas tujuh bunga tunggal yang lebih kecil (kurang dari 1% kepala bunga yang tersusun atas enam atau delapan bunga tunggal)[10] yang disebut kuntum, serta dapat berwarna merah atau merah muda. Perian yang berbentuk tabung memiliki panjang 4,5 cm (1,6 in), dengan gaya-gaya yang menonjol sepanjang 1–1,5 cm (0,5 in). Proses pembungaan diikuti dengan berkembangnya buah berukuran 1–2 cm sebanyak 2-3 buah. Mereka memiliki dua tonjolan berduri sepanjang 1–1,5 cm, dan sebuah 'paruh' sepanjang 0,5 cm, yang awalnya berwarna hijau pucat sebelum akhirnya menjadi berwarna cokelat keabu-abuan.[8] Masing-masing folikel memiliki 2 biji bersayap yang tertahan hingga terbakar oleh api (dalam kebakaran).[11][12] Persebaran dan habitatSebagai tanaman endemik New South Wales, Lambertia formosa dapat ditemukan di sisi timur Pegunungan Pemisah Besar dari sekitar utara Braidwood hingga Port Stephens, juga di beberapa tempat di utara New South Wales sekitar Grafton serta antara Red Rock dan Yamba.[8] Di Cekungan Sydney, tanaman ini ditemukan pada ketinggian nol hingga 1.100 m (3.600 kaki) di atas permukaan laut, dan di wilayah dengan curah hujan antara 800 hingga 1.400 mm (32–55 in) per tahun.[12] Lambertia formosa tumbuh di pedalaman, semak mallee dan hutan sclerophyll kering, kebanyakan ditemukan di tanah berpasir atau berbatu.[8] Spesies pedalaman meliputi apel kerdil (Angophora hispida), Leptospermum trinervium, Banksia oblongifolia dan Banksia ericifolia, sementara tanaman kayu meliputi Eucalyptus sieberi, Angophora costata, apel berdaun kecil (A. bakeri), kayu darah merah (Corymbia gummifera), kayu darah kuning (C. eximia), Eucalyptus sclerophylla, dan pepermin Sydney (E. piperita).[12] Satu rumpun tanaman pedalaman yang terletak antara Danau Munmorah dan Redhead sebagian tumbuh pada tanah lempung. Di sini, L. formosa tumbuh di bawah mallee membentuk Eucalyptus capitellata dan mahoni putih berdaun lebar (E. umbra) serta bersamaan dengan semak-semak membentuk paperbark berdaun duri (Melaleuca nodosa), Hakea teretifolia, Allocasuarina distyla, rusty banksia, dan rumput kanguru (Themeda triandra).[13] EkologiLambertia formosa kembali tumbuh setelah kebakaran dari lignotuber (pokok berkayu), yang di dalamnya terdapat kantong benih yang akan dikeluarkan pasca-kebakaran.[14] Jumlah bunga yang diproduksi oleh tumbuhan ini kembali tumbuh dua atau tiga tahun setelah kebakaran.[15] Sebuah studi lapangan di Brisbane Water National Park di utara Sydney menemukan bahwa tumbuhan yang mengalami dua kali kebakaran dengan interval pendek (kurang dari tujuh tahun) mengalami penurunan reproduksi sebagaimana diukur dari rendahnya jumlah folikel, dibandingkan dengan tumbuhan yang belum pernah atau hanya mengalami satu kali masa kebakaran.[14] Tumbuhan ini mampu hidup hingga lebih dari 60 tahun.[12] Warna merah/merah muda, panjang tabung dan kelengkapan nektar mengindikasikan bahwa bunga tanaman ini diserbuki oleh penghisap madu,[10] yang hinggap sembari memakan nektar.[16] Spesies yang diketahui mencari makan pada bunga ini di antaranya penghisap madu bertelinga putih (Lichenostomus leucotis), penghisap madu berpipi putih (Phylidonyris niger), penghisap madu New Holland (Phylidonyris novaehollandiae), Manorina melanocephala,[12] Acanthochaera chrysoptera, Acanthorhynchus tenuirostris,[10] dan penghisap madu berwajah kuning (Lichenostomus chrysops).[17] Penghisap madu ini ditemukan dalam jumlah lebih banyak di sekitar area tumbuhan dengan banyak bunga.[10] Ulat dari spesies ngengat Australia Xylorycta strigata memakan dedaunan dan membuat liang pada kayu.[12] Tumbuhan ini juga menjadi rumah bagi ulat dari spesies ngengat Mecytha fasciata.[12] BudidayaLambertia formosa merupakan salah satu spesies tanaman Australia yang diperkenalkan untuk dibudidayakan di Inggris. Pada tahun 1788, benih tumbuhan ini dikirim dari Teluk Botany ke Lee and Kennedy's nursery di Hammersmith, sebelah barat London. Dua varietas telah dikembangkan, salah satunya disebut sebagai "var. longifolia". Yang pertama diketahui berbunga adalah tumbuhan yang dipelihara oleh J. Robertson dari Stockwell pada Juli 1798. Kemudian pada tahun berikutnya Andrews menuliskan bahwa ia "tanpa kesulitan menumbuhkan tanaman ini dengan stek, di lahan gambut."[4] Knight kemudian melaporkan pada tahun 1809 bahwa tanaman ini membutuhkan lebih banyak panas dan perawatan dibandingkan dengan tanaman Australia lainnya dan karenanya tidak akan pernah dibudidayakan secara luas di Inggris.[3] Lambertia formosa mudah tumbuh pada lahan dengan pencahayaan dan drainase yang baik,[7] meskipun ia juga dapat menolerir beragam jenis tanah dan tingkat keteduhan.[9] Bunganya mampu menarik perhatian burung, khususnya karena mampu menyediakan sumber makanan sepanjang tahun. Tanaman ini dapat dipangkas. Bijinya mulai berkecambah antara 25 hingga 60 hari setelah disemai, dan tunas yang baru tumbuh sangat baik untuk digunakan sebagai media perbanyakan tanaman. Secara umum pupuk tidak dibutuhkan, namun pupuk lepas lambat rendah fosfor dapat ditolerir. Spesies ini tahan beku dan tumbuh pada iklim sedang hingga subtropis.[9] Percobaan inokulasi menunjukkan bahwa Lambertia formosa kebal terhadap Phytophthora cinnamomi, tidak seperti anggota lain dari genus yang sama.[18] Karenanya ia sangat potensial untuk digunakan sebagai batang bawah pada okulasi spesies Lambertia asal Australia Barat, yang semuanya sangat sensitif pada pembusukan akar.[9] Penggunaan dan referensi budayaNama "bunga madu" berasal dari bunga-bunga yang menghasilkan nektar jernih dalam jumlah besar. Nektar ini dulunya menjadi salah satu sumber makanan bagi suku Aborigin dan, Penjajahan Eropa, penjelajah, tahanan yang melarikan diri serta anak-anak juga diketahui telah menghisap bunga ini.[19][20][21] Penjelajah Ludwig Leichhardt menuliskan bahwa "setiap kali saya lelah dan haus, saya menggigit bagian bawah sejumput bunga Lambertia formosa untuk meminum madunya".[22] Sakit kepala dan rasa mual telah dilaporkan sebagai akibat mengkonsumsi banyak cairan ini, meski belum diketahui pasti apakah mengandung zat beracun.[19][23] Spesies ini pernah dijadikan subyek ilustrasi oleh Sydney Parkinson, seorang seniman pada perjalanan HM Bark Endeavour ke Pasifik dari tahun 1769 hingga tahun 1771. Gravir tanaman berwarna berdasarkan karya Parkinson merupakan bagian dari Banks' Florilegium.[24] Kadet First Fleet dan seniman George Raper menggambarkan spesies ini dalam dua karya: an untitled watercolour study (c. 1788) dan Bird Of Point Jackson (1789).[25][26] Penulis sekaligus ilustrator George Collingridge menyertakan bunga ini dalam beberapa desain dan sayangnya tidak berhasil dinobatkan sebagai lambang flora Australia.[27] Bentuk ukiran tangan telah dibuat menggunakan buah dewasa yang berkayu sebagai bentuk kepala, bersamaan dengan pembersih pipa, wol dan kain perca.[28][29] Dikenal sebagai "iblis gunung", benda-benda ini dijual sebagai souvenir di Pegunungan Biru.[30] Referensi
Pranala luar
|