LRT Bali
Proyek LRT Bali Urban Subway dengan investasi awal US$10,8 miliar atau setara dengan Rp167 triliun yang resmi dibangun di kedalaman 30 meter pada tanggal 4 September 2024. Pembangunan dimulai seiring dengan pelaksanaan Upacara Ngeruwak — sebuah prosesi umat Hindu kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa, Tuhan Yang Maha Esa, memohon anugerah dan lindungan-Nya sekaligus menghaturkan doa kepada alam agar pembangunan proyek berjalan dengan lancar. di Sentral Parkir Kuta yang dihadiri Penjabat Gubernur Bali, Sang Made Mahendra Jaya.[2] Proyek ini mengedepankan konsep pembangunan berkelanjutan yang sejalan dengan nilai-nilai Tri Hita Karana, yaitu menjaga keseimbangan hubungan dengan Sang Pencipta, sesama manusia, dan alam.[1] Proyek ini terwujud atas inisiasi Pemerintah Provinsi Bali yang kemudian ditindaklanjuti oleh PT Sarana Bali Dwipa Jaya (SBDJ) yang berkolaborasi dengan PT Bumi Indah Prima (BIP). Kemudian, SBDJ telah menetapkan PT Indotek sebagai kontraktor utama bersama CRCC yang akan bekerja sama dengan kontraktor lokal PT Sinar Bali Bina Karya (Sinar Bali). Indotek mempunyai kemampuan teknis yang mumpuni untuk mengerjakan proyek sebesar ini, sedangkan CRCC kami pilih karena memang mempunyai reputasi sebagai kontraktor transportasi kereta global yang memiliki pengalaman membangun 200.000 km di lebih 100 negara. Sinar Bali adalah kontraktor lokal Bali penyedia ready mix dan precast sejak 1995. Pemilihan kontraktor lokal tersebut merupakan realisasi komitmen Konsorsium untuk memberdayakan dan mengembangkan sumber daya asli Bali. Rute dan StasiunDirektur Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan (Kemenhub) Risal Wasal menjelaskan bahwa rute awal ini akan melewati lima stasiun: Bandara I Gusti Ngurah Rai, Kuta, Pura Desa Adat, Central Park, dan Sunset Road. Rute ini akan melewati 5 stasiun dari Bandara Ngurah Rai sampai ke Sunset Road. Fase 1Pada fase 1, LRT Bali direncanakan memiliki lintasan sepanjang 16 kilometer yang membentang dari Bandara I Gusti Ngurah Rai hingga kawasan Sunset Road.[3] Direktur Utama PT Sarana Bali Dwipa Jaya (SBDJ), Ari Askhara, mengatakan, rencananya proses pembangunan proyek ini akan dimulai pada April 2025 dengan mendatangkan 10 Tunnel Boring Machine (TBM) atau mesin bor bawah tanah.[4] Pemerintah Kabupaten Badung itu menetapkan 15 meter (ke bawah). Kekuatannya sama, tetapi mereka tetap mengambil 30 meter untuk keamanan. Pada fase 1 diperkirakan akan memakan waktu lebih lama karena lapisan bawah tahannya terdapat bebatuan, sehingga proses pengeborannya hanya bisa 3 meter perhari sehingga dapat diselesaikan pada awal 2028. Akibat hal ini, masyarakat khawatir mengenai risiko gangguan pada sumur pipa bor air tanah akibat pelaksanaan proyek ini, khususnya pada ruang bawah tanah. Namun, SBDJ telah bekerja sama dengan Perusahaan Daerah Air Minum untuk meningkatkan kapasitas sistem penyediaan air minum kepada rumah-rumah di sekitar jalur pembangunan Bali Urban Subway. Selain itu, mereka akan memperluas jaringan pipa primer serta sekunder secara bersamaan dengan pembangunan terowongan. Langkah ini akan memastikan masyarakat tetap mendapatkan akses ke air bersih, membantu mencegah penurunan muka air tanah, dan pencemaran. Upaya ini juga akan mencegah risiko kebocoran distribusi pipa air bersih sehingga distribusi menjadi lebih efisien dan optimal. Jalur ini akan memiliki lima stasiun pemberhentian, yaitu:
Fase 2Panjang lintasan fase 2 adalah sepanjang 13,5 kilometer. Total panjang kedua fase tersebut 29,5 kilometer meter. Berbeda dengan fase 1, pada fase 2 ini terdapat kapur atau aluvial sehingga lebih mudah dan proses pengeborannya bisa 30 meter per hari. Nantinya, LRT ini akan memiliki enam gerbong dengan panjang masing-masing 20 meter dan bisa mengangkut 240 penumpang per 10 menit perjalanan. Jumlah gerbong ada 6, satu gerbong 20 meter panjangnya dan 1 gerbong dapat dimuat oleh 40 orang. Sehingga, pada setiap 10 menit dapat membawa hingga 240 orang. Ia mengatakan, proses pembangunan transportasi publik berbasis kereta ini tidak menggunakan anggaran pemerintah, baik APBD maupun APBN. Proyek ini merupakan inisiasi Pemprov Bali yang ditindaklanjuti oleh PT SBDJ berkolaborasi dengan PT Bumi Indah Prima (BIP). Dalam pelaksanaannya, PT SBDJ telah menunjuk PT Indotek sebagai kontraktor utama bersama China Railway Construction Corporation (CRCC) yang akan bekerja sama dengan kontraktor lokal PT Sinar Bali Bina Karya (Sinar Bali). Total nilai investasi untuk kedua fase pertama mencapai 10,8 miliar dolar Amerika Serikat dan untuk keseluruhan empat fase adalah 20 miliar dolar Amerika Serikat[5] PendanaanProyek ini baru menyelesaikan studi kelayakan (feasibility study/FS) dan masih memerlukan proses perencanaan dan penyiapan pendanaan. Pemerintah Provinsi Bali akan menjadi pemegang saham mayoritas proyek LRT Bali dengan 51 persen saham, sementara pemerintah pusat memegang 49 persen saham.[3] Skema pendanaan dapat dilakukan melalui berbagai opsi, termasuk Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU). Pemerintah pusat memberikan kesempatan ke Pemprov Bali untuk mengkaji berbagai alternatif pendanaan. PembangunanDibangun dalam Empat FaseBali Urban Subway akan dibangun dalam empat fase. Yakni, fase satu yang meliputi Bandara I Gusti Ngurah Rai - Kuta Sentral Parkir - Seminyak - Berawa - Cemagi dengan panjang 16 kilometer. Kemudian, fase dua, Bandara I Gusti Ngurah Rai - Jimbaran - Unud - Nusa Dua sepanjang 13,5 km. Fase tiga meliputi Sentral Parkir Kuta - Sesetan - Renon - Sanur. Selanjutnya, fase empat meliputi Renon - Sukawati - Ubud. Namun, fase ketiga dan keempat masih tahap feasibility study (FS) atau uji kelayakan. Total, nilai investasi untuk kedua fase pertama mencapai US$ 10,8 miliar dan untuk keseluruhan empat fase adalah US$ 20 miliar.[6] Keseluruhan fase satu dan fase dua diperkirakan beroperasi penuh pada akhir tahun 2031. Pembangunan fase Bandara Ngurah Rai ke Kuta Sentral Parkir ditambah keseluruhan fase 2 ditargetkan dapat selesai pada akhir kuartal kedua pada 2028.[7] Proyek ini turut melibatkan kontraktor China Railway Construction Corporation (CRCC), yang juga ikut menggarap Kereta Cepat Whoosh, dalam pembangunan sarana angkutan umum massal berbasis kereta di Pulau Bali. Manfaat dan DampakPembangunan LRT Bali diharapkan dapat mengatasi kemacetan yang semakin parah di Bali, terutama dengan peningkatan jumlah wisatawan. Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan, menyatakan bahwa jika tidak ada upaya pengembangan transportasi massal, Bandara Ngurah Rai akan menghadapi kemacetan parah pada tahun 2026 dengan perkiraan penumpang mencapai 24 juta.[1] "Pada jam-jam tertentu itu terjadi kemacetan luar biasa di Bali, terutama dari Bandara I Gusti Ngurah Rai ke wilayah Kuta sampai Canggu," ungkap Pj Gubernur Bali, Sang Made Mahendra. LRT Bali diharapkan menjadi solusi jangka panjang untuk mengatasi masalah kemacetan di Bali, dengan fase pertama menghubungkan Bandara Ngurah Rai ke Seminyak melalui Central Park. Pembangunan LRT Bali diperkirakan memakan waktu tiga hingga empat tahun. Lihat PulaReferensi
|