Kurmanbek Bakiyev
Kurmanbek Saliyevich Bakiyev (Kirgiz: Курманбек Сали уулу Бакиев (Kurmanbek Sali Uulu Bakiev), Rusia: Курманбек Салиевич Бакиев; lahir 1 Agustus 1949) adalah politikus dan Presiden Kyrgyzstan periode 2005-2010. Ia mundur setelah terus didesak melalui unjuk rasa untuk meletakkan jabatannya menyusul kerusuhan berdarah pada awal April 2010. Sebelumnya, Bakiyev adalah Presiden Sementara yang ditetapkan oleh Majelis Tinggi di Parlemen Kirgizstan pada 24 Maret 2005, sesaat setelah Revolusi Kirgizstan 2005 dan menumbangkan Presiden Askar Akayev. Dia mulai berkuasa setelah Revolusi Tulip (juga disebut Revolusi Kirgizia 2005, Revolusi Merah Jambu, Revolusi Sutera, atau Revolusi Kuning Muda). Revolusi ini dipicu oleh merajalelanya korupsi dan nepotisme di dalam pemerintahan Presiden Askar Akayev. Tudingan adanya kecurangan dalam pelaksanaan pemilihan umum parlemen yang menguntungkan partai pemerintah seperti Partai Nasional Demokratik. Peristiwa puluhan ribu rakyat di ibu kota Bishkek menandai berakhirnya pemerintahan Askar Akayev yang berkuasa sekitar 15 tahun. Rakyat mengambil alih istana, kantor pemerintah, dan objek-objek vital lainnya. Bahkan, Askar Akayev melarikan diri ke Kazakhstan tetapi dilaporkan berada di Rusia. Mundurnya Askar Akayev pada 24 Maret 2005 menghantarkan tokoh oposisi bernama Kurmanbek Saliyevich Bakiyev sebagai perdana menteri sekaligus merangkap sebagai Presiden Republik Kirgizstan. Dia juga dilantik sebagai Perdana Menteri Kirgizstan oleh Parlemen Kirgizstan setelah jatuhnya pemerintahan Akayev dalam revolusi tersebut. Bakiyev adalah ketua Gerakan Rakyat Kirgizstan dan pernah menjabat gubernur Chuy Oblast antara April 1997-Desember 2000 dan Perdana Menteri (21 Desember 2000-22 Mei 2002). Ia memenangkan pemilu presiden yang dilaksanakan pada 10 Juli 2005 dengan perolehan suara sekitar 88%. Revolusi 2010Setelah disingkirkan dari kursi presiden, dia mengasingkan diri ke Belarusia. Ia mundur setelah terus didesak melalui unjuk rasa untuk meletakkan jabatannya menyusul kerusuhan berdarah. Kerusuhan itu menewaskan lebih dari 100 warga dan 1.000 orang terluka. Ketika itu, sekitar 5.000 warga menyerbu kantor pemerintah, merusak, dan membakarnya. Bahkan, ada sejumlah pejabat yang menjadi korban amuk massa, termasuk Menteri Urusan Dalam Negeri, Moldomusa Kongatiyev yang sempat dilaporkan tewas. Ternyata, Kongatiyev diamankan polisi dari amukan massa. Aksi brutal ketika itu pecah akibat gelombang unjuk rasa 5.000 warga yang tidak puas atas praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme yang dilakukan pemerintah Bakiyev. Ia kemudian melarikan diri ke Kota Osh. Bersamaan dengan kaburnya Bakiyev, koalisi oposisi pimpinan mantan Menteri Luar Negeri Roza Otunbayeva mengumumkan pengambil-alihan kekuasaan dari Bakiyev. Kemudian, dia berlindung ke Kazakstan dan Belaruia. Setelah disingkirkan dari kursi presiden, ia dijerat dengan tuduhan telah melakukan kejahatan. Pemerintah sementara pimpinanRoza Otunbayeva menudingnya telah mengorganisasi pembunuhan massal dalam kerusuhan di Bishkek pada 7 April 2010. Pada 27 April 2010, otoritas berwenang Kirgizstan mendesak Belarusia untuk segera mengekstradisi Bakiyev. Wakil Perdana Menteri Pemerintahan Transisi Kirgizstan Azimbek Beknazarov menyatakan, kekebalan hukum Bakiyev dicabut. Dengan demikian, Bakiyev dapat diproses secara hukum atas sangkaan telah melakukan kejahatan kemanusiaan, yakni mengorganisasi pembunuhan terhadap massa pengunjuk rasa. Selain itu, Bakiyev juga dituding melakukan penyalahgunaan jabatan dan wewenang ketika menjabat presiden. Presiden Belarusia Alexander Lukashenko mengecam demonstrasi yang mengusir Bakiyev. Bakiyev menegaskan dirinya masih presiden, tetapi dia bersumpah tak akan kembali ke Bishkek sebagai kepala negara. Stabilitas Kirgizstan merupakan tema terpenting bagi Amerika Serikat dan Rusia yang memiliki pangkalan udara di Kirgizstan. Lihat pulaReferensi
Pranala luar
|