Krisis pengungsi Ukraina
Krisis pengungsi Ukraina adalah situasi perpindahan secara masif warga Ukraina untuk keluar dari negara mereka atau berpindah tempat tinggal di dalam negara Ukraina selama invasi Rusia ke Ukraina 2022. Meskipun perpindahan pengungsi telah terjadi sebelum invasi, tetapi krisis perpindahan secara masif dianggap dimulai sejak tanggal 24 Februari 2022 saat invasi awal yang dilakukan oleh Angkatan Bersenjata Rusia. Hampir 7,9 juta orang pengungsi harus meninggalkan tempat tinggalnya yang mencapai hampir seperlima dari total populasi di Ukraina dengan Rusia menjadi lokasi negara yang memiliki jumlah pengungsi terbanyak yang 90% didominasi perempuan dan anak-anak. Para pengungsi sebelum invasi Rusia 2022Sebelum invasi terjadi, Ukraina telah mengalami fenomena migrasi para pengungsi internal, terutama atas dampak dari Aneksasi Krimea 2014 dan Perang di Donbas yang terjadi sebagai bagian dari Perang Rusia-Ukraina.[1] Berdasarkan data dari Kementerian Kebijakan Sosial Ukraina pada bulan April 2020, diperkirakan ada 1.446.881 pengungsi internal yang tersebar di beberapa oblast, dengan mayoritas berada di Oblast Donetsk dan Oblast Luhansk. Selain itu para pengungsi ini juga tersebar di Oblast Kyiv, Oblast Kharkiv , Oblast Dnipropetrovsk, Oblast Zaporizhia serta beberapa oblast di wilayah barat Ukraina.[2] Selain di dalam negeri, para pengungsi juga melakukan emigrasi ke Rusia dengan jumlah mencapai lebih dari 1 juta orang.[3] Pengungsi internal ini mayoritas berasal dari wilayah Ukraina Timur dan Krimea yang berjumlah 1,5 juta pengungsi bila ikut menyertakan dari para pengungsi krimea yang tidak dihitung dalam data dari Kementerian Kebijakan Sosial Ukraina.[4] Selain pengungsi internal, beberapa pengungsi merupakan warga negara lain yang melakukan imigrasi ke Ukraina, seperti warga Belarus untuk menghindari para aktivis oposisi pemerintahan yang memprotes pemilihan umum presiden Belarus pada tahun 2020 yang dianggap curang. Sekitar 250.000 orang pengungsi dari Belarusia yang berada di Ukraina. Ukraina juga menjadi tempat para pengungsi dari Afganistan yang melarikan diri dari Taliban. Beberapa media menyebut para pengungsi sebagai 'pengungsi yang terlupakan'. Sebutan ini berasal dari anggapan bahwa dunia terlalu berfokus kepada masalah pengungsi yang berasal dari Timur Tengah dan melupakan para pengungsi yang berada di Ukraina.[5] Anggapan ini pun diperkuat dengan fenomena yang menunjukkan bahwa mayoritas para pengungsi mendapatkan penolakan terhadap pengajuan status suaka di negara-negara Eropa serta sambutan yang dingin dari Uni Eropa.[6] Pengungsi Ukraina pun juga dianggap sebagai pengungsi yang terabaikan dalam segi perhatian dan publikasi media sehingga pada tahun 2019 Dewan Pengungsi Norwegia mengeluarkan daftar krisis pengungsi internal yang paling terabaikan dan meletakkan Ukraina pada peringkat kelima.[7] Moda transportasiSelama konflik berlangsung, para pengungsi menggunakan beragama moda transportasi untuk melakukan migrasi. Mereka melakukan migrasi antar kota, maupun antar negara. Situs internet dan media sosial resmi dari Ukrzaliznytsia terus memberikan informasi yang terus diperbarui selama konflik untuk menjaga kelancaran migrasi para warga Ukraina.[8] Kereta apiKereta menjadi salah satu transportasi utama yang digunakan para pengungsi untuk berpindah tempat tinggal pada masa invasi. Diperkirakan kalau perusahaan kereta api milik Ukraina bernama Ukrzaliznytsia yang mengatur layanan kereta api di seluruh Ukraina telah membawa lebih dari 4 juta pengungsi dan 600.000 orang ke negara-negara lain di Eropa.[9] Pada puncaknnya, layanan kereta api mereka telah mengangkut lebih dari 200.000 orang per hari,[10] Sebagai langkah untuk menjaga keamanan dan keselamatan selama perjalanan, perusahaan kereta harus beradaptasi dengan segala kondisi seperti infrastruktur rel yang mengalami serangan bom atau jalur-jalur yang tidak berada di dalam kuasa Ukraina. Salah satu upaya adalah tidak membolehkan kereta terlalu lama di satu tempat. Kereta-kereta ini juga harus melaju dalam kecepatan yang lebih lambat untuk mengangkut lebih banyak penumpang dan mengantisipasi jalur kereta yang rusak.[11] Tim terpisah yang bernama dvizhentsy juga diperintahkan melakukan pemetaan tiap-tiap jalur yang aman dilewati ataupun yang telah rusak.[12] Setiap kali wilayah berhasil diambil alih dari Rusia, para pekerja kereta api langsung memperbaiki jalur yang telah rusak dengan sangat cepat yang pada waktu sebelum perang menghabiskan waktu bertahun menjadi hanya beberapa bulan.[13] Para kereta juga harus mematikan lampu mereka saat malam hari ketika melewati lokasi perang untuk menghindari penyerangan bom ke kereta dan disarankan untuk berbaring di lantai.[14] Karena Rusia juga turut menyerang pembangkit listrik pada invasinya, Ukraina menggunakan kereta bertenaga yang menggunakan bahan bakar diesel untuk mengalami masalah kerusakan pembangkit listrik ini dan juga mempertimbangkan penggunaan lokomotif uap dalam keadaan mendesak.[15] Meskipun, beragam upaya telah dilakukan, pada bulan Oktober 2022, 263 orang pekerja kereta meninggal selama bertugas dalam situasi invasi .[16] Beberapa perusahaan yang tergabung di Komunitas Perusahaan Infrastruktur dan Jalur Kereta Api Eropa (CER) juga mengratiskan biaya kereta api kepada penduduk Ukraina, seperti di negara Austria, Belgia, Bulgaria, Ceko, Kroasia, Denmark, Estonia, Finlandia, Prancis, Jerman, Hungaria,, Italia, Irlandia, Lituania, Luksemburg, Moldova, Belanda, Polandia, Portugal, Rumania, Slowakia, Slovenia, Spanyol, Swedia, Swiss, dan Britania Raya.[17] Austria mengakhiri bantuan ini sejak 1 November 2022[18] dan Belanda mengakhiri bantuan mereka pada 1 Juni 2022.[19] Kendaraan bermotor dan jalan kakiBus juga menjadi transportasi yang digunakan para pengungsi internal untuk berpindah dari wilayah yang dikuasai Rusia ke wilayah yang masih dikuasai Ukraina. 2000 pengungsi diberitakan berhasil pindah dari Mariupol ke Zaporizhzhia melalui Berdyansk dengan konvoi bus yang berjumlah 42 bus.[20] Sedangkan, di wilayah lain, para pengungsi harus memesan tiket langsung kepada relawan yang mengendarai bus dan tidak memberitahukan lokasi penjemputan minimum dua jam keberangkatan untuk menjaga keamanan supir dan penumpang.[21] Beberapa negara di Eropa juga menggratiskan biaya bus dari Ukraina sampai tiba ke rumah yang menampung para pengungsi seperti di Jerman[22], Irlandia[23] dan Inggris.[24] Beberapa pengungsi yang ingin menuju perbatasan Polandia dan Ukraina, yaitu Medyka memilih untuk berjalan kaki atau menaiki mobil.[25] Pada puncaknya, perpindahan masif ini menyebabkan kemacetan hingga panjang 20 mil.[26] PenerbanganPada bulan Februari 2022, pemerintah Ukraina memberhentikan semua penerbangan komersial sebagai dampak dari invasi Rusia.[27] Sebagai bentuk bantuan terhadap para pengungsi yang terdampak invasi, pada bulan Maret 2022, Wizz Air mempersiapkan 100.000 kursi penumpang gratis untuk penerbangan ke Polandia, Slowakia, Hungaria dan Rumania serta memberikan harga rendah untuk para pengungsi lain yang terdampak. Beberapa gerakan nirlaba juga memanfatkan donasi kilometer penerbangan yang tidak dipakai yang didapatkan dari program penumpang setia untuk membantu para pengungsi menggunakan jasa penerbangan.[28] Pada awalnya, hanya ada tiga penerbangan yang diberikan sebagai bantuan oleh Pemerintah Kanada terhadap pengungsi dari Ukraina. Penerbangan pertama membawa 328 orang dan tiba di Winnipeg pada tanggal 23 Mei, penerbangan kedua tiba di Montreal pada tanggal 29 Mei 2022 dengan membawa 306 orang yang diakhiri pada tanggal 2 Juni yang tiba di Halifax.[29] Namun, program ini berlanjut ke penerbangan keempat yang tiba pada tanggal 10 November 2022 yang tiba di Saskatoon dengan membawa sekitar 200 orang dari Warsawa pada tanggal 23 November.[30] Selain penerbangan ke Kanada, ada dua penerbangan yang dilakukan ke Negara Jerman. Penerbangan pertama membawa 134 orang dari Moldova dan tiba di Frankfurt pada tanggal 25 Maret.[31] Selanjutnya, penerbangan kedua membawa 117 orang ke Erfurt ke lokasi yang sama.[32] Jumlah pengungsiBerdasarkan data dari UNHCR, pada 6 Desember 2022, diperkirakan ada 7.832.493 orang pengungsi dari Ukraina yang mencakup 19% populasi dari negara ini dengan puncak perpindahan mencapai 200.000 orang perharinya yang kini telah menurun sampai 38.000 orang per hari .[33] Jumlah ini didominasi oleh 90% perempuan dan anak-anak yang membutuhkan bantuan kesehatan yang diperkirakan 14,5 juta orang dari mereka membutuhkan bantuan kesehatan. Sedangkan, 16 juta orang membutuhkan bantuan air bersih, sanitasi dan higenitas (WASH).[34] Situasi krisis pengungsi ini dianggap sebagai pertumbuhan pengungsi paling cepat dalam sejarah sejak Perang Dunia II di Eropa.[35] Referensi
|