Konishi YukinagaWikimedia Commons memiliki media mengenai Konishi Yukinaga. Konishi Yukinaga (1560?-1600) adalah seorang samurai Kristen dari zaman perang sipil Jepang/ periode Sengoku, nama baptisnya adalah Dom Agostinho. Lahir dari keluarga pedagang di Sakai. Mengawali kariernya dengan mengabdi pada klan Ukita dari Bizen. Dia bertemu dengan Toyotomi Hideyoshi ketika ekspedisi penaklukan wilayah barat yang dipimpin Hideyoshi, saat itu dia bertindak sebagai negosiator dari pihak Ukita. Hideyoshi terkesan dengan Yukinaga dan membujuknya untuk bekerja padanya. Setelah ekspedisi Kyushu tahun 1587, Yukinaga dianugerahi kastil Udo dan setengah provinsi Higo (sekitar 240.000 koku) sementara setengah lainnya diduduki oleh rivalnya, Kato Kiyomasa. Kedua orang ini sering bersitegang terutama dalam isu agama Kristen yang dianut dan dilindungi Yukinaga di daerahnya sementara dianiaya Kiyomasa. Pada ekspedisi penaklukan Korea pertama tahun 1592, Yukinaga menjadi salah satu komandan utama bersama rivalnya itu. Dia memimpin pasukannya menduduki kota-kota penting dari Busan hingga Pyongyang sebelum akhirnya dipukul mundur oleh pasukan Korea yang dibantu pasukan Ming Tiongkok dan kekurangan bahan pangan. Dalam perang ini, Yukinaga cenderung lebih memakai pendekatan-pendekatan damai tidak seperti Kiyomasa yang lebih suka memakai cara-cara kekerasan. Untuk mencapai gencatan senjata, Yukinaga memalsukan negosiasi dengan Tiongkok padahal Hideyoshi sendiri menganggap negosiasi itu adalah antara dua negara yang sederajat. Ketika utusan Ming Tiongkok datang ke Jepang untuk mengangkat Hideyoshi sebagai raja Jepang, dia sangat marah karena ini berarti menjadikan Jepang sebagai salah satu negara vasal Tiongkok. Yukinaga dipersalahkan atas tindakan ini dan dia kembali dikirim untuk invasi Korea kedua. Kematian Hideyoshi tahun 1598 menyebabkan invasi Korea pun terhenti dan Jepang terpecah menjadi dua kubu bermusuhan yaitu kubu barat yang dipimpin oleh Ishida Mitsunari, wali klan Toyotomi dan kubu timur yang dipimpin oleh Tokugawa Ieyasu. Yukinaga berpihak pada Ishida dan dia memimpin 4000 pasukannya dalam pertempuran Sekigahara (1600). Menyusul kekalahan pasukan barat, Yukinaga tertangkap. Sebagai seorang Kristen dia menolak melakukan seppuku/ bunuh diri karena bertentangan dengan agamanya, maka dia dihukum mati di Kyoto bersama Ishida Mitsunari dan biksu Ankokuji Ekei. Selama hidup Yukinaga banyak menyumbangkan hartanya untuk Gereja. Konon kabarnya setelah dia dihukum mati dan rumahnya disita disana tidak ditemukan barang-barang berharga. Pranala luar |