Kokoleceran
Kokoleceran (Vatica bantamensis) adalah sejenis pohon besar yang termasuk ke dalam suku Dipterocarpaceae.[2] Pohon langka ini adalah maskot provinsi Banten,[3] yang merupakan salah satu tanaman endemik Banten dan dipercaya hanya terdapat di Taman Nasional Ujung Kulon.[4] PemerianPohon yang sedang besarnya, dapat tumbuh tinggi hingga 30 m. Bagian-bagian yang muda berambut halus lebat berwarna oker pucat. Daun menjorong atau melanset, helaian (4,5-)7,5-18 × (1.8-)3,5-7,5 cm, dengan 9-11 pasang tulang daun sekunder, ujungnya meluncip dengan ujung penetes sd. 1 cm; dengan tangkai daun yang panjang hingga 2,2 cm panjangnya.[4] Perbungaan dalam malai, panjangnya mencapai 7 cm, di ujung ranting atau di ketiak daun. Kuncup bunga lk. 9 × 3 mm; kelopak bunga lima buah tidak sama panjang, menetap hingga bunga jadi buah, dua taju kelopak yang terpanjang membentuk sayap baling-baling (pada buah) lk. berukuran 9 × 2,5 cm, tiga taju yang kecil rudimen berukuran 25 × 9 mm. Buahnya sendiri agak bulat dan bertangkai pendek sekitar 5 mm panjangnya. Biji hampir bulat, diameternya mencapai 10 mm.[4] Ekologi dan konservasiTermasuk jenis pohon yang langka, habitatnya adalah hutan hujan tropika yang selalu hijau.[4] Di TN Ujung Kulon, pohon ini masih dapat ditemukan di sekitar blok Sanghyang Sirah dan Gunung Payung, meskipun tidak banyak jumlahnya.[5] Karena kelangkaannya, kokoleceran sempat dimasukkan ke dalam daftar tumbuhan yang dilindungi oleh Undang-undang, sebagaimana dilampirkan dalam Peraturan Menteri LHK nomor P.20/2018,[6] serta revisi pertamanya (P.92/2018). Akan tetapi enam bulan kemudian tumbuhan ini (beserta beberapa spesies flora dan fauna yang lain) dikeluarkan dari dalam daftar tersebut oleh Menteri LHK melalui Peraturan P.106/2018,[7] tanpa alasan yang jelas, serta tanpa pertimbangan dari otoritas keilmuan; salah satunya misalnya LIPI.[8] Ditengarai, pencabutan nama-nama beberapa jenis flora dan fauna langka ini lebih dikarenakan adanya tekanan dari para pedagang dan pehobi flora-fauna langka dan dilindungi.[9][10] EtimologiNama spesiesnya, bantamensis, menunjukkan spesies ini berasal dari Bantam, yakni Banten menurut pelafalan bangsa-bangsa Eropa di jaman penjajahan dulu, sebagaimana dicatat oleh Tomé Pires dan lain-lain.[11][12] Sedangkan nama Indonesianya, kokoleceran, berasal dari bahasa Sunda: kolécér, baling-baling; dan kokolécéran, baling-baling kertas, atau mainan baling-baling.[13] Diberi nama demikian karena buahnya yang berjatuhan sayapnya berputaran penaka baling-baling kecil. Referensi
Pranala luar
|