Kivlan Zen
Mayor Jenderal TNI (Purn.) Kivlan Zen, S.I.P., M.Si. gelar Datuak Tanameh (lahir 24 Desember 1946) adalah seorang tokoh militer Indonesia. Ia pernah memegang jabatan Kepala Staf Kostrad (Kas Kostrad) ABRI setelah mengemban lebih dari 20 jabatan yang berbeda, sebagian besar di posisi komando tempur.[1][2] Pada tahun 2016 Kivlan Zen menjadi Negosiator penting yang berhasil membebaskan 18 Warga Negara Indonesia dari penyanderaan yang dilakukan kelompok Abu Sayyaf Filipina.[3][4][5][6][7][8][9][10][11][12][13] Kehidupan pribadiKivlan Zen lahir pada 24 Desember 1946 di Kota Langsa, Aceh, dari keluarga perantau Minangkabau. Ia adalah anak ketiga dari 12 bersaudara pasangan Muhammad Zein dan Husna. Sang ayah adalah seorang pedagang keturunan Pakistan Punjab dari garis ayah dan Minangkabau dari garis ibu. Adapun sang ibu juga berasal dari Minangkabau, yakni suku Guci di Maninjau, Kabupaten Agam, Sumatera Barat.[14] Semasa jadi pelajar ia juga aktif dalam organisasi Kesatuan Aksi Pemuda Pelajar Indonesia (KAPPI). Ia masuk Akademi Militer Nasional (AMN) setelah lulus SMA pada tahun 1965. Ia merupakan alumni AKABRI angkatan tahun 1971. Adiknya, Rahmiana Zein adalah guru besar Kimia di Universitas Andalas, Padang, Sumatera Barat.[15] Karier MiliterPerjalanan karier Kivlan terbilang mulus, untuk naik ke brigadir jenderal dari posisi kolonel, dia hanya butuh waktu 18 bulan. Sebelumnya karier Kivlan sempat tersendat, pangkat mayor sempat disandangnya selama enam tahun dan letnan kolonel baru dia dapatkan setelah tujuh tahun saat dia bertugas di Timor Timur. Sedangkan pangkat kolonel baru didapatnya pada tahun 1994. Karier puncaknya dia dapatkan sampai jabatan Kepala Staf Kostrad dengan pangkat mayor jenderal masa peralihan dari Orde Baru ke Orde Reformasi. Setelah itu bintangnya pun meredup seiring berubahnya angin politik di Indonesia. Gagal Pendidikan KomandoSelepas lulus dari AKABRI tahun 1971, diberangkatkan masuk organik Kopassandha dan menjalani latihan Komando bersama beberapa lulusan AKABRI tahun 1970 seperti Letda Inf. Subagyo Hadi Siswoyo (Jenderal TNI Purn), Letda Inf. Muchdi Purwoprandjono (Mayjen TNI Purn), Letda Inf. Slamet Kirbiantoro (Mayjen TNI Purn). Latihan komando di Batujajar berlangsung sangat berat. Dalam sebuah latihan survival di Cikole, Letda Inf Kivlan dan beberapa teman antara lain Letda Inf. Hadi Utomo (Kolonel Inf Purn) tertangkap pelatih menyembunyikan makanan yang dibeli dari luar. Komandan Latihan Mayor Inf Muhadi marah besar, dan mengancam akan tidak meluluskan mereka bila mengulangi perbuatan itu lagi. Long March dari Tangkuban Perahu menuju ke Cilacap. Namun apes lagi, Letda Inf. Hadi Utomo (Kolonel Inf Purn) ketahuan belanja di warung. Hukuman sudah menantinya. Letda Inf Kivlan yang tidak ikutan belanja kena getahnya, dan mereka berdua dinyatakan tidak lulus dalam pendidikan Komando. Dengan berat hati, Kivlan kembali ke markas Kopassandha di Cijantung, memakai baret merah tanpa brevet Komando. Kivlan bertemu seniornya Kapten Inf. Muchlis Anwar (Mayjen TNI Purn.) yang memberi nasihat agar tidak kecil hati. Ia disarankan agar pindah ke Kodam yang ada operasi militernya untuk pengembangan karirnya. Dan Akhirnya Letda Inf Kivlan ditempatkan di Yonif 753/Arga Vira Tama Kodam XVII/Cenderawasih. Riwayat pendidikanPendidikan Akademik
Pendidikan Militer
Kursus/diklat
Riwayat organisasi
Riwayat jabatan Militer
Riwayat jabatan non Militer
PenghargaanTanda KehormatanKivlan mendapatkan sejumlah tanda kehormatan atas prestasi dan jasanya baik dari dalam maupun luar negeri, diantaranya:
Riwayat perjuangan
KontroversiIa pernah menyebut Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono licik, dan orang-orang demokrat tidak jelas kelaminnya. Ia menambahkan bahwa SBY adalah yuniornya. Atas ucapan Kivlan Zen tersebut, muncul kemarahan dari kader Demokrat, dengan menyebut "Kivlan Zen bintangnya berapa?".[16] Rujukan
Pranala luar
|