Kitab al-Kafi
Al-Kafi (bahasa Arab: ٱلْكَافِي, translit. al-Kāfī, har. 'Yang Mencukupi') adalah kitab hadis Syiah Dua Belas Imam yang disusun oleh Muhammad bin Ya'qub al-Kulaini.[1] Dibagi menjadi tiga bab: Uṣūl al-Kāfī, berkaitan dengan epistemologi, teologi, sejarah, etika, doa, dan Al-Qurʾān, Furūʿ al-Kāfī, yang berkaitan dengan masalah praktis dan hukum, dan Raudat al- Kāfī, yang memuat tradisi, banyak di antaranya memuat tulisan-tulisan panjang dan ucapan-ucapan yang diriwayatkan dari para Imam.[2] Secara total, al-Kāfi terdiri dari 16.199 riwayat.[3] IsiUshul al-KafiDelapan kitab pertama dalam al-Kāfī disebut sebagai Uṣūl al-kāfī. Edisi pertamanya, yang diterbitkan dalam delapan jilid, menempatkan Uṣūl al-kāfī dalam dua jilid pertama. Uṣūl al-kāfī secara garis besar berisi hadis-hadis yang berkaitan dengan epistemologi, teologi, sejarah, etika, bacaan doa, dan Al-Qur'an.
Furūʿ al-KāfiKitab 9 sampai 34 menjadi Furūʿ al-kāfī dan ditemukan dalam jilid ketiga sampai ketujuh dari edisi pertama. Furūʿ al-kāfī berisi hadis-hadis yang terutama berurusan dengan persoalan praktis dan hukum-hukum agama.
Raudat al-KāfiBagian terakhir ini disebut Rawḍah al-kāfī, yang ada pada jilid kedelapan. Rawḍah al-kāfī berisi hampir 600 macam hadis, banyak di antaranya adalah surat-surat dan ucapan yang panjang, dan tidak diatur dalam urutan tertentu. KeaslianKebanyakan ulama Syiah tidak membuat banyak asumsi berkit keaslian kitab hadis. Mayoritas meyakini bahwa tidak ada kitab hadis "shahih" yang benar-benar dapat dipercaya. Kitab-kitab hadis disusun oleh orang-orang yang bisa jadi salah, dan dengan demikian secara nyara, mereka pasti memiliki campuran hadis yang kuat dan lemah. Kulaini sendiri menyatakan dalam prakata bahwa ia hanya mengumpulkan hadis-hadis yang menurutnya penting dan cukup untuk diketahui umat Islam, dan dia menyerahkan penshahihan hadis-hadis tersebut kepada ulama-ulama selanjutnya.[butuh rujukan] Kulaini juga menyatakan, mengacu pada hadits:
Menurut ulama besar Imamiyah Zainuddīn al-ʿĀmili, yang dikenal sebagai asy-Syahīd ats-Tsāni (911-966 H/1505-1559 M), yang meneliti sanad riwayat al-Kāfi, 5.072 dianggap ṣaḥīḥ; 144 dianggap sebagai ḥasan; 1.118 dianggap muwathaq; 302 hadis yang dinilai qawi; dan 9.485 hadis yang dikategorikan ḍaʿīf (lemah).[5] Komentar ilmiahPenulis (al-Kulaini) menyatakan dalam prakata kitab tersebut:
Imam Khomeini (seorang ulama besar Syiah abad ke-20) mengatakan:
Gagasan ini menyiratkan bahwa Khomeini merasa keberatan dengan kemalasan orang-orang bodoh pada zamannya yang hanya menyimpan al-Kafi di rak buku, lalu melanggar perintah tersebut kehidupan sehari-hari mereka, dengan anggapan bahwa mereka tak tahu bagaimana mereka akan selamat neraka, hanya sebatas memiliki kitab tersebut. Khomeini menganggap bahwa hukum Islam harus menjadi bagian yang sangat penting bagi kehidupan sehari-hari orang beriman, bukan hanya manuskrip basi yang diletakkan di rak dan dilupakan. Dengan demikian; Khomeini secara tersirat mengatakan bahwa al-Kafi (yang cukup) belumlah kafi (cukup) untuk menjadikan pembacanya seorang Muslim yang beriman atau saleh, kecuali dengan melaksanakan kebijaksanaan yang terkandung di dalamnya dan bertindak berdasarkan tuntunan tersebut. Ulama Syiah terkenal Syekh Sadūq tidak meyakini keaslian al-Kāfi. Khoei menunjukkan hal ini dalam bukunya "Mu'jam Rijāl al-Hadīts", dengan menyatakan
Para ulama telah membuat pernyataan ini, untuk mengingatkan orang agar tidak mempergunakan kitab itu secara sembarangan, serta menukil isinya sebagai kebenaran. Sebaliknya, proses keshahihan yang lengkap harus diterapkan, dengan melepaskan pemahaman kitab tersebut kepada para ulama. Dari sudut pandang Syiah, buku apa pun selain Al-Qur'an, serta hadis dan perawinya dapat dipertanyakan dan diteliti secara objektif untuk ketepercayaannya. Pandangan Syiah terhadap al-Kafi relatif terhadap kitab-kitab hadis lainnyaKulaini sendiri menyatakan prakatanya bahwa ia hanya mengumpulkan hadis yang menurutnya penting dan cukup untuk diketahui umat Islam (yakni ketika banyak umat Islam buta huruf dan belum mengetahui keyakinan asli Islam, serta bertumbuhnya sekte Ṣūfi dan gnostik), sehingga ia menyerahkan keshahihan hadis-hadis ini kepada para ulama kemudian. Kulayni juga mengingatkan: "apa pun (hadis) yang sesuai dengan Kitab Allah (Al-Qur'an), terimalah. Dan apa pun yang bertentangan, tolaklah”.[9] Sang penulis tidak menganggap "sempurna" untuk kitab ini. Ia hanya menyusunnya untuk memberi nasihat yang tulus berdasarkan hukum Islam yang benar (terlepas dari kebenaran salah satu hadis tertentu), serta untuk melestarikan hadis langka dan ilmu agama dalam sebuah kumpulan yang mudah untuk diakses serta dipelajari oleh generasi mendatang. Al-Kāfi adalah kumpulan hadis terlengkap yang muncul pada zaman perkembangan pengetahuan Islam. Hal ini bahkan dihormati di kalangan ulama Syiah. Syekh al-Mufid (wafat 1022 M) menyebutnya sebagai "salah satu kitab Syiah terbesar dan paling bermanfaat". Lihat pula
Referensi
Pranala luar
|