Ketungging

Ketungging[1] atau ketonggeng[2] (Uropygi) adalah sekelompok hewan arachnida mirip kalajengking namun memiliki semacam "cambu" di bagian belakangnya, alih-alih sengat. Semua ketonggeng termasuk ke dalam bangsa Thelyphonida. Sebelumnya, ordo ini digabung bersama Schiyomida membentuk ordo Uropygi. Dalam bahasa Inggris hewan ini disebut "whip scorpions" (kalajengking cambuk).

Pemerian fisik

Hewan ini mudah dikenali dari warnanya yang gelap, memiliki bagian depan mirip kalajengking (lengkap dengan sepasang capit di sekitar kepala), namun tidak memiliki "ekor" dengan ujung sengat seperti kerabatnya itu, ekornya menyerupai sebuah jarum kecil berwarna coklat. Panjang badannya antara 10–15 cm Bagian abdomennya (disebut sebagai pygidium) dilengkapi dengan organ berbentuk cambuk (flagellum) memanjang yang agak kaku.

Ketonggeng aktif mencari makan pada malam hari. Makanan utama ketonggeng pada umumnya adalah serangga, kaki seribu, kalajengking, dan cacing. Ketonggeng sangat efektif dalam mengontrol populasi jangkrik dan kecoa.

Ketonggeng dikenal juga Vinegaroon (Vinegar = cuka) karena ketika terancam, dia akan menyemprotkan cairan gabungan dari asam asetat dan asam oktanoat yang menimbulkan bau seperti cuka. Binatang ini tidak berbisa dan juga tidak bisa menggigit, hanya bisa mencapit. Meskipun bila terkena cairannya yang berbau asam menyengat dapat menyebabkan kulit terasa gatal dan bila parah bahkan bisa menimbulkan rasa panas seperti luka bakar. Bagi manusia tidak berbahaya sama sekali. Tetapi tetap saja jika terkena capitnya akan terasa sangat sakit, karena capitnya tergolong kuat.

Untuk pertolongan pertama, bila terkena cairan ketonggeng, anda dapat membilas dengan air. Sedangkan bila terkena capitnya, usahakan terlepas dahulu. Tindakan selanjutnya Anda sebaiknya menghubungi pihak medis terdekat agar dapat ditangani lebih lanjut.

Referensi

  1. ^ "Arti kata ketungging". Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kemendikbud. KBBI Daring. Diakses tanggal 16 Oktober 2020. 
  2. ^ "Arti kata ketonggeng". Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kemendikbud. KBBI Daring. Diakses tanggal 16 Oktober 2020. 
Kembali kehalaman sebelumnya