Kesetaraan genderKesetaraan gender adalah pandangan bahwa semua orang harus mempunyai kesempatan, sumber daya, dan pengetahuan yang seimbang serta menerima perlakuan yang setara dan tidak didiskriminasi berdasarkan identitas manusia yang bersifat kodrati.[1] Isu ini adalah salah satu tujuan dari Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia oleh PBB yang berusaha untuk menciptakan kesetaraan di segala bidang kehidupan di dalam masyarakat.[2] Kesetaraan gender tidak semata-mata hak asasi manusia, tapi lebih dalam lagi sebagai landasan bagi terbentuknya dunia yang damai, sejahtera dan berkelanjutan. Kesetaraan gender merupakan tujuan ke lima dari 17 Tujuan Pembangunan Berkelanjutan 2030 dari PBB.[3] Awal pemikiranFeminisme KristenKesetaraan gender merupakan sebuah hasil pemikiran yang muncul akibat dari gerakan pembebasan wanita yang bersifat ekstrim. Kecenderungan munculnya kesetaraan gender terjadi secara global. Gerakan feminisme yang ekstrim ini berawal dari pemberian kebebasan tanpa batas kepada wanita di dunia Barat. Para kaum feminisme di dunia Barat kemudian mulai mencari legitimasi atas pemikiran mereka dengan mengutip Alkitab. Mereka mulai menggantikan istilah "god" yang maskulin, menjadi "goddes" yang feminin.[4] Feminisme muslimSelain dari tradisi Kristen, kesetaraan gender juga mulai diusung oleh kaum wanita muslim. Mereka mengatakan bahwa ajaran Islam bersifat membatasi dan menindas wanita. Upaya-upaya delegitimasi terhadap Al-Qur'an pun mulai dilakukan. Pernyataan yang diberikan menjelaskan bahwa Al-Qur'an merupakan kitab yang bias gender.[5] DiskriminasiDi seluruh dunia, diskriminasi berdasarkan jenis kelamin masih dipraktikkan di semua bidang kehidupan. Terlepas dari kemajuan signifikan dalam kesetaraan gender saat ini, ini adalah kenyataan. Negara atau wilayah yang berbeda memiliki rentang perbedaan yang luas dalam jenis dan tingkat keparahan diskriminasi. Di negara dunia ketiga tidak ada wanita yang mengalami kesetaraan dalam hal hak hukum, sosial, dan fiskal mereka. Ada banyak contoh disparitas gender dalam akses dan kontrol atas sumber daya, ekonomi, kekuasaan, dan keterlibatan politik. Ketidaksetaraan yang terjadi secara tidak proporsional mempengaruhi perempuan dan anak perempuan, tetapi pada akhirnya merugikan semua orang. Oleh karena itu, perhatian utama dari tujuan pembangunan yang memiliki nilai intrinsik adalah kesetaraan gender.[6] Meningkatkan kesetaraan genderPerbaikan jangka panjang dalam kesetaraan gender dimungkinkan berkat pertumbuhan ekonomi dalam banyak hal. Agenda Tujuan Pembangunan Berkelanjutan penting karena, setelah disetujui, akan berfungsi sebagai referensi global dan nasional, membantu mempersempit ruang lingkup agenda pembangunan. Semua tujuan tersebut mendukung hak asasi manusia (HAM), mempromosikan kesetaraan gender, dan memberikan otoritas kepada perempuan dari segala usia.[7] Dampak kesetaraan genderAda nya kesetaraan tersebut menimbulkan dampak positif seperti:[8]
ReferensiCatatan kaki
Daftar pustaka
|