Kesatuan Mahasiswa Hindu Dharma Indonesia
Kesatuan Mahasiswa Hindu Dharma Indonesia atau yang disingkat dengan KMHDI adalah sebuah organisasi mahasiswa Hindu di Indonesia. KMHDI merupakan satu-satunya organisasi kemahasiswaan yang bernafaskan Hindu dan berskala Nasional yang berdiri pada 3 September 1993.[1] SejarahTahap ini ditandai dengan munculnya keinginan untuk membentuk wadah Mahasiswa Hindu Indonesia ke dalam satu wadah yang bersifat nasional di Yogyakarta pada saat panel Forum dan Dialog Mahasiswa Hindu Nasional pada tahun 1991. Waktu itu diusulkan bentuk forum komunikasi informal, dan disepakati KMHD UGM sebagai fasilitator. Tugas dari forum komunikasi tersebut adalah untuk membangun jaringan komunikasi mahasiswa di berbagai perguruan tinggi di Indonesia. Bagi perguruan tinggi yang belum memiliki KMHD di perguruan tingginya, diserukan agar segera membentuk KMHD yang bisa mengakomodasikan seluruh potensi dan aspirasi Mahasiwa Hindu di masing-masing perguruan tinggi. Dalam perjalanannya Forum Komunikasi banyak menemui kendala sehingga komunikasi mahasiswa Hindu Indonesia belum berjalan seperti yang diharapkan.[2] Menyadari kendala yang dihadapi oleh Forum Komunikasi tersebut, dilakukan pembicaraan lebih lanjut dalam Dialog Mahasiswa Hindu yang diselenggarakan pada saat TPKH ITS menyelenggarakan Seminar Nasional Mahasiswa Hindu pada tahun 1992. Adapun hasil yang dicapai pada saat itu adalah dibentuknya Koordinator Wilayah (Korwil) di masing-masing kota memiliki pergurun tinggi. Selain itu, untuk membicarakan mekanisme kerja Forum Komunikasi Mahasiswa Hindu, maka akan diadakan Dialog di Bali dengan tetap menunjuk KMHD UGM sebagai fasilitator dan penyelenggara. Untuk menindaklanjuti hasil-hasil keputusan di ITS, pada tanggal 3-4 Agustus 1992 KMHD UGM bekerja sama dengan Senat Mahasiswa Universitas Warmadewa menyelenggarakan Panel Forum dan Dialog Mahasiswa Hindu Indonesia. Tujuan utamanya adalah untuk membahas mekanisme kerja dan biaya operasional dari Forum Komunikasi Mahasiswa Hindu Indonesia. Pada saat inilah muncul usulan untuk membentuk wadah yang bersifat Formal dan Nasional. Usulan tersebut dilontarkan pertama kali oleh KPMHD Malang selaku Korwil Malang. Pro dan kontra sempat mewarnai dialog tersebut. Sebagian peserta dialog mendukung dengan alasan sudah waktunya mahasiswa Hindu tampil dalam forum Nasional dan bersama rekan-rekan mahasiswa yang lain berpartisipasi membangun bangsa dari keterpurukan. Adapun peserta dialog yang tidak mendukung usulan tersebut karena memandang mahasiswa Hindu belum siap tampil di Forum-Forum Nasional. Perbedaan pandangan ini berlangsung lama dan alot, sehingga harus break untuk lobi masing-masing pihak. Pendekatan secara personal pada saat lobi ternyata berhasil memuaskan semua pihak. Tiga keputusan penting yang dihasilkan, yaitu:
Pada kesempatan itu juga disepalati bahwa Kongres dilaksanakan di Bali dengan Korwil Bali (FPMHD UNUD) sebagai penyelenggara dan Korwil Malang sebagai Panitia Kecil (Steering Committee). Untuk menindaklanjuti hasil Dialog di Universitas Warmadewa, pada tanggal 9-11 Oktober 1992 diadakan Malang Informal Meeting (MIM) yang bersamaan dengan kegiatan Dharma Bakti VIII KPMHD Malang. Tujuan utama dari MIM adalah untuk menyamakan Visi dan persepsi tentang wadah yang akan dibentu serta membuat rancangan materi untuk keperluan Kongres. Keputusan penting yang dihasilkan pada saat MIM adalah sebelum Kongres perlu diadakan Pra Kongres yang bertujuan untuk mengevaluasi kesiapan mahasiswa Hindu dalam menyelenggarakan Kongres. Pada tanggal 25-28 Desember 1992 diadakan Urun rembug Nasional di kampus IHD Bali (UNHI) yang merupakan istilah lain dari Pra Kongres seperti yang dimaksud dalam MIM. Urun rembug ini lebih bersifat kekeluargaan untuk lebih mematangkan Pelaksaan Kongres. Namun pada urun rembug ini kembali timbul perbedaan Visi dan persepsi tentang wadah yang akan dibentuk. KMHD UGM tetap menghendaki wadah yang bersifat informal sedang delegasi lainnya menghendaki wadah yang bersifat formal berbentuk sebuah Organisasi. Setelah melalui perdebatan yang panjang maka KMHD UGM mengambil sikap walk out. Dalam rangka mewujudkan keinginan untuk membentuk wadah bersama secara formal, maka diputuskan:
Kemudian pada tanggal 8-10 dan 14-15 Februari 1993 bertempat di Sekretariat Panitia Kongres, Jl. Ir. Ida Bagus Oka No.5, diadakan Bali Informal Meeting (BIM). Hasil penting BIM adalah:
Untuk menindaklanjuti hasil-hasil BIM maka pada tanggal 18-20 April 1993 diadakan Pertemuan Informal Bandung (PIB) di Asrama Mahasiswa Viyata Tirta Gangga dan Ciung Wanara, dengan hasil-hasil:
Kongres ini merupakan puncak dari seluruh pertemuan dan pembahasan sebelumnya. Kongres berlangsung dari tanggal 1-4 September 1993 di UNHI (Universitas Negeri Hindu Indonesia) Bali. pada intinya kegiatan ini bermaksud untuk membentuk wadah nasional bagi Mahasiswa Hindu Dharma Indonesia dan sekaligus memilih Pengurus Pimpinan Pusat periode 1993-1996. Kongres pada akhirnya menghasilkan lima Ketetapan, lima Keputusan dan satu Keputusan Khusus, memilih dan menetapkan Susunan Pengurus Inti yang terdiri dari tiga orang, yaitu Ketua Umm, Sekretaris Jenderal, dan Bendahara Umum KMHDI. Sehingga secara de facto KMHDI berdiri sebagai organisasi berskala nasional pada tanggal 3 September 1993 dengan disahkannya AD dan ART KMHDI, tanggal 3 September inilah diperingati sebagai hari lahirnya KMHDI. Asas dan Nilai Perjuangan OrganisasiSesuai dengan hasil keputusan Kongres Nasional (MAHASABHA) KMHDI bahwa organisasi berasaskan Pancasila, hal tersebut tercantum pada BAB II tentang asas sifat dan tujuan pada pasal 2 AD/ART KMHDI. Serta pada pasal 3 AD/ART KMHDI menegaskan bahwa KMHDI bersifat Nasionalis dan Independent serta KMHDI bernafaskan Hindu. Pada pasal 4 AD/ART KMHDI juga menegaskan tentang tujuan KMHDI. Adapun tujuan tersebut terdapat 3 point, yaitu:
Selain itu, KMHDI juga berpedoman dengan nilai-nilai dasar perjuangan Organisasi. Nilai-nilai dasar perjuangan tersebut adalah Purwaka KMHDI. Adapun isi dari Purwaka KMHDI Ialah: Atas Asung Kerta Wara Nugraha Hyang Widhi Wasa, kami menyadari tugas mahasiswa Hindu Indonesia untuk mengabdi bagi agama dan negara. Dengan mendasarkan diri pada nilai-nilai Veda, mahasiswa Hindu Indonesia berusaha mewujudkan intelektual Hindu yang Moksartham Jagadhita Ya Ca Iti Dharma. Sebagai bagian tak terpisahkan dari bangsa Indonesia, mahasiswa Hindu Indonesia berusaha mencapai tujuan Indonesia Merdeka yang berlandaskan Pancasila. Mahasiswa Hindu Indonesia berkeyakinan bahwa hukum dan demokrasi harus menjadi dasar praktek kenegaraan sehingga nilai-nilai kebebasan, keadilan dan solidaritas yang dianut oleh rakyat Indonesia dapat dipertahankan dan dikembangkan. Untuk mewujudkan tujuan-tujuan tersebut, kami mahasiswa Hindu Indonesia membentuk organisasi Kesatuan Mahasiswa Hindu Dharma Indonesia sebagai wadah pemersatu dan alat pendidikan kader yang bertujuan untuk memperbesar jumlah kader mahasiswa Hindu yang berkualitas. Kesatuan Mahasiswa Hindu Dharma Indonesia meletakkan tanggung jawab di pundaknya untuk membentuk kader mahasiswa Hindu Indonesia yang religius, humanis, nasionalis serta berpikiran progresif. Slogan KMHDISebagai kata penyemangat dan persatuan, KMHDI memiliki slogan, yaitu: “ Satyam Eva Jayate ” artinya Hanya Kebenaran yang Selalu Menang. Dengan mengucapkan slogan ini, maka lawan bicara atau anggota yang lain akan membalas dengan mengucapka "Jaya...!". Slogan ini dikutip dari Kitab Mundaka Upanisad III.1.6: Satyameva jayate nānṛtaṁ, satyena panthā vitato devayānaḥ, yenākramantyṛṣayo hyāptakāmā, yatra tat satyasya paramaṁ nidhānam; (Mundaka Upanisad III.1.6) Artinya: Hanya kebenaran yang selalu menang bukan ketidakbenaran, Melalui jalan kebenaran Ilahi, Orang bijak yang benar-benar keinginannya terpenuhi, Yang bisa mencapai harta tertinggi dimana kebenaran berada. Struktur Organisasi KMHDISecara organisasi KMHDI memiliki tingkatan organisasi mulai dari Pusat, Provinsi, Daerah dan Komisariat Kampus.
Pimpinan Pusat KMHDI
Referensi
Pranala luar |