Kereta api bandara

Commuter Line Bandara Soekarno-Hatta melewati Stasiun Sudirman
Kereta Bandara Kualanamu berhenti di Stasiun Bandar Khalipah

Kereta api bandara (bahasa Inggris: Airport rail link) adalah layanan yang menyediakan transportasi rel antara bandar udara dan kota terdekat. Jalur langsung beroperasi langsung dari terminal bandara ke kota, sementara jalur lainnya memerlukan perantara dari pengangkut penumpang atau bus bandara. Keuntungan kereta bandara untuk penumpang adalah waktu tempuh yang lebih cepat dan koneksi yang mudah dengan transportasi umum lainnya. Keuntungan bagi bandara yakni peningkatan jumlah penumpang dan peningkatan aksesibilitas bagi staf. Selain itu, pihak berwenang juga mendapatkan manfaat dari berkurangnya kemacetan di jalan raya, berkurangnya polusi, dan lebih banyak peluang bisnis.

Sejarah

Meskipun kereta api bandara telah menjadi solusi populer di Eropa dan Jepang selama beberapa dekade, baru belakangan ini kereta api bandara dibangun di Amerika Utara, Amerika Selatan, Afrika, Oseania, dan negara-negara Asia lainnya.

Stasiun angkutan cepat pertama yang terhubung dengan bandara adalah stasiun Paradestraße U-Bahn Berlin yang dibuka pada tahun 1927 sebagai Flughafen (Bandara), dan dibangun untuk menyediakan akses langsung ke Bandara Berlin Tempelhof. Namun, koneksi antara Paradestraße dan Bandara Tempelhof telah dihapus pada tahun 1937, dan stasiun sebelumnya, Platz der Luftbrücke yang malah diberikan koneksi tersebut, hingga penutupan Bandara Tempelhof pada tahun 2008.

Contoh awal lain dari stasiun angkutan cepat yang terhubung dengan bandara termasuk Stasiun Bandara MBTA di Blue Line di Boston di Bandara Internasional Logan yang dibuka pada tahun 1952 dan dibangun kembali pada tahun 2004, dan stasiun Bandara Internasional Cleveland Hopkins di RTA Rapid Transit Red Line di Cleveland yang dibuka pada tahun 1968 dan dibangun kembali pada tahun 1994. Jalur di Boston ini memerlukan transfer bus antar-jemput singkat dari stasiun kereta api ke terminal bandara, sedangkan jalur Cleveland dianggap sebagai layanan langsung pertama di Belahan Barat.

Jenis dan contoh

Kereta kecepatan tinggi dan kereta antarkota

Kereta kecepatan tinggi Thalys di Bandara Internasional Schiphol

Layanan kereta kecepatan tinggi atau kereta antarkota menyediakan koneksi langsung antara bandara dan kota-kota di sekitarnya. Solusi ini biasanya memerlukan pembangunan jalur baru, baik jalur utama yang baru dibangun maupun jalur cabang dari jalur utama yang sudah ada. Layanan ini sering kali memiliki tarif premium, frekuensi lebih rendah (misalnya setiap 30 menit), dan fitur yang lebih bagus (misalnya rak bagasi, stopkontak, Wi-Fi, kamar mandi).

Integrasi dengan kereta kecepatan tinggi dan kereta antarkota telah menghasilkan aliansi di mana maskapai penerbangan menjual tiket pesawat yang mencakup layanan kereta api penghubung. Beberapa negara Eropa telah menyediakan integrasi kereta kecepatan tinggi ke bandara, dengan layanan TGV domestik dan internasional dari Aéroport Charles de Gaulle 2 TGV di Paris dan layanan ICE dari Stasiun Jarak Jauh Bandara Frankfurt. Oleh karena itu, banyak stasiun kereta bandara yang telah menerima kode IATA. Contoh lainnya termasuk Stasiun Bandara Schipol ke kota-kota di Belanda, Stasiun Bandara Zurich ke kota-kota di Swiss, dan Stasiun Bandara Daxing ke kota-kota di Tiongkok.

Kereta lokal dan kereta komuter

Narita Express melayani layanan komuter Bandara Internasional Narita dengan pusat kota Tokyo

Layanan "ekspres bandara" lokal atau komuter menyediakan koneksi langsung antara bandara dan pusat kota. Solusi ini sering digunakan jika bandara berada di luar wilayah perkotaan dan agak jauh dari sistem angkutan massal namun diperlukan layanan langsung ke pusat kota. Terdapat berbagai cara untuk mencapai ini: jalur dapat beroperasi pada kombinasi jalur kereta api utama yang sudah ada atau yang baru, dibangun dengan menggunakan armada kereta api khusus yang dirancang untuk melayani bandara. Sama halnya dengan layanan kereta kecepatan tinggi dan antar kota, layanan ini sering kali memiliki tarif premium, frekuensi lebih rendah, dan fitur yang lebih bagus.

Contohnya adalah RER B antara Aéroport Charles de Gaulle 2 TGV dan Paris, Jalur Bandara Keisei Narita dan Narita Express antara Bandara Internasional Narita dan Tokyo, Union Pearson Express ke Bandara Internasional Pearson Toronto, Leonardo Express ke Bandara Rome Fiumicino, dan Malpensa Express ke Bandara Milan Malpensa.

Angkutan cepat

Airport Express menghubungkan Bandara Ibu Kota Beijing dengan pusat kota Beijing

Untuk bandara yang dibangun di dalam atau dekat batas kota, perluasan jaringan angkutan cepat seperti metro atau trem ke bandara memungkinkan transportasi bebas hambatan ke pinggiran kota dan integrasi penuh dengan jalur lain. Layanan ini biasanya memiliki frekuensi yang lebih tinggi (misalnya setiap 5 menit), namun dengan waktu perjalanan lebih lama karena layanan ini melakukan banyak perhentian antara bandara dan pusat kota. Selain itu, sedikit sekali ruang untuk menyimpan bagasi yang dibawa oleh penumpang menuju bandara. Fasilitas penyimpanan bagasi jarang ditemukan pada angkutan cepat, karena tujuan utamanya adalah untuk menyediakan layanan berkapasitas tinggi.

Contohnya adalah Jalur 4 antara Bandara Linate dan kota Milan, Jalur Timur-Barat antara Bandara Changi dan Singapura, dan Silver Line antara Bandara Internasional Dulles dan kota Washington D.C..

Rel ke pengangkut penumpang

Kalayang Bandara Soekarno-Hatta meninggalkan Terminal 3

Solusi yang diadopsi di beberapa kota adalah koneksi langsung ke stasiun kereta bandara yang terhubung dengan pengangkut penumpang (people mover). Penumpang berpindah dari stasiun kereta api ke people mover yang kemudian menyelesaikan perjalanan mereka ke terminal. Meskipun opsi ini dipilih untuk mengurangi biaya konstruksi, opsi ini hanya dapat dilakukan jika jalur kereta api berada di dekat bandara. Beberapa bandara seperti Bandara Internasional San Francisco dilayani langsung oleh kereta api bandara ke beberapa terminal, namun tidak ke terminal lainnya. Dalam kasus seperti ini, penumpang yang menuju terminal bandara yang tidak memiliki koneksi langsung harus menggunakan people mover untuk menuju terminal tujuannya. People mover biasanya juga melayani tempat parkir, hotel bandara, dan fasilitas persewaan mobil di luar lokasi. People mover dipandang memiliki kualitas yang lebih tinggi dibandingkan bus antar-jemput.

Contohnya adalah Bandara Internasional Soekarno-Hatta dengan Kalayang Bandara Soekarno-Hatta dari Stasiun Bandara Soekarno-Hatta, Bandara London Luton dengan Luton DART dari Stasiun Bandara Luton Parkway, dan Bandara Paris Orly dengan Orlyval dari Stasiun RER Antony.

Rel ke bus antar-jemput

Solusi lainnya adalah koneksi langsung ke stasiun kereta bandara yang terhubung ke bus antar-jemput. Penumpang berpindah dari stasiun kereta api ke bus antar-jemput yang kemudian menyelesaikan perjalanan mereka ke terminal. Bus antar-jemput tidak memerlukan infrastruktur khusus untuk dibangun, dan sering kali menjadi pilihan utama di bandara yang lebih kecil atau berbiaya rendah. Bus antar-jemput mungkin memerlukan waktu menunggu untuk berpindah ke tahap perjalanan berikutnya, dan sering kali memiliki persepsi kualitas dan pangsa pasar yang lebih rendah.

Contohnya adalah Bandara Internasional Zhengding Shijiazhuang dengan bus antar-jemput dari Stasiun Bandara Zhengding, Bandara Salvador Bahia dengan bus antar-jemput dari Stasiun Aeroporto, dan Bandara Auckland dengan bus antar-jemput AirportLink dari Stasiun Puhinui.

Lihat pula

Pranala luar

Kembali kehalaman sebelumnya