Kerajaan Asyur Baru
Kerajaan Asyur Baru adalah sebuah entitas politik bangsa Asyur di Mesopotamia pada 934 SM sampai 608 SM.[1] Pada masa kejayaan kerajaan ini, bangsa Asyur menjadi bangsa terkuat di dunia, bersaing dengan Babilonia, Mesir, Urartu/Armenia[2] dan Elam dalam memperebutkan kekuasaan di Timur Dekat dan Mediterania timur, Kerajaan ini menjadi kuat melalui reformasi oleh Tiglath-Pileser III pada abad ke-8 SM.[3][4] Asyur pada awalnya merupakan kerajaan Akkadia kecil yang berkembang pada abad ke 23 sampai 21 SM. Raja-raja Asyur hanyalah pemimpin regional dan merupakan bawahan Sargon dari Akkad, yang menyatukan semua bangsa berbahasa Akkadia di Mesopotamia di bawah Kekaisaran Akkadia, yang bertahan dari 2270 SM sampai 2080 SM. Setelah Kekaisaran Akkadia runtuh, bangsa Asyur dan Babilonia dapat berkembang. Pada periode Asyur Kuno pada Zaman Perunggu Awal, Asyur menjadi kerajaan di Mesopotamia utara (Irak utara modern), memperebutkan dominasi dan melawan saingannya di Mesopotamia selatan yang juga berbahasa Akkadia, yaitu Babilonia, yang sering kali berada di bawah kekuasaan bangsa Kassit. Pada periode ini, Asyur juga membuat koloni-koloni di Asia Kecil. Asira mengalami pasang surut kekuasaan pada periode Asyur Pertegahan. Asyur mengalami periode kekasiaran di bawah kekuasaan Shamshi-Adad I pada abad ke-18 dan 17 SM, Setelah itu Asyur berada di bawah dominasi Babilonia, lalu Mittani-Hurria pada abad ke-17 - 15 SM. Asyur kemudian menjadi kerajaan yang kuat pada 1365 SM sampai 1076 SM, yang meliputi pemeritahan raja-raja besar, misalnya Ashur-uballit I, Tukulti-Ninurta I dan Tiglath-Pileser I. Dimulai dengan kampanye Adad-nirari II, Asyur lagi-lagi menjadi kerajaan yang kuat. Kerajaan Asyur menjatuhkan Dinasti Kedua puluh lima Mesir dan menaklukan Mesir, Babilonia, Elam, Urartu, Media, Persia, Mannea, Gutium, Punisia/Kanaan, Aramea (Suriah), Arab, Israel, Yehuda, Palestina, Edom, Moab, Samarra, Kilikia, Siprus, Khaldea, Nabatea, Kommagene, Dilmun; menaklukan bangsa Hurria, bangsa Shutu dan bangsa Hittit; mengsuir bangsa Nubia, bangsa Kushit dan bangsa Ethiopia dari Mesir; mengalahkan bangsa Kimmeria dan bangsa Skithia; dan memperoleh upeti dari Frigia, Magan, dan Punt. Periode Asyur Pertengahan digantikan oleh Kerajaan Asyur Baru (abad ke-14 sampai 10 SM). Beberapa sejarawan, contohnya Richard Nelson Frye, berpendapat bahwa Kerajaan Asyur Baru adalah imperium sesungguhnya yang pertama dalam sejarah manusia.[5] Pada periode ini, bahasa Aram menjadi bahasa resmi kerajaan, bersama dengan dengan bahasa Akkadia.[5] Asyur juga mengembangkan sistem komunikasi cepat untuk surat-surat pemerintahan dan kebijakan perpindahan penduduk untuk memperkuat politik, ekonomi dan budaya kerajaan. Kerajaan Asyur Baru ditaklukan oleh persekutuan bangsa Babilonia, Medes, Skithia, dan bangsa-bangsa lainnya dalam peristiwa Kejatuhan Niniwe pada 612 SM, serta penghancuran ibu kotanya, Harran, pada 608 SM. Lebih dari setengah abad kemudian, Babilonia dan Asyur menjadi provinsi di Kekaisaran Akhemeniyah. Setelah runtuh, budaya Asyur tetap berpengaruh terhadap kekaisaran Media dan Persia.[6] Catatan kaki
Rujukan
Pranala luar
|