Kepung, Kediri
Kepung adalah salah satu kecamatan di Kabupaten Kediri yang terletak di sebelah timur. Kecamatan Kepung berbatasan langsung dengan Kabupaten Malang namun dipisahkan oleh Kali Konto. Dengan jumlah penduduk sekitar 88 ribu jiwa pada tahun 2024, Kepung merupakan kecamatan dengan penduduk terbanyak ketiga di Kediri setelah Pare dan Wates. Wilayah Kepung memanjang dari utara ke selatan hingga kawasan Gunung Kelud.[1][2] Kepung memiliki berbagai tempat wisata terkenal yang menjadi ikon Kabupaten Kediri seperti Goa Jegles, Bukit Ongakan, dan Waduk Siman.[3][4] Terdapat berbagai benda-benda bersejarah penting yang ditemukan di wilayah Kecamatan Kepung seperti Prasasti Harinjing dan Prasasti Paradah yang ditemukan di Desa Siman di lereng Gunung Kelud. Prasasti Harinjing atau juga disebut Prasasti Sukabumi menceritakan tentang penetapan sima (tanah bebas pajak) oleh Kerajaan Mataram Kuno kepada Bhagawanta Bhari yang berjasa membangun bendungan dan saluran irigasi Kali Konto di lereng Kelud bernama Kali Harinjing (sekarang bernama Serinjing). Angka 25 Maret 804 Masehi yang diidentifikasi dari prasasti ini kemudian dijadikan referensi Hari Ulang Tahun (HUT) Kabupaten Kediri karena merupakan titik awal munculnya pemukiman dengan teknologi pengairan yang maju di daerah Kediri. Prasasti ini juga bukti terawal digunakannya Bahasa Jawa Kuno di Indonesia.[5][6] Kepung juga dikenal dengan berbagai pondok pesantrennya seperti Ponpes Darussalam Sumbersari yang juga mengelola perguruan tinggi Institut Agama Islam Faqih Asy'ari (IAIFA), Pondok Pesantren Raudlatul Ulum Kencong, Pondok Pesantren Fathul Ulum Kwagean, Pondok Pesantren Roudlotut Tholibin Kebonsari, dan lainnya.[7] GeografiGeografi Kepung di sebelah utara berupa dataran rendah sedangkan di selatan berupa perbukitan. Baik dataran rendah maupun dataran tinggi di Kepung banyak dijadikan lahan pertanian kecuali daerah paling ujung terselatan di kawasan Gunung Kelud seperti Bukit Ongakan dan Cagar Alam Besowo yang masih asri dengan pemandangan yang indah dan hijau.[4] Desa-desa di lereng Gunung Kelud memiliki tanah yang subur sehingga banyak ditanami berbagai komoditas seperti kopi, cengkeh, cabai, coklat, durian, dan bermacam-macam sayuran. Perkebunan kopi di Besowo sudah dikembangan sejak zaman kolonial Belanda di awal abad ke-20.[8][9] Batas wilayah Kecamatan Kepung adalah sebagai berikut:
SejarahPrasasti Harinjing merupakan bukti awal digunakannya Bahasa Jawa Kuno dan terdiri dari tiga tulisan yang masing-masing bernama Harinjing A, B, dan C. Harinjing A di bagian depan menyatakan bahwa pada 11 suklapaksa bulan Caitra tahun 726 Saka (25 Maret 804 Masehi) para pendeta di daerah Culanggi memperoleh hak sima (tanah bebas pajak) dari Kerajaan Mataram Kuno atas daerah mereka karena telah berjasa membuat sebuah saluran sungai bernama Harinjing. Tulisan Harinjing B dan C yang ditulis pada tahun-tahun berikutnya berisi tentang pembaruan pengakuan terhadap hak sima di Culanggi terhadap ahli waris dari Bhagawanta Bhari karena masih setia merawat bendungan tersebut. Harinjing B ditulis pada masa Sri Maharaja Rake Layang Dyah Tulodhong pada tahun 843 Saka sedangkan Harinjing C ditulis pada tahun 849 Saka pada masa Maharaja Rake Sumba Dyah Wawa. Prasasti Harinjing ditemukan pada zaman kolonial Belanda yang kemudian disampaikan kepada administrator perkebunan kopi W. Pet pada tahun 1916 dan disimpan di halaman kantor.[5] Pada awal abad ke-20, Belanda sedang gencar membangun pusat perkebunan dan pabrik kopi di wilayah Kepung seperti Perkebunan Sukabumi dan Perkebunan Besowo.[8][9]
Daftar desa dan dusunKecamatan Kepung terdiri dari 10 desa. Desa-desa tersebut dibagi menjadi beberapa dusun atau dukuh, yakni sebagai berikut:
Tempat terkenalPariwisata
Institusi pendidikan
Tempat lainnya
Referensi
|