Kepanikan
Kepanikan, panik, gangguan panik atau serangan panik (panic, panic disorder, atau panic attack) adalah semacam kecemasan dengan ciri diserang rasa takut yang luar biasa selama beberapa menit, timbulnya perasaan bahwa suatu bencana akan terjadi, atau adanya ketidakmampuan untuk mengendalikan diri sekalipun sebenarnya tidak ada sesuatu yang buruk yang benar-benar terjadi. Seseorang dapat merasakan sensasi fisik yang kuat selama serangan panik berlangsung. Sensasi fisik itu mungkin terasa seperti mengalami serangan jantung (lihat gejala-gejala yang mungkin timbul di bawah). Serangan panik dapat terjadi kapanpun, dan mereka yang mengalami serangan seperti ini dapat menjadi khawatir dan ketakutan jika hal tersebut sewaktu-waktu dapat terulang kembali. Mereka dengan gangguan seperti ini menjadi tidak bersemangat dan merasa malu, karena merasa tidak dapat melakukan pekerjaan rutin yang biasa seperti pergi ke sekolah, bekerja, atau mengemudikan kendaraan. Potensi akan timbulnya kembali gangguan yang seperti serupa sering kali menimbulkan beban yang memperberat kecemasannya itu sendiri. Gangguan panik dapat terjadi pada akhir usia remaja atau awal usia dewasa. Lebih banyak dialami oleh wanita daripada pria. Namun tidak setiap orang yang mengalami serangan panik akan mengembangkan/mengalami gangguan panik.[1] Dalam artian bahwa serangan panik yang temporer (terjadi pada kali itu saja) tidak akan selalu menjadi sebuah gangguan yang dapat dialami dalam jangka waktu yang lebih lama daripada sekadar serangan yang hanya terjadi sekali saja. Kecemasan sebenarnya adalah kondisi umum yang bisa dialami siapa saja. Kecemasan dalam kadar ringan yang datang hanya sesekali, adalah hal biasa. Namun kecemasan yang lebih dari dua pekan atau serangan panik yang datang berulang-ulang dapat mengindikasikan adanya suatu permasalahan kejiwaan yang harus segera dikelola dengan penanganan berupa terapi (medis, psikologis, atau sosial) yang tepat. Salah satu bentuk kecemasan yang lain, berupa ketakutan (fobia) di tengah kerumunan orang atau di tengah orang banyak, yang disebut dengan istilah agorafobia, sering kali dianggap sebagai salah satu jenis kecemasan dalam ranah panik ini.[2] Sejarah Kata PanikDalam makna "ketakutan" merupakan kependekan dari frase dalam Bahasa Yunani panikon deima, "ketakutan yang membuat panik." Berasal dari kata Panikos, "tentang Pan." Dengan Pan yaitu tokoh mitologi Yunani Pan yang memiliki kemampuan menimbulkan ketakutan yang tidak berdasar pada sekelompok orang atau hewan di hutan, yang sedang sendiri atau berada di daerah terbuka. Diserap ke dalam Bahasa Perancis dari Bahasa Yunani pada abad ke-15 sebagai panique, dan mulai digunakan sebagai peristilahan psikiatrik sejak tahun 1970. Selain makna yang dijelaskan dalam artikel ini, tokoh mitologi yang sama juga dianggap sebagai asal kata dari panic dalam arti "keprihatinan/kecemasan/ketakutan yang luas dalam hal kondisi keuangan" yang mulai digunakan sejak tahun 1757; serta frase tombol panik sebuah makna kiasan yang mulai digunakan dalam Bahasa Inggris sejak tahun 1955.[3] PenyebabGangguan panik dapat diwariskan secara turun-temurun dalam keluarga, namun tidak dapat diketahui secara akurat siapa saja di dalam keluarga yang dapat mengalami gangguan ini dan siapa saja yang tidak akan mengalaminya. Para peneliti menemukan ada beberapa bagian pada otak, dan juga proses biologis memainkan peranan penting sebagai penyebab gangguan tersebut. Beberapa peneliti yang lain berpendapat bahwa mereka yang menderita gangguan ini menanggapi berbagai macam sensasi biasa sebagai ancaman.[1] Sebagian ilmuwan berpendapat bahwa panik adalah sebuah reaksi di dunia yang tidak lagi berbahaya. Sementara pada zaman purba mekanisme semacam ini sangat berguna bagi manusia karena menghadapi alam dan hewan buas dalam rimba raya dengan perlindungan yang tidak memadai. Sementara dalam situasi di keramaian atau ruang tertutup (dalam lift, misalnya) pada zaman modern dalam kondisi yang aman, hal itu memiliki fungsi psikologis yang tidak lagi relevan. Namun karena secara turun-temurun manusia mewarisi gen yang serupa, maka hal itu masih dialami oleh manusia, walaupun ancaman seperti itu tidak ada atau tidak lagi berarti. Sebagaimana kecemasan yang lainnya, panik melibatkan mekanisme fisik. Dengan mempelajari secara seksama bagaimana otak dan tubuh berfungsi pada gangguan ini, para ilmuwan dapat mengharapkan cara penanganan masalah tersebut dengan lebih baik. Peneliti juga mempelajari bagaimana pengaruh stres dan peran lingkungan (yaitu faktor psikologis dan sosial) pada masalah ini.[1] GejalaGejala fisikBeberapa gejala fisik dari orang yang mengalami panik antara lain:[4]
Gejala psikologisSedangkan beberapa gejala psikologis dari orang yang panik antara lain:[4]
PenanggulanganDokter dapat melakukan beberapa pemeriksaan dan meneliti riwayat kesehatan untuk memastikan tidak ada masalah fisik lain yang dapat menjadi penyebab masalah panik ini. Dokter dapat merujuk orang yang mengalaminya kepada profesional kesehatan jiwa seperti psikater atau psikolog klinis. Pada umumnya gangguan panik dapat ditangani melalui psikoterapi (yaitu terapi wicara), obat-obatan medis, atau keduanya. Dokter atau profesional kesehatan jiwa dapat menentukan mana yang merupakan penanganan atau kombinasi penanganan yang terbaik.[1] Psikoterapi (atau Terapi Wicara)Ada satu bentuk terapi kejiwaan, psikoterapi yang disebut Cognitive Behavioral Therapy (CBT – yaitu terapi pengubahan sudut pandang dan perilaku) sebagai terapi pertama yang sangat berguna untuk mengatasi masalah seperti ini. CBT melatih untuk dapat berpikir, berperilaku, dan bereaksi secara berbeda dalam menghadapi serangan panik. Serangan tersebut dapat hilang setelah belajar untuk bereaksi secara berbeda terhadap berbagai sensasi fisik dan rasa takut yang terjadi selama serangan panik.[1] Obat MedisSSRI dan SNRI adalah obat yang umum digunakan untuk mengatasi depresi, namun juga sangat berguna untuk mengatasi gejala-gejala serangan gangguan panik. Obat-obat medis tersebut membutuhkan waktu beberapa pekan untuk dapat dirasakan khasiatnya. Obat-obatan ini bisa menyebabkan efek samping seperti sakit kepala, mual, dan susah tidur. Efek samping ini biasanya tidak terlalu parah untuk sebagian orang, terutama apabila pengobatan dimulai dari dosis rendah dan baru kemudian ditingkatkan dosisnya dari waktu ke waktu. Obat lain yang dapat digunakan adalah penghambat beta (beta blockers) yang dapat membantu anda untuk mengatasi gejala-gejala yang muncul pada gangguan panik, seperti detak jantung yang cepat. Meskipun demikian dokter jarang meresepkan penghambat beta untuk gangguan panik, tetapi obat ini mungkin dapat membantu untuk situasi-situasi tertentu sebelum serangan panik terjadi. Benzodiazepin, yang merupakan obat dengan efek menidurkan, sangat efektif dalam mengurangi gejala-gejala serangan panik, namun obat ini dapat menghasilkan resistensi (yaitu kondisi ketika obat medis sudah tidak lagi efektif mengatasi gangguan) dan ketergantungan obat jika anda menggunakannya dalam jangka waktu yang lama. Oleh sebab itu dokter anda hanya akan memberikan obat ini untuk jangka waktu yang pendek jika memang diperlukan.[1] Dokter dapat bekerjasama dengan orang yang mengalaminya untuk menemukan obat dan dosis yang terbaik. Psikoterapi dan obat-obatan medis membutukan waktu untuk dapat bekerja dengan baik. Gaya hidup sehat juga dapat digunakan untuk membantu mengatasi masalah ini. Selalu cukup tidur dan olahraga, cukup makanan bergizi, dan selalu ada keluarga dan teman (dukungan secara sosial) dianggap para ahli sebagai faktor yang juga penting untuk penyembuhannya.[1] Beberapa Zat yang Harus DijauhiBeberapa zat harus dijauhi oleh orang yang mengalami panik karena zat-zat tersebut tidak hanya memperparah kepanikan namun juga dapat menjadi pemicu kepanikan itu sendiri. Orang yang mengalami panik harus menjauhi:
Referensi
Pranala luar
|