Kepala naga dan lonceng angin
Kepala naga dan lonceng angin adalah sebuah objek yang merupakan tipe sepuhan perunggu yang diterapkan pada lonceng angin dan sebuah patung naga Korea yang berasal dari kesenian Silla akhir atau awal dari kesenian Goryeo. Objek ini kemungkinan berfungsi sebagai hiasan ujung atap yang menunjukkan bahwa bangunan tersebut adalah milik kerajaan, baik itu diterapkan pada istana maupun diterapkan pada bangunan kuil Buddha. Ada dua contoh artifak yang hampir berbentuk sempurna yang saat ini disimpan di Metropolitan Museum of Art di New York City,[1] dan di Leeum, Samsung Museum of Art di Seoul, yang didesignasikan sebagai Objek Pemugaran Nasional Korea Selatan no. 781.[1][2][3] DeskripsiArtifak ini diciptakan pada abad ke-10 Masehi. Pada awalnya, hiasa atap ini dipasang pada ujung atap di sebuah bangunan milik kerajaan, misalnya kuil atau istana. Artifak ini terbuat dari perunggu dan terdiri atas dua bagian: bagian bawahnya berupa lonceng angin, dan bagian atasnya berupa figur kepala naga. Kepala naga tersebut didesain dengan desain yang kompleks dimana matanya, mulutnya yang menyeringai, tanduk, telinga dan sisik-sisiknya yang rumit menunjukkan keganasan makhluk mitos tersebut. Sebuah kail yang menyambungkan lonceng angin dibawah dagu naga tersebut telah hilang. Sebuah loop masih dapat terlihat dibawah dagu patung kepala naga tersebut. Lonceng angin pada artifak tersebut memiliki panel dekoratif yang berbentuk platform sirkular dengan motif teratai di kedua sisinya. Simbol swastika dapat diamati di bagian tengah bel, sebuah simbol kuni yang diasosiasikan dengan agama Buddha.[1] Orang Korea mempercayai naga sebagai simbol perlindungan dan simbol keganasan tradisi Asia. Artifak yang disimpan di Metropolitan Museum of Art ini kemungkinan pernah mendekorasi bangunan kuil di Korea. Hiasan atap berbentuk naga sangat umum digambarkan didalam kesenian Korea.[4][5] Wajah naga pada hiasan atap ini mirip dengan naga di Kuil Godal yang berasal dari tahun 975.[3][6] IntroduksiSemenanjung Korea memiliki sejarah kesenian yang panjang. Tembikar Korea menunjukkan teknik-teknik canggih dan perhiasan-perhiasan dengan desain yang rumit telah ditemukan terkubur di kuburan Korea kuno. Dari abad ke-7 sampai abad ke-17 Masehi, kerajinan logam mulai dikembangkan dan kerajinan-kerajinan logam dengan desain berkualitas tinggi dapat ditemukan. Juga porselen dan lukisan Korea dikembangkan dengan gaya khasnya. Kepala naga dan lonceng angin merupakan salah satu karya logam terbaik pada periode Goryeo.[7] Dalam kesenian dan kebudayaan Korea, sosok naga memegang peranan yang signifikan. Naga dianggap sebagai pelindung manusia sekaligus menangkal roh jahat. Figur kepala naga pada hiasan atap ini menunjukkan keganasan binatang mitos ini, dan juga menunjukkan bagaimana pengrajin logam pada Masa Goryeo telah mencapai titik kulminasi yang baik.[8] Lonceng angin yang berfungsi sebagai punggyeong (bahasa Korea: 풍경),[9] pada awalnya memiliki lapisan logam berlapis di dalamnya. Contoh lain yang serupa untuk kepala naga dan lonceng angin dapat dilihat di Leeum, Museum Seni Samsung, di Seoul. Elemen kepala naga tersebut telah didesignasikan sebagai Harta Pugar Nasional No. 781.[1][2][3] Referensi
Bibliografi
|