Kenongorejo, Pilangkenceng, Madiun

Kenongorejo
Negara Indonesia
ProvinsiJawa Timur
KabupatenMadiun
KecamatanPilangkenceng
Kode Kemendagri35.19.13.2012 Edit nilai pada Wikidata
Luas962,46 ha
Jumlah penduduk4.662
Peta
PetaKoordinat: 7°27′14″S 111°40′23″E / 7.45389°S 111.67306°E / -7.45389; 111.67306


Kenongorejo adalah desa di kecamatan Pilangkenceng, Madiun, Jawa Timur, Indonesia. Desa Kenongorejo adalah gabungan dari Desa Tlagan di Sebelah Barat dan Desa Kenongo di Sebelah Timur.

Disebut Tlagan karena menurut cerita turun temurun, dahulu ada sumber air membentuk telaga. Pada jaman belanda sumber itu ditutup dengan ijuk dan diurug tanah. Lokasi sumber ada di belakang sebuah gudang dan oven tembakau milik perseorangan (pejabat kepala desa). Bukan milik PTPN.

Desa Kenongorejo merupakan ibukota atau Ibu Desa Kecamatan Pilangkenceng di mana Kantor Kecamatan, Kantor Koramil dan Kantor Polsek, Kantor Urusan Agama berada.

Pasar.

Sampai dengan 1972, di Kecamatan Pilangkeceng ada tiga pasar, yakni Pasar Gandu di Desa Sumbergandu, Pasar Muneng, di Desa Muneng, dan satunya Pasar Legi Tlagan di Desa Kenongorejo.

Sekolah

Sampai dengan tahun 1968, Desa Kenongorejo mempunyai satu sekolah saja, yakni SDN Tlagan. Karena muridnya banyak, maka dibuat kelas A dan kelas B.

Tahun 1969 Berdiri sekolah SD baru, pecahan dari SDN Tlagan. Namanya SDN Kenongorejo atau sekarang disebut SDN Kenongorejo 02.

Gedung SDN Kenongorejo 02 ini berdiri di (konon) tanah bengkok. Berbatasan dengan tanah bengkok. Bangunan pertama berupa tiga kelas, yaitu untuk kelas 4, kelas 5 dan kelas 6. Bangunan bersubsidi antara pemerintah dan pemerintah desa. (Catatan: ketiga dipecah atau displit itu saya menempati kelas 4, pindahan dari kelas B di SDN Tlagan).

Di tempat Baru, SDN Kenongorejo, pertama kali, kepala sekolahnya Bapak Moertodjo (ejaan lama).

Saat pertama ditempati halaman masih tanah sawah dikeringkan, tanpa pagar. Inisiatif sekolah, murid-murid diwajibkan kerja bakti menguruk halaman dengan pasir, membuat pagar dan membangun gedung.

Mengurug halaman sekolah

Setiap Hari Sabtu seluruh siswa baik laki-laki maupun perempuan kelas 4, 5, dan 6, diprioritaskan kelas 5 dan 6 kerja bakti mengurug halaman. Ada yang dengan keranjang ngatit dipikul berdua, dengan cikrak bambu, tompo, rinjing, atau sekuatnya. Tahun 1970 urugan halaman sekolah selesai.

Membangun pagar.

Membangun pagar dilakukan setelah urug halaman sekolah selesai. Siswa laki-laki urun balok kayu jati untuk cagak pagar dan palang pagar, siwi urun jeruji bambu. Sebagian siswa termasuk saya mencari kayu jati di hutan milik Perum Perhutani KPH Saradan. Tidak dengan menebang, tetapi dari kayu sisa pencurian. Kayu gelondongan diameter 13an, 15an dan 17an atau istilah kayunya kayu ukuran AI (kalau AII untuk kayu diameter 20an, AIII ukuran diameter 30-up. Tahun 1970 pagar keliling kombinasi kayu jati dan jeruji bambu berhasil dibangun secara swadaya.

Membangun gedung sekolah tanjutan tiga kelas.

Untuk mendapatkan dana, inisiatif sekolah bersama kepala desa memutuskan menanam tembakau di sawah Bengkok Kepala Desa. Semua dikerjakan siswa siswi, mulai olah tanah, persemaian, menanam, menyiang, menyiram,sampai panen. Hasilnya Rp.90.000,- (setara harga sepeda motor honda astra baru 90 CC tahun 1970) dilaporkan saat perpisahan SD di Rumah Kepala Desa (Mbah Lurah) Tahun 1971.

(Catatan: saya bertempat tinggal di desa Tlagan Kenongorejo tahun 1965-1972 saat usia SD. Lulus SDN Kenongorejo 2 tahun 1971 dan melanjutkan ke SMPN1 Caruban tahun 1972).


Kembali kehalaman sebelumnya