Kemetul, Susukan, Semarang
Desa ini memiliki jejeran gazebo yang mencuri perhatian. Mengusung ikon 1.000 gazebo, desa ini menyuguhkan pemandangan hamparan sawah yang memanjakan mata. Terletak di Desa Kemetul, Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang, pengunjung juga bisa menikmati kuliner pedesaan dan belajar bercocok tanam. Desa Kemetul berada paling utara Kecamatan Susukan dan merupakan tapal batas antara Kecamatan Susukan serta Kecamatan Suruh. Kemudian, di desa ini juga ada dua sungai sebagai pembatas dengan memiliki potensi alam luar biasa dan kearifan lokal yang kental. Untuk sampai di lokasi ini Desa Kemetul dari arah Semarang maupun Solo, setelah sampai Terminal Tingkir, pengunjung bisa menyusuri Jalan Suruh untuk sampai di lokasi. "Awalnya Desa Kemetul mendapatkan program dari Dinas Pariwisata Kabupaten Semarang sebagai salah satu desa wisata. Hal ini dengan melihat potensi alam yang ada, masih kental dengan kearifan lokal dan home industry," kata Agus Sudibyo, Kepala Desa Kemetul, Rabu (15/11/2017) Dalam perkembangannya semenjak tahun 2012-2015 Desa Kemetul hanya sebatas aktif sebagai anggota dalam desa wisata. Kemudian, pada tahun 2016 dengan semangat dan ikhtiar secara swadaya masyarakat membangun gazebo untuk objek wisata. Bangunan gazebo berjumlah 38 unit dibangun berjajar dan ditempatkan dekat dengan lahan persawahan. Bagi pengunjung yang datang bisa istirahat maupun sekadar duduk sambil menikmati pemandangan alam lahan persawahan. Untuk mendukung daya tarik dengan melibatkan para pemuda setempat membangun gardu pandang berbahan bambu setinggi sekitar 6 meter dan bangunan menyerupai bintang yang berada di tengah sawah. Di seberang gazebo ini, berjajar pula para penjual menjajakan menu kuliner ala pedesaan seperti nasi jagung, pecel, nasi goreng, minuman maupun menu lainnya. Soal harga jangan khawatir, sangat terjangkau. "Ikhtiar mewujudkan desa wisata dilakukan dengan membentuk Pokdawis (Kelompok Sadar Wisata) dan menggerakkan kesadaran warga akan arti pariwisata serta pembuatan gazebo dan jembatan sebagai objek daya pikat pengunjung," kata Edi Sarwanto, salah satu tim kreatif Desa Wisata Kemetul. Dalam perkembangannya, kata Edi, kemudian tim kreatif menyusun Paket Wisata Edukasi yang ditawarkan kepada pengunjung. Adapun paket wisata ini meliputi adventure dan wisata alam terdiri trabas, tracking sobo wono, jajah desa dan lainnya. Kemudian, paket edukasi dan home industry yang bisa mengunjung pembuatan marning, kerupuk kenthir, jamur tiram dan jamu. Paket lainnya, kata dia, misalnya ada paket wisata belanja yakni mengajak wisatawan untuk menebang pohon, petik kopi dan petik salak. Ditawarkan pula paket dolanan tradisional dan paket wisata tahunan. Kepala Desa, Agus menambahkan lokasi gazebo maupun gardu pandang yang tidak jauh dari kantor Desa Kemetul, lambat laun akan mengenalkan desanya kepada wisatawan. Untuk hari-hari biasa rata-rata ada sekitar 40-an motor dan pada Sabtu serta Minggu rata-rata 300-an. "Dengan keberadaan desa wisata ini, perekonomian di masyarakat tumbuh. Nantinya, bersama warga kami akan membangun gazebo di tiap RT," kata Agus seraya menyebut ada 4 dusun dan 19 RT di wilayahnya. Salah satu pengunjung Desa Wisata Kemetul, Aditya Pradana Putra mengaku, sangat kagum dengan keindahan alam di desa tersebut. Kemudian, menu kuliner ala pedesaan yang dijajakan harganya sangat terjangkau. "Saya datang ke sini sama anak. Anak saya sangat senang sekali ketika bisa naik kerbau, terus menu kuliner yang khas seperti nasi jagung dan pecel," ujar Aditya asal Kota Semarang. Di Desa Wisata Kemetul, kata Aditya, sangat cocok jika datang mengajak putra-putrinya. Hal ini karena di lokasi bisa langsung berinteraksi dengan para petani maupun belajar bercocok tanam padi. "Pemandangan seperti ini jarang ditemukan, terlebih seperti saya yang tinggal di perkotaan sangat jarang bisa langsung bertatap muka dengan petani maupun sekadar mengajak anak melihat dan naik kerbau," ujarnya " Sumber m.detik.com https://m.detik.com/news/berita-jawa-tengah/d-3729073/berkunjung-ke-desa-dengan-deretan-gazebo-cantik-di-semarang[pranala nonaktif permanen] |