Kelinci sumatra
Kelinci Sumatra (Nesolagus netscheri), juga dikenal dengan nama Kelinci Sumatra telinga pendek atau Kelinci belang Sumatra, adalah jenis kelinci liar yang hanya dapat ditemukan di hutan tropis di pegunungan Bukit Barisan di pulau Sumatra, Indonesia. Populasi kelinci Sumatra mengalami penurunan yang signifikan yang diakibatkan oleh perambahan hutan yang agresif di pulau Sumatra.[2] Berukuran sekitar 40 cm panjangnya, kelinci Sumatra memiliki garis-garis kecoklatan, dengan ekor berwarna merah, dan bawah perutnya berwarna putih. Biasanya tinggal di hutan dengan ketinggian 600-1400 meter dari permukaan laut. Kelinci ini merupakan hewan nokturnal, dengan menempati bekas atau liang hewan lain. Makanannya adalah pucuk daun muda dan tanaman yang berukuran pendek, tetapi kelinci hutan yang ditangkarkan memakan biji-bijian dan buah-buahan.[2] Pengamatan telah dilaporkan sejak tahun 1972 sebanyak 3 kali, paling baru adalah akhir Januari 2007 ketika kamera jebakan dipasang di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan.[3] Spesies berkaitanKelinci ini sebenarnya adalah satu-satunya spesies dari genus Nesolagus sampai Kelinci Belang Annam ditemukan di Deretan Annam di Laos dan Vietnam. Para ahli dari Zoological Society of London, berdasarkan kriteria keunikan evolusi dan kecilnya populasi menganggap Kelinci Sumatra salah satu dari 100 spesies mamalia berisiko besar dari kepunahan.[4] Habitat dan PesebaranKelinci sumatra merupakan hewan yang hanya bisa ditemukan di Pulau Sumatra, sekaligus merupakan hewan asli pada bukit barisan tepatnya di daerah sumatra bagian utara. Hewan ini terdapat di Taman Nasional Gunung Leuser. Kelinci sumatra juga bisa ditemukan di hutan pegunungan dengan tanah vulkanik.[4] KeberadaanSetelah penampakannya pada tahun 1972, kelinci Sumatra tidak ada laporan penampakannya sampai pada akhrinya seekor kelinci difoto pada tahun 2000. Sejak itu ada tiga laporan tentang spesies ini, semuanya dari Taman Nasional Bukit Barisan Selatan: Pada Januari 2007 satu difoto dengan jebakan kamera pada September 2008 satu difoto oleh ilmuwan WWF.[5] Referensi
Pranala luar
|