Keleluasaan berjalanWalkabilitas atau keleluasaan berjalan adalah sebuah ukuran seberapa ramah suatu area untuk dapat dilalui dengan berjalan kaki. Walkability memiliki manfaat untuk kesehatan, lingkungan, dan juga ekonomi.[1] Beberapa faktor yang memengaruhi tingkat area berjalan kaki termasuk ada atau tidaknya kualitas jalan setapak, trotoar atau hak jalan pejalan kaki lainnya, lalu lintas dan juga kondisi jalan, antara lain pola penggunaan lahan, aksesibilitas bangunan, dan keamanan sekitar area pejalan kaki.[2] Walkability merupakan konsep yang sangat penting di kawasan desain perkotaan yang sustainable.[3] Project Drawdown menjelaskan bahwa menjadikan kota sebagai kawasan yang ramah untuk berjalan kaki merupakan salah satu solusi penting dalam mengatasi perubahan iklim dan kota. Karena dengan adanya Walkability dapat mengurangi emisi karbon, dan dapat meningkatkan kualitas hidup di kota tersebut.[4] DefinisiSalah satu definisi yang lebih tepat untuk mengartikan walkability adalah "Sejauh mana lingkungan binaan ramah terhadap keberadaan orang yang tinggal, berbelanja, berkunjung, menikmati atau bahkan menghabiskan waktu di suatu daerah".[5] Beberapa faktor yang memengaruhi suatu wilayah disebut ramah untuk berjalan kaki (Walkability) termasuk diantaranya, namun tidak terbatas pada:
Faktor utama dari infrastruktur termasuk adanya akses angkutan massal, kemudian keberadaan dan kualitas jalan setapak, ada terdapat jalur perkebunan di jalan parkir atau jalur sepeda dan terdapat penyeberangan pejalan kaki, estetika, kualitas udara, adanya tempat berteduh sesuai pada musim, memiliki volume dan kecepatan lalu lintas.[2][8] dan juga kondisi angin. Walkability juga diperiksa berdasarkan lingkungan buatan di sekitarnya. Reid Ewing dan Robert Cervero berpendapat bahwa Walkability dapat dilihat dari lingkungan binaan — termasuk kepadatan, keragaman, desain, aksesibilitas tujuan, dan jarak antar transit angkutan massal — sangat memengaruhi kondisi untuk berjalan kaki di suatu area.[9] Kombinasi dari faktor-faktor ini mempengaruhi keputusan seseorang untuk berjalan kaki atau tidak.[10] SejarahSebelum adanya produksi massal jenis kendaraan mobil, motor dan sepeda, berjalan kaki merupakan cara utama manusia untuk bepergian ke segala tempat tujuan. Dan hal itu menjadi satu-satunya cara untuk bisa pergi dari suatu tempat ke tempat lain untuk sebagian besar keberlangsungan sejarah kehidupan manusia.[11] Hingga tahun 1930-an, terjadi sebuah pertumbuhan ekonomi secara global dan menyebabkan adanya peningkatan produksi mobil. Kendaraan mobil pun pada saat itu sangat terjangkau, sehingga banyak muncul berbagai jenis mobil selama ekspansi ekonomi Pasca-Perang Dunia II.[12] Namun ada efek negatif yang merugikan karena banyaknya produksi mobil yakni emisi mobil yang menimbulkan kekhawatiran publik atas polusi udara. Sehingga muncul berbagai alternatif untuk mengatasi hal tersebut, termasuk penyediaan transportasi umum dan adanya infrastruktur jalan kaki yang lebih baik, hal ini menjadi perhatian khusus para perencana dan pembuat kebijakan dan pengembangan kota. ManfaatKesehatanIndeks walkability memiliki korelasi dengan Indeks Massa Tubuh (Body Mass Index (BMI)) dan aktivitas fisik.[7][13] Aktivitas fisik dapat mencegah berbagai penyakit kronis, seperti penyakit kardiovaskular, diabetes, hipertensi, obesitas, depresi, dan juga osteoporosis.[14] Sebagai contoh, peningkatan skore berjalan (Walk score) telah dikaitkan dengan profil risiko kardio metabolik yang lebih baik[15] dan dapat menurunkan risiko serangan jantung.[16] Dana Penelitian Kanker Dunia dan Institut Penelitian Kanker Amerika juga merilis laporan perkembangan terbaru mereka, dimana mereka memberi anjuran supaya mendorong masyarakat lebih aktif untuk berjalan, karena dengan berjalan kaki dapat berkontribusi pada pengurangan penyakit kanker.[17] Hal lain sebagai pembenaran dari penelitian ini berpendapat bahwa gaya berjalan sangat penting untuk membantu perkembangan otak pada manusia.[18] Karena adanya perbedaan tingkat kesehatan bagi penduduk di lingkungan dalam kota dan di lingkungan pinggiran kota, dengan ukuran yang dapat ditempuh dengan berjalan kaki, penting untuk melakukan penelitian lebih lanjut untuk menemukan indeks kemampuan berjalan kaki berdasarkan faktor lingkungan dari setiap wilayah.[19] LingkunganSalah satu manfaat penting dari banyaknya masyarakat yang berjalan kaki adalah berkurangnya polusi udara karena kendaraan di masyarakat. Kemudian akan terjadi pengurangan emisi karbon apabila masyarakat lebih memilih untuk berjalan kaki dibandingkan memakai kendaraan pribadi atau transportasi umum saat bepergian ke suatu tempat. Manfaat dari pengurangan emisi karbon berdampak pada peningkatan kondisi kesehatan dan kualitas hidup masyarakat, dan akan lebih sedikit terjadinya kabut asap, dan dapat mengurangi masalah perubahan iklim global.[4] Sosial ekonomiWalkability juga terbukti memiliki banyak manfaat dalam bidang sosial ekonomi, termasuk aksesibilitas, penghematan biaya baik secara individu maupun juga publik,[20] transportasi (mencakup bus, peningkatan efisiensi dalam penggunaan lahan, peningkatan daya huni, memengaruhi peningkatan kesehatan masyarakat, dan juga pembangunan ekonomi.[21] Manfaat walkability semakin baik jika seluruh sistem fasilitas publik dapat dilalui dengan berjalan kaki, tanpa terbatas pada rute khusus tertentu. Kemudian, ketersediaan trotoar yang lebih banyak dan adanya peningkatan keawasan untuk berjalan kaki dapat meningkatkan promosi sektor pariwisata dan juga meningkatkan nilai properti.[22] Dalam beberapa tahun terakhir, permintaan perumahan di kawasan perkotaan yang mudah dilalui dengan berjalan kaki telah mengalami peningkatan, khususnya di kota-kota maju atau kota berkembang. Salah satu perumahan yang diminati ialah tipe perumahan "Missing Middle Housing" (Perumahan Menengah yang Hilang), sebuah istilah yang diciptakan oleh Daniel Parolek dari Opticos Design, Inc.,[23]. Ini merupakan tipe rumah multi-unit (seperti duplex, fourplex, lapangan bungalow, dan apartemen mansion yang tidak lebih besar dari sebuah rumah besar), yang memiliki integrasi dengan lingkungan Pra-1940 yang dapat dilalui dengan berjalan kaki, tetapi menjadi jauh lebih jarang dipakai setelah Perang Dunia II, sehingga muncul istilah "hilang". Tipe perumahan seperti ini sering diintegrasikan ke dalam sebuah blok di komplek rumah keluarga tunggal, dengan menyediakan pilihan perumahan yang beragam sehingga menghasilkan kepadatan yang cukup untuk mendukung adanya transit transportasi dan fasilitas komersial yang melayani masyarakat. Walkability dapat meningkatkan interaksi sosial, kemudian adanya pencampuran populasi, memiliki jumlah teman dan rekan di mana orang tinggal, mengurangi tingkat kejahatan (dengan lebih banyak orang berjalan dan pegawasan lingkungan, ruang terbuka dan jalan utama), meningkatkan rasa bangga, dan meningkatkan rasa sukarela. Faktor sosial ekonomi berkontribusi pada kemauan untuk memilih berjalan kaki daripada mengemudi kendaraan pribadi. Pendapatan, usia, ras, etnis, pendidikan, status rumah tangga, dan memiliki anak dalam rumah tangga semuanya dapat memengaruhi perjalanan dengan berjalan kaki.[24] Peningkatan walkabilityBerbagai komunitas di banyak negara telah menggunakan mobilitas pejalan kaki sebagai alternatif dari praktik bangunan lama yang menyukai mobil. Alasan terjadinya pergeseran ini karena masyarakat meyakini bahwa ketergantungan pada mobil tidak berkelanjutan secara ekologis. Sebuah lingkungan yang berorientasi pada mobil akan menimbulkan banyak bahaya baik bagi pengendara dan maupun bagi pejalan kaki, dan pada umumnya akan kehilangan estetika.[25] Berbagai alat yang digunakan beberapa kota di Amerika Serikat, seperti di Cincinnati, Ohio untuk meningkatkan kawasan untuk berjalan kaki yakni dengan melakukan sistem zonasi yang disebut Pengodean berbasis formulir.[26][27] Mengukur walkabilitySalah satu cara untuk menilai dan mengukur kawasan untuk berjalan kaki adalah dengan melakukan audit berjalan. Alat mengukur audit berjalan yang mapan dan paling banyak digunakan adalah dengan PERS (Sistem Tinjauan Lingkungan Pejalan Kaki) yang telah digunakan secara luas di Inggris.[28] Cara sederhana untuk menentukan kualitas berjalan kaki sebuah blok, koridor, atau lingkungan yakni dengan cara menghitung jumlah orang yang berjalan, jumlah orang yang bertahan dan terlibat dalam aktivitas opsional dalam sebuah ruangan.[29] Proses ini merupakan perbaikan besar pada indikator tingkat layanan pejalan kaki (LOS), direkomendasikan dalam Highway Capacity Manual.[30] Namun itu mungkin tidak diterjemahkan dengan baik ke lokasi non-Barat di mana gagasan tentang kegiatan "opsional" mungkin berbeda.[31] Bagaimanapun juga, dengan adanya keragaman orang (penduduk), dan terutama kehadiran anak-anak, manula, dan juga penyandang disabilitas, menunjukkan adanya kualitas, kelengkapan, dan kesehatan ruang suatu lingkungan .[32] Pemetaan walkabilitySebuah konsep pemetaan walkability yang baru berkembang adalah peta waktu transit (terkadang disebut peta gudang transit), yang merupakan jenis peta isochrone.[33] Pemetaan ini merupakan peta (sering kali digunakan secara online dan interaktif) yang dapat menampilkan area metropolis yang bisa dicapai dari titik awal tertentu, dalam kurun waktu tempuh tertentu. Peta seperti ini berguna untuk mengevaluasi seberapa hal, termasuk hubungan suatu alamat dengan tujuan perkotaan lain, atau sebaliknya, dan dapat memetakan berapa luas suatu wilayah untuk mencapai alamat tertentu dengan cepat. Cara perhitungan peta waktu transit yaitu dengan intensif komputasi. Sebuah pekerjaan yang cukup besar sedang dilakukan dengan sistem algoritme yang lebih efisien supaya dapat menghasilkan peta semacam itu dengan cepat.[34] Agar dapat berguna dengan baik, pembuatan peta waktu transit harus mempertimbangkan jadwal transit mendetail, frekuensi layanan, waktu, dan juga hari.[35][36][37][38][39] Bacaan lanjutan
Pranala luar
Referensi
|