Kekurangan vitamin AKekurangan vitamin A atau defisiensi vitamin A, juga disebut sebagai hipovitaminosis A, adalah kondisi kadar vitamin A dalam darah dan jaringan berada di bawah batas normal.[1] Kekurangan vitamin A ditandai dengan konsentrasi vitamin A dalam darah kurang dari 20 µg/dL, sementara gejala biasanya muncul ketika kadarnya berada di bawah 10 µg/dL.[2] Kondisi ini umum terjadi di seluruh dunia, terutama pada anak-anak berusia di bawah lima tahun di negara-negara berkembang.[2][3] Vitamin A adalah salah satu jenis mikronutrien larut lemak yang memiliki peran pada fungsi tubuh, di antaranya penglihatan, pertumbuhan dan diferensiasi sel, integritas jaringan epitel, imunitas, serta reproduksi.[4] Zat ini tidak dapat disintesis oleh tubuh dan harus diperoleh melalui diet. Rata-rata konsumsi harian yang dibutuhkan untuk mencegah terjadinya defisiensi adalah 500-700 mcg vitamin A setiap hari.[5] GejalaRabun senja menjadi tanda-tanda awal kekurangan vitamin A, karena vitamin tersebut memainkan peran yang besar pada fototransduksi visual; namun juga mejadi gejala-gejala awal yang hilang saat vitamin A dikonsumsi kembali. Xeroftalmia, keratomalacia dan kebutaan total dapat terjadi setelahnya bila kekurangannya lebih memprihatinkan. EpidemiologiKekurangan vitamin A menjadi penyebab utama global dari kebutaan masa kecil yang dapat dicegah, dan penting untuk mencapai Tujuan Pembangunan Milenium 4 untuk mengurangi angka kematian anak. Sekitar 250 hingga 500 ribu anak yang kekurangan gizi pada negara berkembang mengalami kebutaan setiap tahun karena kekurangan vitamin A, dengan tingkat kebutaan tertinggi di Asia Tenggara dan Afrika. Sekitar setengahnya meninggal setahun setelah menjadi buta.[6] Sesi Spesial pada Anak-Anak Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 2002 menentukan tujuan, yaitu mengeliminasi kekurangan vitamin A pada 2010.[7] Secara global, kelompok anak-anak di bawah usia lima tahun adalah kelompok yang paling rentan mengalami kekurangan vitamin A, dengan jenis kelamin laki-laki yang lebih rentan dibandingkan perempuan.[3] Beban penyakit defisiensi vitamin A masih tinggi di wilayah dengan Indeks Pembangunan Manusia yang rendah, terutama di Afrika sub-Sahara. Kekurangan vitamin A diperkirakan memengaruhi sekitar 1/3 anak-anak di bawah usia lima tahun di seluruh dunia dan membunuh nyawa sekitar 670.000 anak di bawah lima tahun per tahunnya.[8][9] KomplikasiKasus rabun senja karena kekurangan vitamin A juga tinggi pada wanita hamil pada banyak negara berkembang. Kekurangan vitamin A juga berkontribusi pada kematian maternal dan banyak hasil buruk lainnya pada kehamilan dan proses menyusui.[10][11][12][13] Kekurangan vitamin A juga mengurangi kemampuan tubuh untuk melawan infeksi. Pada negara dengan anak yang belum diimunisasi, penyakit menular seperti campak memiliki tingkat kematian yang lebih tinggi. Seperti yang dijelaskan oleh Alfred Sommer, bahkan kekurangan ringan subklinikal dapat menjadi masalah, karena dapat meningkatkan kemungkinan anak untuk mengembangkan infeksi pernapasan dan diare, memperlambat laju pertumbuhan, memperlambat perkebangan tulang, dan mengurangi kemungkinan selamat dari penyakit serius.[12] Referensi
|