Kecerdasan burungKecerdasan burung berkaitan dengan definisi kecerdasan dan pengukurannya yang berlaku pada burung. Secara tradisional, burung telah dianggap lebih rendah dalam kecerdasan dibandingkan dengan mamalia, dan istilah yang merendahkan seperti otak burung telah digunakan bahasa sehari-hari dalam beberapa kebudayaan. Persepsi tersebut tidak lagi dianggap benar secara ilmiah. Kesulitan mendefinisikan atau mengukur kecerdasan mahluk hidup selain manusia membuat subjek ini sulit untuk dikaji secara ilmiah. Secara anatomis, burung memiliki otak yang relatif besar dibandingkan dengan ukuran kepalanya. Indra visual dan pendengaran berkembang dengan baik di sebagian besar spesies, sedangkan indra peraba dan penciuman yang baik hanya berkembang pada beberapa kelompok burung. Burung bergerak dengan cara terbang dan menggunaan kaki pada sebagian besar spesies. Paruh dan kaki digunakan untuk memanipulasi makanan dan benda-benda lainnya. Burung dapat berkomunikasi menggunakan sinyal visual serta melalui penggunaan panggilan dan nyanyian. Karena itu pengujian kecerdasan didasarkan pada mempelajari tanggapan burung terhadap rangsangan sensorik. PenelitianKecerdasan burung telah dipelajari melalui beberapa atribut dan kemampuan. Banyak studi ini telah di dilakukan pada burung seperti burung puyuh, ayam dan merpati yang dipelihara di kandang. Hal ini, bagaimanapun, bidang penelitian cukup terbatas, tidak seperti kera. Burung dalam keluarga gagak dan burung beo telah menunjukkan untuk hidup secara sosial, membutuhkan jangka waktu perkembangan yang lama, dan memiliki otak depan yang besar, dan dari sini dapat diharapkan kemungkinkan bahwa burung mampu memiliki kemampuan kognitif yang lebih besar.[1] MenghitungKemampuan menghitung dapat dianggap sebagai bukti kecerdasan. Anekdot pada tahun 60-an mengatakan bahwa burung gagak dapat menghitung sampai 3.[2] Para peneliti tentunya harus berhati-hati dan memastikan bahwa burung memang memiliki kemampuan menghitung, bukan sekadar dugaan yang akurat.[3][4] Beberapa penelitian seperti yang dilakukan oleh Universitas Negeri Moskwa mengemukakan bahwa burung gagak memang kemungkinan memiliki kemampuan menghitung.[5] Burung beo telah menunjukkan bahwa ia bisa menghitung sampai 6.[6] Burung pecuk yang digunakan oleh para pencari ikan dari Tiongkok yang diberi umpan setelah menangkap delapan ikan telah terbukti mampu menghitung sampai delapan. E.H. Hoh menulis dalam majalah Natural History:
Banyak burung juga dapat mengetahui adanya perubahan jumlah telur dalam sarangnya. Burung parasit Cuculidae sering kali mengetahui untuk membuang satu buah telur dari sarang yang akan dititipinya sebelum meletakkan telurnya sendiri. Pembelajaran asosiatifSinyal visual atau pendengaran dan hubunganya dengan makanan serta manfaat lainnya telah diteliti dengan baik, dan burung telah dilatih untuk mengenali dan membedakan bentuk kompleks. Hal ini dipercaya merupakan kemampuan penting yang membantu kelangsungan hidup mereka.[8] Kemampuan ruang dan waktuSebuah tes kecerdasan yang umum dilakukan adalah tes dengan memberi penghalang kaca antara burung dan item seperti makanan untuk mengetahui kemampuan burung memutari kaca tersebut guna mengambil makanan. Kebanyakan mamalia gagal dalam tes ini. Ayam juga gagal dalam tes ini, namun banyak spesies dari keluarga gagak dengan mudah melalui tes ini.[9] Burung pemakan buah-buahan besar di hutan tropis bergantung pada musim berbuah tanaman. Banyak spesies seperti merpati dan rangkong telah terbukti dapat memutuskan daerah mencari makan yang sesuai dengan waktu sepanjang tahun. Burung yang mempunyai kebiasaan menimbun makanan juga telah menunjukkan kemampuan untuk mengingat lokasi persediaan makanan.[10][11] Burung penghisap nektar seperti kolibri juga mengoptimalkan pencarian makan mereka dengan melacak lokasi bunga yang baik dan buruk.[12] Penelitian yang dilakukan Jays Scrub Barat juga menunjukkan bahwa burung mungkin dapat merencanakan ke depan. Mereka menyimpan makanan sesuai dengan kebutuhan masa depan dan risiko tidak mampu menemukan makanan pada hari-hari berikutnya.[13] Banyak burung mengikuti jadwal waktu yang ketat dalam kegiatan mereka. Hal ini sering bergantung pada isyarat lingkungan. Burung juga sensitif terhadap panjannya waktu siang hari, dan kesadaran ini sangat penting sebagai isyarat khususnya bagi spesies yang bermigrasi. Kemampuan untuk menyesuaikan diri selama migrasi ini dikaitkan dengan keunggulan burung dalam bidang sensorik, daripada kecerdasan. Induksi ketukanPenelitian yang dipublikasikan tahun 2008 yang dilakukan pada seekor kakatua eleonora yang diberi nama Snowball menunjukkan tanda bahwa burung tersebut dapat mengidentifikasi ketukan musik buatan manusia, kemampuan yang dikenal dengan nama induksi ketukan.[14] Penggunaan peralatanBanyak burung telah menunjukkan kemampuannya menggunakan peralatan. Definisi peralatan ini telah menjadi bahan perdebatan. Salah satu usul tentang definisi peralatan telah didefinisikan oleh T. B. Jones dan A. C Kamil tahun 1973 sebagai:
Dengan definisi ini, seekor hering berjanggut yang menjatuhkan tulang di atas batu tidak bisa dikatakan menggunakan peralatan karena batu tersebut tidak bisa dikatakan sebagai perpanjangan anggota tubuh. Namun penggunaan batu yang dicapit dengan paruh untuk memecahkan telur burung unta seperti yang dilakukan oleh burung hering mesir dapat dikatakan sebagai penggunaan alat. Banyak spesies lain termasuk burung bayan, corvidae dan kelompok burung pengicau telah dicatat sebagai burung yang mampu menggunakan peralatan.[1] Gagak kaledonia baru telah diamati di alam liar menggunakan tongkat dengan paruh mereka untuk mengambil serangga dari batang kayu. Burung muda di alam liar biasanya mempelajari teknik ini dari induknya, sementara itu seekor gagak laboratorium bernama "Betty" melakukan improvisasi dengan membengkokkan kawat tanpa pengalaman sebelumnya.[16] Camarhynchus pallidus dari kepulauan galapagos juga menggunakan batang sederhana untuk membantu mendapatkan makanan. Dalam penangkaran, seekor burung finch muda belajar untuk meniru perilaku ini dengan melihat burung lain dari kandang yang berdekatan. Gagak di perkotaan Jepang telah melakukan inovasi teknik untuk memecahkan kacang bercangkang keras dengan menjatuhkannya ke penyeberangan jalan dan membiarkannya pecah tergilas oleh mobil. Kemudian mereka mengambil kacang yang sudah pecah saat mobil-mobil berhenti oleh lampu merah. burung makaw telah menunjukkan kemampuan memanfaatkan tali guna mengambil barang-barang yang biasanya akan sulit untuk mencapai.[17][18] Kokokan laut menggunakan umpan untuk menangkap ikan. Belajar melalui pengamatanPengujian kecerdasan yang dilakukan di laboratorium lebih sering menggunakan penghargaan makanan untuk meningkatkan respon. Namun, kemampuan hewan untuk belajar melalui pengamatan dan peniruan dianggap lebih signifikan. Gagak telah dicatat memiliki kemampuan untuk saling belajar antara satu dengan yang lainnya.[19] Anatomi otakPada awal abad ke 20, para ilmuwan berpendapat bahwa burung memiliki ganglion basal yang berkembang pesat, dengan struktur otak besar mirip mamalia yang kecil.[20] Penelitian terbaru menolak pandangan ini.[21] Ganglion basal hanya menempati sebagian kecil otak burung. Sebaliknya, diperkirakan burung menggunakan bagian lain dari otaknya, medio-rostral neostriatum/hyperstriatum ventrale sebagai pusat kecerdasan mereka, dan rasio ukuran otak terhadap tubuh burung bayan dan gagak sebanding dengan primata yang lebih tinggi.[22] Penelitian dengan menggunakan burung tangkaran telah memberikan wawasan mengenai burung apa yang paling cerdas. Sementara burung beo memiliki kemampuan meniru ucapan manusia, penelitian dengan bayan abu-abu Afrika telah menunjukkan bahwa beberapa burung dapat mengasosiasikan kata-kata dengan makna dan bentuk kalimat sederhana. (lihat Alex). Beo dan keluarga corvidae, gagak dianggap burung yang paling cerdas. Tidak mengherankan, penelitian telah menunjukkan bahwa spesies ini cenderung memiliki HVC terbesar. Dr Harvey J. Karten, seorang neuroscientist di Universitas Kalifornia, San Diego yang telah mempelajari fisiologi burung, telah menemukan bahwa bagian bawah dari otak burung menyerupai otak manusia. Perilaku sosialKehidupan sosial telah dianggap sebagai kekuatan pendorong terhadap evolusi intelijensi. Banyak burung memiliki organisasi sosial. Banyak spesies dari keluarga corvidae terpisah menjadi kelompok-kelompok keluarga kecil untuk kegiatan seperti bersarang dan pertahanan teritorial. Burung-burung tersebut kemudian berkumpul dalam kawanan besar terdiri dari spesies yang berbeda untuk tujuan migrasi. Beberapa burung menggunakan kerja sama tim saat berburu. Burung predator yang berburu berpasangan telah diamati menggunakan teknik "umpan dan beralih", dimana salah satu burung akan mengalihkan perhatian mangsanya sementara yang lainnya menyambar untuk membunuh. Perilaku sosial memerlukan identifikasi individu, dan kebanyakan burung tampaknya mampu mengenali pasangan, saudara dan anak. Perilaku lain seperti bermain dan kerjasama dalam berkembang biak juga dianggap indikator kecerdasan. Ketika gagak sedang berburu makanan, mereka tampaknya sensitif dengan memperhatikan siapa yang mengawasi mereka menyembunyikan makanan. Mereka juga mencuri makanan tangkap burung lain.[23] Pada beberapa cikrakperi seperti cikrakperi agung dan cikrakperi punggung merah burung jantan memetik mahkota bunga dalam warna yang kontras dengan bulu perkawinan mereka dan menunjukkannya kepada burung lain dalam spesies mereka, yang akan mengakui, memeriksa dan kadang-kadang memanipulasi kelopaknya. Fungsi ini tampaknya tidak berhubungan dengan aktivitas seksual atau agresifitas jangka pendek dan menenngah sesudahnya, meskipun fungsi ini rupanya bukan agresifitas dan kemungkinan besar seksual.[24] BahasaBurung berkomunikasi dengan kawanannya dengan nyanyian, panggilan, dan bahasa tubuh. Penelitian menunjukkan bahwa nyanyian tetitorial yang rumit dari beberapa jenis burung harus dipelajari sejak usia muda, dan bahwa ingatan akan nyanyian tersebut akan dipakai oleh burung tersebut sepanjang hidupnya. Beberapa spesies burung dapat berkomunikasi dalam berbagai dialek. Sebagai contoh, philesturnus carunculatus Selandia Baru akan belajar lagu dari "dialek" marga yang berbeda dalam spesies mereka sendiri, sama seperti manusia dapat mempelajari beberapa dialek dari daerah yang berbeda. Saat burung jantan penguasa suatu daerah mati, seekor jantan muda akan segera mengambil alih daerah tersebut, bernyanyi untuk mencari pasangan dalam dialek yang sesuai dengan daerah tersebut. Penelitian terakhir mengindikasikan bahwa beberapa burung memiliki kemampuan memahami struktur gramatikal.[25] Kemampuan konseptualBukti bahwa burung dapat membentuk konsep-konsep abstrak seperti "sama lawan berbeda" telah ditunjukkan oleh Alex, bayan abu-abu Afrika. Alex dilatih oleh psikolog hewan Irene Pepperberg untuk menyebutkan lebih dari 100 benda dengan warna dan bentuk yang berbeda dan yang terbuat dari bahan yang berbeda. Alex juga bisa meminta atau menolak benda-benda ('Saya ingin X') dan mengkuantifikasi jumlah benda tersebut.[26] Burung makaw telah terbukti memahami konsep "kiri" dan "kanan."[27][28] Objek tetapBurung makaw telah dibuktikan untuk sepenuhnya memahami konsep ketetapan suatu benda dalam usia muda.[29] Mereka bahkan akan menyangkal "Kesalahan A-bukan-B". Jika mereka ditunjukkan benda, terutama benda yang sudah mereka kenali - mereka akan mencari secara logis dimana benda itu mungkin ditempatkan. Sebuah tes untuk YouTube dilakukan sebagai berikut: seekor macaw ditunjukkan sebuah benda, benda tersebut kemudian disembunyikan di belakang punggung pelatih dan ditempatkan dalam sebuah wadah. Wadah tempat benda tadi diletakkan bersama dengan wadah lain dan beberapa objek, diletakkan tersebar di atas meja secara bersamaan tanpa sepengetahuan burung. Wadah khusus tempat benda tadi disimpan tanpa sepengetahuan burung merupakan objek yang belum pernah diamati oleh burung itu sebelumnya. Burung tadi mencari benda itu, kemudian mencari di beberapa wadah lain, kemudian kembali untuk membuka wadah yang tepat. Hal ini menunjukkan pengetahuan dan kemampuan burung dalam mencari benda.[30] Teori pikiranPenelitian pada kirik-kirik hijau (Merops orientalis) menunjukkan bahwa burung kemungkinan dapat melihat dari sudut pandang predator.[31] Gagak leher cokelat (Corvus ruficollis) telah diamati berburu kadal melakukan kerja sama yang kompleks dengan gagak lainnya, menunjukkan pemahaman yang baik tentang perilaku mangsa.[32] Aphelocoma californica menyembunyikan persediaan makanan dan kemudian akan kembali menyembunyikan makanan itu jika ada burung lain yang melihatnya, tetapi ia melakukan itu hanya jika persediaan makanannya pernah dicuri sebelumnya.[33] Hal ini dapat dianggap sebagai teori pikiran, walaupun bisa jadi ada penjelasan lain dalam tingkat yang lebih rendah.[34] Kemampuan untuk melihat dari sudut pandang individu lain sebelumnya hanya dikaitkan dengan hominid dan kadang-kadang gajah. Kemampuan tersebut membentuk dasar rasa empati. Lihat jugaReferensi
Pranala luar
|