Kebun Binatang Bandung
Kebun Binatang Bandung merupakan salah satu objek wisata alam flora dan fauna di Kota Bandung, Jawa Barat, Indonesia. Kebun Binatang Bandung terletak berdampingan dengan kampus Institut Teknologi Bandung dan Sungai Cikapundung. SejarahKebun Binatang Bandung ini pada awalnya dikenal dengan nama Derenten (dalam Bahasa sunda, dierentuin) yang artinya kebun binatang. Kebun Binatang Bandung didirikan pada tahun 1930 oleh Bandung Zoological Park (BZP), yang dipelopori oleh Direktur Bank Dennis, Hoogland. Pengesahan pendirian Kebun Binatang ini diwenangi oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda dan pengesahannya dituangkan pada keputusan 12 April 1933 No.32. Pada saat Jepang menguasai daerah ini, tempat wisata ini kurang terkelola, hingga pada tahun 1948, dilakukan rehabilitasi untuk mengembalikan fungsi tempat wisata ini.[3] Pada tahun 1956, atas inisiatif dari Raden Ema Bratakusumah, Bandung Zoological Park dibubarkan dan berganti menjadi Yayasan Marga Satwa Tamansari pada tahun 1957.[3] Kebun binatang ini menempati luas lahan 13,5 ha yang topografinya bergelombang dengan penggunaan 18,25% untuk areal perkandangan, 55,20% untuk pertamanan dan lesehan, 4,7% untuk taman ria dan kolam perahu, dan 2,4% untuk pengolahan sampah. Sisanya digunakan untuk bangunan kantor, museum aquarium, dan jalan.[2] Koleksikoleksi satwa di Kebun Binatang Bandung mencapai sekitar 213 jenis, terdiri dari 79 jenis satwa yang dilindungi dan 134 jenis satwa yang tidak dilindungi yang berasal dari dalam maupun luar negeri. Penambahan koleksi satwa ini terus diupayakan, baik yang memiliki nilai konservasi maupun nilai estetis yang menarik bagi pengunjung, khususnya yang berasal dari Indonesia.[2] Tanaman yang tumbuh di area kebun selain berfungsi sebagai pelindung bagi satwa dari sengatan sinar matahari dan angin, juga melindungi tanah dari air hujan serta menjadi daerah yang berfungsi sebagai paru-paru kota Bandung.[2] FasilitasAdapun berbagai wahana rekreasi yang bisa dinimati di Kebun Binatang Bandung ini antara lain:[3]
Fungsi bagi masyarakat
KontroversiPada bulan Januari 2017, Kebun Binatang Bandung mendapat sorotan tajam pasca beredarnya video seekor beruang madu di salah satu kandang yang terlihat kurus sambil meminta agar diberi makanan oleh pengunjung.[4] Video tersebut diunggah oleh situs berita internasional, Daily Mail[5] dan di-posting oleh Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) pemerhati fauna bernama Scorpion Wildlife Monitoring Group pada 11 Januari 2017.[6] Video tersebut menuai reaksi keras dari berbagai aktivis satwa maupun media nasional dan internasional.[7] LSM Scorpion telah memohon Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jawa Barat untuk menyelidiki Kebun Binatang Bandung, melalui sebuah petisi yang mereka buat dengan 1.500 tanda tangan agar beruang tersebut mendapatkan perhatian.[7] Petisi yang mereka buat di situs Change.org tersebut ditujukan untuk Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya Bakar, Dirjen Konservasi Sumber Daya alam dan Ekosistemnya, serta Direktur Konservasi dan Keanekaragaman Hayati.[8] Namun, Humas Yayasan Margasatwa Tamansari, Sudaryo seperti dikutip dari BBC mengatakan tak ada masalah dengan beruang-beruang madu itu, dan menegaskan bahwa seluruh satwa di Kebun Binatang mereka 'diperiksa kesehatannya oleh dokter hewan' secara rutin.[4] Pengelola Kebun Bintang Bandung bahkan berencana melaporkan LSM Scorpion kepada Kepolisian Daerah Jawa Barat. Sudaryo menilai LSM Scorpion telah mencemarkan nama baik kebun binatang di Indonesia.[9] Sementara itu, Wali kota Bandung, Ridwan Kamil melalui akun media sosialnya[10] menyatakan bahwa Pemerintah Kota Bandung tidak berwenang menindak Kebun Binatang Bandung secara hukum karena kebun binatang tersebut dimiliki oleh swasta, dalam hal ini Yayasan Margasatwa Tamansari.[11] Pihaknya bahkan telah melayangkan surat komplain ke Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan sejak setahun lalu terkait masalah ini serta telah mengirim surat teguran ke yayasan kebun binatang supaya memperbaiki perawatan hewan.[12] Dia menganggap tindakan yayasan membiarkan hewan kelaparan memalukan nama baik Kota Bandung.[13] Wakil Wali kota Bandung, Oded Muhammad Danial meminta pihak pengelola bertanggung jawab atas masalah tersebut. Oded menambahkan, pihak yayasan seharusnya belajar dari pengalaman kejadian matinya gajah Yani karena sakit beberapa bulan lalu, serta meminta mereka segera menyelesaikan permasalahan ini.[14] HewanMamalia
Burung
ReptilGalleriReferensi
|