Kebulatan vokalDalam fonetik, kebulatan vokal ialah bagaimana bibir membulat saat mengucapkan suatu vokal. Ketika suatu vokal bulat diucapkan, bibir akan membentuk bukaan yang bulat, dan vokal takbulat diucapkan dengan bibir yang rileks atau tak membulat. Dalam banyak bahasa, vokal depan cenderung tak bulat, dan vokal belakang cenderung dibulatkan. Namun, dalam beberapa bahasa, misalnya bahasa Prancis, Jerman dan Islandia, membedakan vokal depan yang bulat dan takbulat yang tingginya (tinggi lidah saat mengucapkan) sama, dan bahasa Vietnam membedakan vokal belakang yang bulat dan takbulat yang tingginya juga sama. Ada juga beberapa bahasa yang inventaris vokalnya tak mempunyai pembedaan kebulatan, misalnya bahasa Alekano yang hanya mempunyai vokal takbulat.[1] Dalam tabel vokal Alfabet Fonetik Internasional (AFI), vokal yang bulat muncul sebelah kanan vokal yang takbulat dan berpasangan dengannya. Diakritik U+0339 ◌̹ combining right half ring below (cincin setengah kanan gabungan di bawah) dapat digunakan untuk pembulatan yang lebih dan diakritik U+031C ◌̜ combining left half ring below (cincin setengah kiri gabungan di bawah) dapat digunakan untuk pembulatan yang kurang. Sehingga, vokal [o̜] mempunyai pembulatan yang kurang daripada vokal [o], dan [o̹] mempunyai pembulatan yang lebih. Diakritik itu juga dapat digunakan pada vokal yang takbulat, misalnya vokal [ɛ̜] diucapkan dengan bibir yang lebih lebar daripada vokal [ɛ], dan vokal [ɯ̹] diucapkan dengan bibir yang kurang lebar daripada vokal [ɯ].[2] Jenis pembulatan
Contoh 1 Contoh 2 Ada dua jenis pembulatan vokal, yaitu penonjolan dan pengempaan. Pada pembulatan tertonjol, sudut atau sisi mulut ditarik agak keluar, sehingga membentuk bibir yang tampak bulat. Ia ialah jenis pembulatan yang umum terjadi pada vokal belakang. Sedangkan dalam pembulatan terkempa, kedua bibir saling ditarik hingga mengempa, sehingga membentuk bibir yang tampak datar secara horizontal dan sedikit bulat. Rujukan
|