Kelurahan Kayawu adalah sebuah kelurahan yang terletak di Kecamatan Tomohon Utara, Kota Tomohon, Provinsi Sulawesi Utara, Indonesia. Terletak di kaki Gunung Lokon, kelurahan ini memiliki sejarah panjang dan kaya akan tradisi.
Geografi
- Lokasi: Kecamatan Tomohon Utara, Kota Tomohon, Sulawesi Utara
- Batas Wilayah:
- Utara: Gunung Lokon
- Barat: Tara-tara
- Selatan: Sungai Ranowangko
- Timur: Wailan
Demografi
- Jumlah Penduduk: 2.811 jiwa (data terakhir)
- Komposisi Penduduk:
- Laki-laki: 1.433 orang
- Perempuan: 1.376 orang
- Kepala Keluarga: 871
- Agama:
- Kristen Protestan: 2.664 orang
- Kristen Katolik: 134 orang
- Islam: Sebagian kecil
(berdasarkan data dari sensus kelurahan kayawu akhir tahun 2024)[1]
Sejarah
Periode Awal
- Sejak zaman purba, wilayah Kayawu menjadi area persengketaan antara penduduk Woloan-Katingolan (Tombariri) dan Kakaskasen
- Sekitar tahun 1500-an, Tonaas Lokonmangundap berperan penting dalam penguasaan wilayah
Pembentukan Pemerintahan
- Tahun 1860: Kayawu menjadi negeri mandiri dengan Jesaya Rompis sebagai Hukum Tua pertama
- Tahun 1860: Masuknya agama Kristen di bawah pimpinan Pendeta Nicolaus Phillep Wilken
Perpindahan Pemukiman
- Awal pemukiman di Liwowo
- Perpindahan ke Tambersiow sekitar tahun 1870
- Perpindahan ke lokasi saat ini pada tahun 1891 di bawah kepemimpinan Hanoch Wongkar Sejarah Kelurahan Kayawu mencakup perjalanan panjang yang penuh dinamika, dimulai dari periode pra-kolonial hingga pembentukan struktur pemerintahan modern. Mari kita telaah secara lebih mendalam:
Periode Awal dan Konflik Wilayah
Konflik Antar Penduduk (Abad ke-16)
Sejak zaman purba, wilayah Kayawu menjadi area persengketaan antara beberapa kelompok etnis:
- Penduduk Woloan-Katingolan (Tombariri)
- Penduduk Kakaskasen
Titik balik sejarah terjadi sekitar tahun 1500-an ketika Tonaas Lokonmangundap dari Kakaskasen berhasil mengalahkan tokoh pengayau Bantik bernama Zakian dan Zaziha. Sebagai penghargaan atas jasanya, ia diberi sebuah lisung emas.
Pembagian Wilayah dan Tradisi
Pembagian tanah dilakukan melalui kesepakatan antara:
- 9 tonaas bersaudara dari Woloan
- Tonaas Lokonmangundap dari Kakaskasen
Mereka membagi wilayah, termasuk area yang disebut Tatou (berarti sumur), yang menjadi tempat menyadap saguer (sejenis minuman tradisional).
Fase Kolonial dan Pembentukan Pemukiman
Tahap Awal Pemukiman
- Sekitar 1850: Tonaas Paat, Surentu, dan Ambei dari Kakaskasen mulai membuka wilayah
- Mereka menemukan mata air Liwowo dan membangun pemukiman pertama berupa pondok-pondok (sabuah)
Intervensi Pemerintah Kolonial
Pada 31 Oktober 1859, Residen Manado W.C. Happe datang ke Kayawu untuk menyelesaikan sengketa wilayah. Ia menetapkan batas-batas wilayah dan memberikan kepemilikan tanah kepada penduduk Kakaskasen.
Kelembagaan dan Pemerintahan
Pembentukan Pemerintahan Lokal
- 1860: Kayawu resmi menjadi negeri mandiri
- Jesaya Rompis menjadi Hukum Tua (kepala pemerintahan) pertama
- Pada tahun yang sama, agama Kristen mulai masuk dibawah pimpinan Pendeta Nicolaus Phillep Wilken
Perpindahan Pemukiman
Sepanjang sejarahnya, Kayawu mengalami beberapa kali perpindahan lokasi:
- Awal di area Liwowo
- Pindah ke Tambersiow sekitar 1870
- Pindah ke lokasi saat ini pada 1891 di bawah kepemimpinan Hanoch Wongkar
Periode Tradisional
- Menggunakan sistem adat Linigauan atau Lalagesan dalam pengambilan keputusan
- Watu Sumanti menjadi tempat musyawarah dan pengambilan keputusan penting
Periode Modern
- 2008: Berubah status dari Desa menjadi Kelurahan
- Djoni Montolalu menjadi Lurah pertama Kelurahan Kayawu
Karakteristik Sosial dan Budaya
Agama
- Mayoritas penduduk memeluk Kristen Protestan
- Proses Kristenisasi dimulai pada 1860 dengan bantuan misionaris
Ekonomi
- Berbasis pertanian
- Penghasil utama:
- Beras
- Gula Aren (terkenal akan keasliannya)
Catatan Penting
Sejarah Kayawu mencerminkan:
- Dinamika konflik antar kelompok etnis
- Proses kolonisasi dan pembentukan wilayah
- Adaptasi tradisi dalam sistem pemerintahan modern
- Peran pemimpin lokal dalam pembangunan dan transformasi masyarakat
Kisah Kelurahan Kayawu adalah representasi perjalanan panjang sebuah komunitas dalam membentuk identitas, mempertahankan wilayah, dan berkembang menghadapi berbagai tantangan sejarah
Pemerintahan
Daftar Pemimpin
No
|
Nama
|
Jabatan
|
Masa Jabatan
|
1
|
Habel Wongkar
|
Peweris
|
1858 - 1860
|
2
|
Jesaya Rompis
|
Hukum Tua
|
1860 - 1875
|
3
|
Arnold Wongkar
|
Hukum Tua
|
1875 - 1903
|
4
|
Hanockh Wongkar
|
Hukum Tua
|
1903 - 1928
|
5
|
Kaleb Pandey
|
Hukum Tua
|
1928 - 1930
|
6
|
Abetneju Gigir
|
Hukum Tua
|
1930 - 1946
|
7
|
Altin Wongkar
|
Hukum Tua
|
1958 - 1960
|
8
|
Musa Engelbert Manoppo
|
Pejabat
|
1958 – 1960
|
9
|
Engelbert Rombon
|
Hukum Tua
|
1960 - 1982
|
10
|
Hanoch Wongkar Surento
|
Hukum Tua
|
1982 - 1993
|
11
|
Aristarkus Manopo
|
Hukum Tua
|
1993 - 2002
|
12
|
Hanoch Wongkar Surento
|
Hukum Tua
|
2002 - 2007
|
13
|
Joseph Pelealu
|
Hukum Tua
|
18/12/2007 – 15/03/2008
|
14
|
Jantje Ventje Wenas
|
Pejabat
|
16/03/2008 – 03/12/2008
|
15
|
Djobi Montolalu
|
Hukum Tua/Lurah
|
04/12/2008 – 31/07/2013
|
16
|
Sidonia Kaparang, S.Pd
|
Lurah
|
01/08/2013 – 04/06/2018
|
17
|
Jeane O. Lala, S.Pd
|
Lurah
|
05/06/2018 – 05/01/2020
|
18
|
Ferry E. M. M Pojoh, S.Pd
|
Lurah
|
06/01/2020 - Sekarang
|
Perubahan Status
- Tahun 2008: Berubah dari Desa menjadi Kelurahan
- Djoni Montolalu menjadi Lurah pertama Kelurahan Kayawu
Ekonomi dan Potensi Wilayah
- Pertanian: Penghasil utama kol dan tomat
- Komoditas Unggulan: Gula Aren (Palm Sugar) yang terkenal keasliannya
Objek Wisata
- Watu Sumanti
- Gua Jepang
- Gunung Lokon
Warisan Budaya
- Tradisi Linigauan atau Lalagesan
- Waruga (makam tradisional)
- Tempat bersejarah seperti Watu Sumanti
Referensi
https://www.kayawu.my.id
Pranala Luar
- ^ "Kayawu". www.kayawu.my.id. Diakses tanggal 2024-12-14.