Kawasan Perdagangan Bebas ASEAN-IndiaKawasan Perdagangan Bebas ASEAN-India (bahasa Inggris: ASEAN-India Free Trade Area, AIFTA) adalah kawasan perdagangan bebas antara sepuluh anggota ASEAN dan India. Perjanjian kerangka kerja awal ditandatangani pada 8 Oktober 2003 di Bali.[1] dan perjanjian final ditandatangani pada 13 Agustus 2009.[2] Kawasan perdagangan bebas ini mulai berlaku pada 1 Januari 2010.[3][4] India menjadi tuan rumah KTT ASEAN-India terkini pada 26 Januari 2018. Pada tahun fiskal 2017-2018, perdagangan bilateral ASEAN-India tumbuh hingga sekitar 14% hingga mencapai $81,3 miliar. Nilai impor India dari ASEAN berjumlah $47,13 miliar sedangkan ekspor ke ASEAN mencapai $34,2 miliar.[5] Latar belakangKawasan Perdagangan ASEAN-India lahir dari ketertarikan kedua belah pihak untuk mengembangkan hubungan ekonomi di wilayah Asia Pasifik. Kebijakan Melihat ke Timur dari pemerintah India disambut baik oleh negara-negara ASEAN untuk mengembangkan perekonomiannya lebih lanjut].[6] Setelah India menjadi mitra dialog sektoral ASEAN pada tahun 1992, India mengalami peningkatan jumlah perdagangan dengan ASEAN lebih tinggi dibandingkan dengan perdagangan ke negara lainnya. Dari tahun 1993 hingga 2003, nilai perdagangan antara ASEAN-India tumbuh dengan laju per tahun mencapai 11,2%, dari $2,9 miliar pada tahun 1993 hingga mencapai $12,1 miliar pada tahun 2003.[7] Sebagian besar perdagangan India ke ASEAN ditujukan ke Singapura, Malaysia, dan Thailand, yang mana India memiliki relasi ekonomi yang kuat dengan negara tersebut.[6] Pada tahun 2008, keseluruhan nilai perdagangan ASEAN-India mencapai $47,5 miliar. Ekspor ASEAN ke India mencapai $30,1 miliar – dengan pertumbuhan sebesar 21,1% dibandingkan nilai ekspor pada tahun 2007. Impor ASEAN dari India mencapai $17,4 miliar – dengan pertumbuhan sebesar 40,2% dibanding tahun 2006. Dari jumlah investasi asing langsung (FDI), jumlah investasi dari India ke negara anggota ASEAN mencapai $476,8 juta pada tahun 2008, menyumbang sekitar 0,8% dari total investasi di ASEAN. Keseluruhan investasi India ke ASEAN selama 2000 hingga 2008 mencapai $1,3 miliar. Dari tren tersebut dan adanya potensi ekonomi yang besar, kedua belah pihak menyambut kesempatan untuk memperdalam hubungan dagang dan investasi, serta setuju untuk menegosiasikan perjanjian kerangka kerja untuk melanggengkan kemungkinan terbentuknya Kawasan Perdagangan Bebas ASEAN-India.[7] SejarahPada KTT ASEAN-India yang kedua pada tahun 2003, Perjanjian Kerangka Kerja ASEAN-India dalam Kerja Sama Ekonomi Komprehensif ditandatangani oleh pemimpin ASEAN dan India. Perjanjian kerangka kerja ini menjadi dasar untuk membentuk Kawasan Investasi dan Perdagangan Regional ASEAN-India (RTIA), yang termasuk kawasan perdagangan bebas untuk barang, jasa, dan investasi.[butuh rujukan] ASEAN dan India menandatangani Perjanjian Perdagangan Barang ASEAN-India di Bangkok pada 13 Agustus 2009 setelah enam tahun negosiasi. Perjanjian tersebut mulai berlaku pada 1 Januari 2010. KTT ASEAN-India ke-7 di Cha-am Hua Hin, Thailand pada 24 Oktober 2009 menyepakati untuk merevisi target perdagangan bilateral menjadi $70 miliar untuk dicapai pada dua tahun berikutnya, dengan pertimbangan bahwa target awal sebesar $50 miliar yang ditetapkan pada 2007 akan terlampaui.[butuh rujukan] Perdagangan ASEAN-India tumbuh hingga mencapai lebih dari 22% pertahun selama periode 2005-2011. Perdagangan antara India dan ASEAN pada tahun 2011-2012 meningkat hingga lebih dari 37% mencapai $79 miliar, melebihi dari target semula $70 miliar yang ditetapkan pada tahun 2009.[8] Pada KTT ASEAN-India ke-10 di New Delhi pada 20 Desember 2012, India dan ASEAN menutup negosiasi untuk kawasan perdagangan bebas untuk jasa dan investasi. Kedua belah pihak berharap agar nilai perdagangan bilateral meningkat mencapai $100 miliar pada tahun 2015, dan $200 miliar pada dekade berikutnya.[8] ASEAN dan India juga bekerja untuk meningkatkan keterlibatan sektor swasta. Pada 27 April 2010, India menginformasikan pada Sekretariat Perbara bahwa Federasi Badan Perdagangan dan Komersial India (FICCI) akan mengadakan Pameran Dagang dan Industri ASEAN di Pragati Maidan, New Delhi pada 8-11 Januari 2011.[butuh rujukan] Pertemuan Menteri Transportasi Negara Anggota ASEAN ke-14 pada 6 November 2008 di Makati, Metro Manila, Filipina mengadopsi Kerangka Kerja Kooperasi Penerbangan ASEAN-India, yang akan menjadi dasar untuk kerjasama dalam penerbangan antara ASEAN dan India. Kesepakatan Transportasi Udara ASEAN-India sedang dinegosiasikan dengan implementasi pada 2011.[butuh rujukan] Pada sektor pariwisata, jumlah wisatawan dari ASEAN ke India pada tahun 2006 sebesar 277.000, sementara jumlah wisatawan dari India ke ASEAN pada tahun 2008 sebesar 1,985 juta. Pada KTT ASEAN-India ke-6 yang diselenggarakan pada 21 November 2007 di Singapura, India mengusulkan target wisatawan yang datang sebanyak 1 juta orang dari ASEAN ke India pada tahun 2010. Pertemuan Menteri Pariwisata ASEAN dan India ke-2 diselenggarakan pada 25 Januari 2010 di Bandar Seri Begawan menyambut baik usulan India untuk mengembangkan Perjanjian Kerja Sama ASEAN-India dan meminta Kelompok Kerja Pariwisata ASEAN-India untuk lebih lanjut mendiskusikan dan menyiapkan rancangan kesepakatan. Para menteri juga mendukung terbentuknya ASEAN Promotional Chapter for Tourism di Mumbai sebagai platform kerja sama untuk organisasi pariwisata nasional negara anggota ASEAN untuk memasarkan Asia Tenggara kepada masyarakat India.[butuh rujukan] Negara-negara peserta
TarifPenandatanganan Perjanjian Perdagangan Barang ASEAN-India menjadi jalan untuk terbentuknya kawasan perdagangan bebas terbesar di dunia dengan pasar 1,8 miliar orang dengan PDB keseluruhan sebesar $2,8 triliun. Kawasan Perdagangan Bebas ASEAN-India akan membebaskan lebih dari 90% produk dari tarif perdagangan, termasuk beberapa “produk istimewa” seperti minyak kelapa sawit, kopi, teh hitam, dan merica. Tarif untuk lebih dari 4.000 jenis produk akan dihapuskan secepatnya pada 2016. KritikWalau terdapat banyak keuntungan dari diberlakukannya Kawasan Perdagangan Bebas ASEAN-India, tetapi ada kekhawatiran di India bahwa perjanjian ini memiliki beberapa dampak negatif terhadap ekonomi. Perjanjian mengenai perdagangan bebas ini dikritik karena India tidak akan mengalami peningkatan akses pasar ke ASEAN sebesar peningkatan akses pasar ASEAN ke India.[9] Perekonomian negara anggota ASEAN didorong oleh ekspor, sehingga mempertahankan rasio ekspor terhadap PDB yang tinggi (pada tahun 2007, Malaysia memiliki rasio lebih dari 100%[10]).[11] Mempertimbangkan hal ini dan juga krisis keuangan global serta pasar domestik India yang ekspansif, negara anggota ASEAN akan melihat India sebagai tujuan ekspor utama.[11] Sejak awal 2000-an, India mengalami peningkatan defisit pada neraca perdagangan dengan ASEAN, dengan jumlah impor melebihi ekspor dengan selisih $6 miliar pada tahun 2007-2008.[11] Penghapusan tarif dan peningkatan produk impor di India dikhawatirkan akan mengancam beberapa sektor perekonomian, terutama sektor pertanian, manufaktur, dan maritim.[11] Sebagai pengekspor utama produk manufaktur ringan, ASEAN memiliki tingkat tarif kompetitif yang membuat India kesulitan untuk mengakses pasar industri di negara ASEAN.[12] Sebelum perjanjian ditandatangani, Ketua Menteri Kerala, V.S. Achuthanandan, memimpin delegasi untuk memprotes kebijakan perdagangan bebas ini ke perdana menteri India. Negara bagian Kerala merupakan pengekspor utama untuk produk pertanian. Mereka khawatir jika impor karet, kopi, dan ikan yang lebih murah dari ASEAN akan menurunkan produksi domestik, berdampak pada petani, dan kemudian berdampak lebih lanjut terhadap perekonomian.[13] Kerala telah mengalami banjir produk impor akibat Perjanjian Perdagangan Bebas Asia Selatan pada tahun 2006. Kelapa murah dari Sri Lanka dan minyak kelapa sawit dari Malaysia telah mempengaruhi produksi kelapa di Kerala.[13] Lihat pulaReferensi
Pranala luar |