Katedral Beijing
Katedral Beijing atau yang bernama resmi Katedral Perawan Maria Dikandung Tanpa Noda (Hanzi: 圣母无染原罪堂), dalam bahasa sehari-hari dikenal sebagai Gereja Xuanwumen (Hanzi: 宣武门天主堂; Pinyin: Xuānwǔmén Tiānzhǔtáng) atau penduduk setempat menyebutnya Nantang (Hanzi: 南堂; harfiah: 'Gereja Selatan'), adalah sebuah gereja katedral Katolik yang terletak di Beijing, ibu kota Tiongkok. Bangunan asli dari katedral ini didirikan pada tahun 1605, sehingga merupakan gereja Katolik tertua di Beijing, tetapi bangunan saat ini yang bergaya Baroque dibangun sejak tahun 1904.[1] Uskup Agung saat ini adalah Joseph Li Shan, ditahbiskan pada bulan September 2007, adalah salah satu dari sedikit uskup Katolik yang juga diakui oleh Perhimpunan Patriotik Katolik Tiongkok. SejarahKatedral Perawan Tak Bernoda awalnya didirikan pada 1605, pada tahun ke-33 pemerintahan Kaisar Wanli dari dinasti Ming. Ketika seorang Pastor Yesuit Italia, Matteo Ricci tiba di Beijing, Kaisar Wanli mengizinkannya tinggal sedikit di sebelah barat lokasi katedral saat ini, di dekat Xuanwumen. Tempat tinggal ini melekat dengan sebuah kapel kecil bergaya Tiongkok, dengan hanya adanya salib di atas pintu masuk untuk membedakannya sebagai gereja, yang pada waktu itu disebut sebagai Kapel Xuanwumen (宣武门礼拜堂). Pada tahun 1650, pada tahun ketujuh pemerintahan Kaisar Shunzhi dari dinasti Qing, di bawah pimpinan seorang Yesuit Jerman Johann Adam Schall von Bell, pembangunan sebuah gedung gereja baru dimulai di lokasi Kapel Xuanwumen. Pembangunan itu selesai dalam dua tahun, dan gereja baru ini menerima penghormatan berupa peresmian gapura bertuliskan 'Menghormati Ajaran Jalan Surga' (钦宗天道). Kaisar Shunzhi bersahabat dengan Schall dan gereja, ia mengunjunginya tidak kurang dari 24 kali, dan mengaugerahi sebuah batu prasasti dengan kata-kata 'Dibangun oleh Kekaisaran' (敕建) tertulis di atasnya. Pada tahun 1690, Beijing menerima uskup Katolik Roma pertamanya dalam tiga ratus tahun, seorang Fransiskan Bernardin della Chiesa, dan gereja tersebut menjadi katedral. Pada tahun 1703, pada tahun ke-24 pemerintahan Kaisar Kangxi, katedral diperbesar dan direnovasi, dan setelah sepuluh tahun, sebuah bangunan bergaya Eropa selesai dibangun, bangunan bergaya Eropa kedua di Beijing setelah gereja Canchikou. Katedral ini hancur pada tahun 1720 karena gempa bumi di Beijing. Struktur baru berbentuk salib dibangun dengan gaya baroque, dengan panjang 86 meter dan lebar 45 meter. Bangunan ini juga rusak parah akibat gempa pada tahun 1730, pada tahun ke-8 pemerintahan Kaisar Yongzheng, yang menyumbang 1000 tahil perak untuk perbaikannya. Katedral yang diperbaiki memiliki jendela-jendela yang lebih lebar dan lebih tinggi, sehingga bagian dalamnya menjadi lebih terang dan lebih megah. Katedral ini rusak akibat kebakaran pada tahun 1775, pada tahun ke-40 pemerintahan Kaisar Qianlong, yang menyumbangkan 10.000 tahill perak untuk pekerjaan restorasi, dan juga memberikan sebuah papan kaligrafi di tangannya sendiri, yang bertuliskan karakter '万有真原', yang berarti 'Asal-usul Sebenarnya dari Segala Hal'. Pada tahun 1838, pada tahun ke-14 pemerintahan Kaisar Daoguang, karena konflik terus menerus dengan kekuasaan dan pengaruh Gereja Katolik, demi perdamaian, pemerintah Qing menetapkan pembatasan aktivitas Gereja Katolik di Tiongkok. Dalam ketetapan ini, katedral disita oleh pemerintah dan tetap seperti itu sampai akhir Perang Candu Kedua, ketika Gereja Katolik diberikan kebebasan lagi. Katedral dibuka kembali pada tahun 1860 di bawah kepemimpinan Uskup Joseph Bela diri Mouly. Ketika Pemberontakan Boxer pecah pada tahun 1900, semua gereja di Beijing menjadi sasaran vandalisme, dan pada tanggal 14 juni 1900, katedral ini diratakan dengan tanah, bersama dengan kebanyakan gereja lain di Beijing. Pada tahun 1904, struktur yang sekarang telah selesai, gereja keempat di lokasi ini. Pada tanggal 21 desember 1979, Uskup Michael Fu Tieshan ditahbiskan di katedral, merupakan peristiwa besar pertama dalam kehidupan Gereja Katolik di Tiongkok setelah Revolusi Kebudayaan. Katedral ini mungkin adalah yang paling dikenal oleh orang asing di Tiongkok, karena misa yang dirayakan di sini menggunakan bahasa Inggris. Informasi terkiniMisa harian diadakan pada hari Senin hinnga Sabtu dalam bahasa Latin pada pukul 6 pagi, dan dalam bahasa Tionghoa pada pukul 6:30 dan 7:15 pagi. Pada hari sabtu, ada misa sore pukul 18:30 dalam bahasa Tionghoa, dan merupakan misa muda-mudi. Pada hari minggu, ada misa dalam bahasa Latin pukul 6:00, dan kemudian dalam bahasa Tionghoa pukul 7:00, 8:30, 4:00, 18:00. Ada juga misa dalam bahasa Inggris (dengan bacaan yang juga dalam bahasa Prancis) pada pukul 10:30, dan sebuah misa dalam bahasa Italia dengan bacaan dalam bahasa Spanyol pada pukul 12:30.[2] Lihat jugaPranala luarClark, Anthony E. "China's Thriving Catholics: A Report From Beijing's South Cathedral Diarsipkan 2021-05-05 di Wayback Machine.." Ignatius Insight Agustus 20, 2008. Referensi
|