Katang
Katang, katam atau kendawung (bahasa Inggris : krait) adalah sebutan umum untuk 15 spesies ular berbisa mematikan yang semuanya diklasifikasikan sebagai genus Bungarus. Semua jenis katang endemik di Asia bagian selatan hingga tenggara. PengenalanPanjang tubuh katang berkisar antara 1 sampai 1.5 meter, termasuk ekor. Pernah juga ditemukan spesimen dengan panjang mencapai 2 meter. Spesies terbesar adalah B. fasciatus (Welang) yang panjangnya dapat mencapai 2.1 meter.[1] Sebagian besar spesies katang memiliki sisik tubuh yang halus dan mengkilap dengan pewarnaan gelap, terang, atau kombinasi dari keduanya, serta penampang badan segitiga. Semua spesies katang adalah hewan nokturnal (beraktifitas pada malam hari). Walaupun sering terlihat di siang hari, katang lebih aktif pada malam hari, tetapi tidak terlalu agresif walaupun diganggu. Jika merasa terancam atau terganggu, katang akan menyembunyikan kepalanya di bawah gulungan badannya, dan terkadang menggerak-gerakkan ekornya untuk mengalihkan perhatian.[2] Makanan utama katang adalah ular lain, bahkan jenis atau golongannya sendiri (kanibal). Selain itu, katang juga memangsa tikus dan kadal.[3] Katang berkembangbiak dengan bertelur (ovipar). Jumlah telur yang dihasilkan sebanyak 12 hingga 14 butir dan katang betina menjaganya sampai menetas. Racun bisaSebagaimana ular Elapidae, katang adalah ular berbisa yang mematikan. Beberapa spesies disebutkan dalam daftar ular yang paling mematikan di dunia berdasarkan penelitian dosis LD50.[4] Bisa katang bersifat neurotoksin, mampu menyebabkan kelumpuhan saraf atau paralisis, dan tidak jarang berujung pada kematian. Tingkat kematian akibat gigitan katang bervariasi berdasarkan spesies. Berdasarkan penelitian Department of Toxicology di Universitas Adelaide, Australia, gigitan seekor welang menimbulkan tingkat kematian (mortallity rate) 1 sampai 10%,[5] sedangkan jenis B. caeruleus antara 70 sampai 80%.[6] Beberapa situs menyebutkan tingkat kematian akibat gigitan katang sebesar 50%, bahkan tanpa pengobatan. Akan tetapi, tidak disebutkan secara spesifik spesies yang dimaksud dan tidak ada sumber akurat dari literatur pengobatan yang mendukung anggapan tersebut. Secara umum, tingkat kematian bergantung pada kondisi kesehatan korban dan kuantitas bisa yang diterima. Antibisa polivalen dinilai efektif untuk menetralkan racun dari jenis B. candidus, B. flaviceps, dan mungkin juga untuk B. fasciatus. Dalam kasus terakhir, antibisa monovalen untuk B. fasciatus juga cukup efektif.[7] Spesies
Referensi
|