Katō Kiyomasa
Katō Kiyomasa (25 Juli 1562 – 2 Agustus 1611) adalah seorang daimyo/penguasa perang semasa perang saudara Jepang pada periode Sengoku. Dia dilahirkan di Nakamura, Provinsi Owari dari keluarga seorang pandai besi. Dia bergabung dengan Toyotomi Hideyoshi yang masih mempunyai hubungan saudara dari pihak ibu[1]. Kariernya bermula dalam Pertempuran Shizugatake (1583) di mana reputasinya terkenal sebagai satu dari ‘tujuh jago tombak’. Dia turut serta dalam penyerbuan ke Kyushu pada tahun 1587 di mana dia terlibat dalam pertarungan satu lawan satu melawan Niiro Tadamoto dari klan Shimazu dalam Pertempuran Sendaigawa. Tahun 1588, ketika Sassa Narimasa dipaksa bunuh diri, daerah kekuasaannya, yaitu Higo sebagian jatuh padanya termasuk Kastil Kumamoto, sementara sebagian lainnya jatuh ke tangan rival beratnya, Konishi Yukinaga. Tahun 1590, bersama Konishi, dia mendapat tugas menumpas pemberontakan di Pulau Amakusa. Pasukannya bertindak brutal terhadap lawan-lawannya, terutama orang-orang Kristen. Namanya semakin dikenal setelah keterlibatannya dalam invasi ke Korea (1592-1598). Dia menjadi satu dari tiga komandan utama yang bertugas menaklukan semenanjung itu. Dia menduduki kota-kota penting seperti Seoul, Busan, dll. Pasukannya terus maju hingga mendekati perbatasan Manchuria. Keadaan mulai berbalik pada tahun-tahun terakhir perang, dia mendapatkan perlawanan sengit dari pasukan Korea yang dibantu Kerajaan Ming Tiongkok. Pasukannya yang berkekuatan 40.000 orang dikalahkan oleh kekuatan yang hanya sepersepuluh darinya, kerugian korban jiwa di pihaknya mencapai lebih dari 10.000. Kekalahan ini disebabkan karena dipotongnya jalur logistik dari Jepang oleh angkatan laut Korea yang dipimpin oleh pahlawan besar Korea, Laksamana Yi Sunsin yang menyebabkannya harus menarik mundur pasukannya dari Korea. Tak lama setelah kematian Toyotomi Hideyoshi dan Maeda Toshiie, tepatnya sekitar tahun 1599, Kiyomasa Kato dan Fukushima Masanori (Sepupu sekaligus salah satu pengikut Hideyoshi) terlibat konflik dengan pengikut Hideyoshi lainnya bernama Ishida Mitsunari yang nantinya akan menyebabkan Kiyomasa Kato dan Masanori Fukushima berpihak pada Tokugawa Ieyasu [2] dalam Pertempuran Sekigahara, selain itu konflik ini juga menyebabkan melemahnya pengaruh politik pemerintahan Toyotomi. Dalam Pertempuran Sekigahara (1600) Bersama Kuroda Yoshitaka, dia mencaplok beberapa daerah di Kyushu. Setelah menang dalam pertempuran ini, Tokugawa menganugerahinya sisa tanah di Higo yang dulu dikuasai Konishi Yukinaga. Konishi sendiri telah dihukum mati setelah kalah di Sekigahara. Kato meninggal di Kumamoto pada tahun 1611. Dia adalah seorang jendral yang terkenal akan keberaniannya dan dicintai oleh rakyat karena peraturannya, dia sering berburu harimau dengan tombaknya sebagai rekreasi. Namun dia juga terkenal akan kekejamannya, dalam invasi Korea dia pernah membunuh dua orang bangsawan wanita Korea yang ditawannya dan mendapat julukan Kishokan yang berarti jendral setan. Sebagai penganut Budha sekte Nichiren yang taat, dia sering menyantuni pembangunan kuil-kuil Nichiren[3]. Kato Kiyomasa dalam budaya populer
Referensi
Pranala luarWikimedia Commons memiliki media mengenai Katō Kiyomasa.
|