Kareo padi
Kareo Padi atau Ruak-ruak (Amaurornis phoenicurus) kabuburak/burak-burak bahasa Banjar adalah spesies burung yang masuk dalam famili Rallidae.[1][2] Burung ini tersebar di India, China selatan, Asia Tenggara, Filipina, Kalimantan,Sulawesi, Sunda Besar dan Nusa Tenggara.[3] Namun, burung ini juga bisa ditemukan di sepanjang pesisir Lumajang, Jawa Timur, Banyumas, Jawa Tengah atau bisa juga di provinsi Aceh.[4][5] Biasanya burung ini hidup di rawa, sawah, hutan bakau, parit-parit di tepi jalan, dan tentunya di lahan-lahan yang berbau basah serta berair.[6][7][8] Karena lahan basah serta berair yang sering ditempati, maka burung ini dimasukkan dalam kategori water bird (yakni burung yang mempunyai habitat di tempat berair.[8] Selain hidup di alam bebas, burung kareo padi juga ada yang sengaja dilindungi.[9] Sebagai contoh, hal ini dilakukan oleh kelompok Minat Tirta Lawalata Institut Pertanian Bogor, yang fokus terhadap kegiatan perairan (baik kajian maupun olahraga), yang memelihara burung ini di wilayah danau LSI Institut Pertanian Bogor.[9] Dulu burung ini ada di mana-mana, tetapi jumlahnya kini sudah jauh menurun karena perburuan dan penangkapan.[10] Di sawah pun sebagian besar sudah menghilang, terutama dari areal persawahan yang menggunakan pestisida kimia.[10] Pestisida tersebut membuat lumpur dan tanah tercemari, di mana di tempat tersebutlah Kareo padi mencari makanannya yang berupa biji-bijian, cacing, serangga, dan siput kecil.[10] Ciri-ciriTinggi burung kareo padi biasanya dapat mencapai 20 cm dengan panjang 15 cm.[8] Bentuk tubuh burung kareo padi adalah ramping dengan ekor pendek, sedang paruh serta kakinya mempunyai ukuran lumayan panjang.[6] Kemudian, bulu-bulunya berwarna cokelat keabu-abuan tua, tetapi muka, tenggorongkan, serta dadanya didominasi warna putih yang mencolok.[6] Ketika berjalan, ekornya biasa ditegakkan dan warna bagian bawah tubuhnya yang kadru bisa terlihat.[6] Untuk burung dewasa memiliki warna hitam dan putih yang mencolok.[8] Baik burung dewasa maupun muda, keduanya sama-sama mempunyai paruh yang berwarna kuning gading.[8] Untuk ukuran kakinya, butung kareo padi bisa dibilang memiliki kaki yang cukup kurus dan tinggi daripada proposi tubuhnya dengan berselimut warna kuning.[8] Hewan yang satu ini suka mengendap-endap dalam semak yang lembap dan dapat bertelur sepanjang tahun.[6][8] Burung ini memiliki suara yang luar biasa, yakni bersuara uwok-uwok dan sangat ribut, beberapa ekor berdendang bersama berupa dengkuran, kuikan, dan ketukan yang berbunyi turr-kruwak atau per-per-a-wak-wak-wak, juga dengan suara lain yang berlangsung sampai lima belas menit pada siang dan malam hari.[6] Tempat hidup dan KebiasaanBurung kareo padi biasanya hidup di dataran rendah sampai dengan ketinggian yang mencapai 1.600 meter di seluruh Sunda Besar.[3] Umumnya burung ini hidup sendirian, kadang-kadang berdua atau bertiga.[3] Dia akan keluar dari persembunyiannya ke tempat terbuka untuk mencari makanan, sehingga lebih terlihat daripada ayam-ayaman lainnya.[6] Selain itu, kareo padi juga mempunyai kesenangan untuk memanjat-manjat semak dan pohon kecil.[3] Sarangnya berada di antara alang-alang, rumput tinggi, atau semak belukar yang padat, dibuat 1 sampai 2 meter di atas tanah dan berbentuk cekungan yang dangkal yang alasnya terbuat dari ranting kecil, batang tumbuhan yang menjalar, ataupun dedaunan.[8] Referensi
|