Karangmekar, Karangsembung, Cirebon
Desa Karangmekar (dahulu dikenal dengan Desa Kubangkelor) adalah desa yang terletak di kecamatan Karangsembung, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, Indonesia. Pada tahun 2002, desa Kubangkelor mengubah namanya menjadi desa Karangmekar sebagai bentuk pemerintahan desa yang mandiri. Sebelum mengubah namanya menjadi Karangmekar, desa ini dulu dikenal dan satu daerah dengan desa Kubangkarang, desa Karangsembung Wetan (kini desa Karangsembung), dan desa Karangmalang. SejarahPada masa zaman Wali Sanga, Syeh Syarif Hidayatullah, Sunan Gunung Jati, sebagai Imam Wali dan sebagai Penasihat Wali ialah Pangeran Cakra Buana alias Embah Kuwu Sangkan alias Embah Kuwu Cirebon. Alkisah pada suatu ketika di Keraton Cirebon sedang mengadakan musayawarah yang di hadiri oleh Sultan Kalijaga, para Pangeran Cirebon dan hadiri pula oleh Embah Kuwu Cirebon,dalam musyawarah tersebut sedang memperbincangkan rencana untuk membuat suatu kampung/desa/pedukuhan yang akan diberi Gebang Kinatar. Didalam musyawarah mendapat keputusan bahwa Embah Kuwu Cirebon untuk di tugaskan mencari tempat kesebelah Timur yang ditemani oleh sahabatnya, yakni Embah Berai, adapun Sunan Cirebon dan Sunan Kalijaga,serta para Pinangeran ke daerah Lurah Agung Kuningan. Keberangkatan Embah Kuwu Cirebon Girang yang disertai Embah Berai sambil menunggangi Jaran Arbapuspa/kuda menuju kearah timur, Dikarenakan keadaan masih hutan belantara, maka dalam pencarian sangat hati-hati sebab untuk dijadikan suatu pedukuhan/desa. Dalam perjalanan Embah Kuwu Cirebon dan Embah Berai sampailah di suatu tempat, beliau melihat suatu Cahaya yang sangat menarik perhatian,setelah di telusuri terdapat dataran yang bagus dan ada sebuah Kubang/Balong, kemudian Embah Kuwu Cirebon bersemedi, agar kelak di hari kemudian akan menjadi desa yang Aman Tentrem Loh Jinawi Kerto Raharjo, kaya orang rerawat, miskin Ora Gegolet (hidup sederhana). Setelah mendapatkan Rahmat dari Allah Yang Maha Kuasa, Embah Kuwu dengan memandang yang jauh meyakinkan bahwa tempat ini bisa dijadikan pedukuhan/desa. Kemudian untuk tanda bukti dan ciri, Embah Kuwu Cirebon menancapkan Tongkat disebelah barat Kubangan, yang pada saat itu Embah Kuwu bersama Embah Berai dengan menunggangi kuda/jaran tersebut menuju Lurah Agung Kuningan, dimana para Wali dan Pangeran menunggunya. Kemudian, Embah Kuwu Cirebon melaporkan hasil kerjanya kepada Sultan Cirebon,sambil menunjuk kearah utara dengan berbahasa jawa, kuh bang elor ana tempat kang bagus lan resik kanggo di adiaken pedukuhan lan wis di upai ciri, sebelah Kulon Kubang wis ditancepi tongkat. "Disana itu ada tempat bagus dan bersih untuk dibuat sebuah kampung (dukuh) serta saya telah memberi tanda, di sebelah Barat sudah diberi tongkat (sebagai pertanda)" Yang akhirnya, di dalam musyawarah Sunan Cirebon tertarik dengan kalimat/pembicaraan Embah Kuwu Cirebon, maka minta persetujuan bahwa penduduk/desa diberi nama "Kubangkelor''. Mengambil kalimat dari kuh ebang dingin kersaning maha suci. Para wali dan para Pinangeran sangat menyetujuinya untuk diberi nama ''Kubangkelor''. Menurut cerita, bahwa Tongkat (kersaning Yang Maha Kuasa lan Pemurah) Embah Kuwu Cirebon yang di tancapkan bagian Barat desa menjadi sebatang Pohon Gebang. Yang selanjutnya di musayawarahkan untuk membuat pedukuhan/desa yang pantas untuk memeliharanya. Akhirnya, hasil musyawarah diserahkan kepada 4 orang anaknya Embah Kuwu Cirebon dengan nama masing-masing:
Dalam melaksanakan membuat desa tersebut, empat bersaudara sangat bersatu bahu membahu dan dibantu oleh Masyarakat yang berdatangan berasal dari daerah Pasundan. Di dalam keputusan musyawarah, seminggu sekali setiap hari Selasa di adakan musyawarah yang selalu dihadiri Embah Kuwu Cirebon Girang dan tidak ketinggalan dihadiri oleh Embah Berai yang selalu menunggangi Jaran. Dan di sebelah barat pohon Gebang di buat Istal/tempat Kuda dan sering di sebut dengan Blok Gebang/Pagebangan (sebelah Timur menjadi Balai Desa sekarang). Setelah diberi nama desa Kubangkelor, keadaan menjadi aman, tentram, kerta, raharja. Banyak masyarakat berdatangan dari daerah Kuningan untuk menjadi warga desa Kubangkelor. Dengan singkat cerita setelah Wafatnya ke empat bersaudara yang dikebumikan di masing-masing tempatnya, selanjutnya dalam melanjutkan pemeliharaan Desa dilanjutkan oleh keturunannya. Kini yang melanjutkan mengurus desa Kubangkelor adalah Embah Buyut Warsi/Embah Buyut Gembeng (Kuwu pertama) yang mempunyai dua anak laki-laki, yang pertama Ki Buyut Bekong ditempatkan sebelah Selatan Laut (sekarang desa Ender), dan yang ke dua, Ki Buyut Winangun yang ditempatkan di sebelah Selatan Jalan laut yang kini sekarang desa Pangenan (pada waktu itu sebagai Cantilan Desa Kubangkelor). Kehidupan masyarakat desa Kubangkelor kebanyakan para petani yang dipimpin langsung oleh Embah Buyut Warsi/Embah Gembeng. Terkisah sewaktu musim menanam Padi dan kebetulan saluran pengairannya bersatu dengan tanah sawah desa Karangmalang sedangkan pesawahan rakyat Kubangkelor,yang berada di sebelah Utara (sekarang blok Putat Rakyat Tani Desa Karangmekar) setiap mengairi sawahnya selalu diganggu oleh Ki Buyut Jasmiran/Buyut Karangmalang. Sedangkan Ki Buyut Jasmiran tidak pernah mencari air ke girang yang akhirnya oleh masyarakat di laporkan kepada Ki Buyut Warsi/Buyut Gembeng oleh karena rasa tanggung jawab kepada masyarakat demi kemajuan pertanian, yang akhirnya Buyut Warsi turun tangan dan diperintahkan kepada para petani supaya mengairi sawahnya dan akan diawasi oleh Buyut Warsi. Ternyata ketika rakyat tani sedang mengairi sawahnya maka oleh Ki Buyut Jasmiran saluran air kejurusan Blok Putat, ditambaknya rapat-rapat dan airnya di alirkan semuanya ke tanah desa Karangmalang. Setelah di ketahui atas perbuatannya Ki Buyut Jasmiran tersebut, maka oleh Ki Buyut Warsi yang akhirnya terjadilah perkelahian antara Ki Buyut Jasmiran dan Ki Buyut Warsi dikarenakan Ki Buyut Jasmiran tidak mengakui atas perbuatannya. Pertarungan/perkelahian terjadi selama 7 hari 7 malam masing-masing mempunyai kekuatan/kesaktian. Kekuatan Ki Buyut Jasmiran betul-betul kuat, tidak mempan dengan segala perkakas. Adapun kekuatan Ki Buyut Warsi/Gembeng mempunyai ilmu Banyu Sakti, apabila seluruh tubuhnya terkena sabetan Golok/Pedang, maka senjata tersebut akan lunak seperti kena benda Karet. Dengan kekeuatannya, Ki Buyut Warsi setiap memukul/menyabetkan pedang/goloknya selalu satu tempat saja, dengan pemikiran sekalipun bagaimana kuatnya kalau di serang satu tempat pasti hancur. Maka ternyata Buyut Jasmiran menyerah kepada Ki Buyut Warsi/Gembeng, yang akhirnya Ki Buyut Jasmiran mengeluarkan kata-kata kepada anak cucunya/kepada rakyat Karangmalang, "jangan kamu berani kepada rakyat Desa Kubangkelor". Dan beliau pamit pulang setelah memberikan amanat. Ki Buyut Jasmiran tidak pulang ke rumahnya, tapi terus berdiam di Gubugnya, di sebelah Utara Karangmalang sampai pada Wafatnya dan sampai sekarang dinamakan Blok Jasmiran adapun Ki Buyut Warsi terus pulang kerumahnya yang berada di Blok Tengah Dayeuh/Blok Keramat sampai Wafat. Batas Wilayah
Nama Kepala Desa
Pranala luar
|