Pada rumput laut itu sendiri karagenan berperan sebagai struktur hidrofilik yang fleksibel untuk mengakomodasi berbagai tekanan arus dan gerakan gelombang di dalam air[2].
Karagenan dimanfaatkan oleh manusia pada makanan sebagai bahan pengental, pembuatan gel, dan emulsifikasi.[1] Tiga tipe utama karagenan yang digunakan dalam industri makanan adalah ι-karagenan, κ-karagenan(E. cottonii), dan λ-karagenan (E. spinosum).[1] Karagenan diperoleh melalui ekstraksi dari rumput laut yang dilarutkan dalam air atau larutan basa kemudian diendapkan menggunakan alkohol atau KCl.[1] Alkohol yang digunakan terbatas pada metanol, etanol, dan isopropanol. Karagenan dapat digunakan pada makanan hingga konsentrasi 1500 mg/kg.[1]
Pada industri farmasi, karagenan digunakan sebagai agel pengemulsi, penyuspensi, dan peningkat viskositas pada formulasi krim, losion, tetes mata, tablet, dan kapsul. Pada bidang industri lainnya, karagenan dimanfaatkan dalam preparasi pasta gigi, busa pemadam kebakaran, sampo gel, dan krim kosmetik[2].
Jenis-jenis
Iota karagenan (ι-karagenan) adalah jenis yang paling sedikit jumlahnya di alam, dapat ditemukan di Euchema spinosum(rumput laut) dan merupakan karagenan yang paling stabil pada larutan asam dserta membentuk gel yang kuat pada larutan yang mengandung garam kalsium.[3]
Kappa karagenan (κ-karagenan) merupakan jenis yang paling banya terdapat di alam (menyusun 60% dari karagenan pada Chondrus crispus dan mendominasi pada Euchema cottonii).[3] Karagenan jenis iniakan terputus pda larutan asam, tetapi setelah gel terbentuk, kargenan ini akan resisten terhadap degradasi. Kappa karagenan membentuk gel yang kuat pada larutan yang mengandung garam kalium.[3]
Lambda karagenan (λ-karagenan) adalah jenis karagenan kedua terbanyak di alam serta merupakan komponen utama pada Gigartina acicularis dan Gigatina pistillata dan menyusun 40% dari karagenan pada Chondrus crispus.[3] Selain itu, lambda karagenan adalah yang kedua paling stabil setelah iota karagenan pada larutan asam, tetapi pada larutan garam, karagenan ini tidak larut.[3]
^ abcde(Inggris)Joint FAO/WHO Expert Committee on Food Additives. 2001. Evaluation of Certain Food Additives and Contaminants: Fifty-seventh report of the Joint FAO/WHO Expert Committee on Food Additives. Roma: World Health Organization. Hal: 32-33 ISBN 92-4-120909-7